Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Antonius Satria Hadi

UWM Sambut Garebeg Besar Idul Adha: Simbol Kesakralan dan Pelestarian Budaya

Sejarah | 2024-06-18 15:08:59

Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat menggelar Hajad Dalem Garebeg Besar dalam rangka memperingati Idul Adha 1445 Hijriah atau tahun Jimawal 1957 menurut penanggalan Keraton. Upacara budaya ini merupakan salah satu bentuk perayaan hari besar agama Islam yang rutin diselenggarakan oleh Keraton, selain Idulfitri dan Maulid Nabi Muhammad SAW. Garebeg Besar dimaknai sebagai wujud rasa syukur dan penghormatan terhadap Idul Adha, yang diwujudkan dengan memberikan rezeki kepada masyarakat melalui ubarampe gunungan berupa hasil bumi dari tanah Mataram.

Prosesi Garebeg Besar dimulai dengan mengarak gunungan berisi hasil bumi dari Keraton menuju Kagungan Dalem Masjid Gedhe, Pura Pakualaman, Kepatihan, dan Ndalem Mangkubumen. Setelah didoakan, gunungan tersebut kemudian dibagikan kepada masyarakat. Sebanyak 50 buah pareden gunungan diterima oleh Ndalem Mangkubumen.

Dilansir dari berbagai sumber, Ndalem Mangkubumen yang kini menjadi Kampus 1 Universitas Widya Mataram (UWM), memiliki nilai sejarah yang penting. Dulunya, tempat ini merupakan kediaman KGPH Mangkubumi, adik dari Sri Sultan Hamengku Buwono VII. Pada masa pemerintahan Sri Sultan Hamengku Buwono VI, Ndalem ini juga menjadi tempat tinggal Sri Sultan Hamengku Buwono VII sewaktu masih menjadi putra mahkota dengan nama Pangeran Hangabehi. Sejarah ini menjadi dasar bagi pembagian pareden di Ndalem Mangkubumen yang dilakukan kembali pada masa pemerintahan Sri Sultan Hamengku Buwono X.

Acara sakral ini dihadiri oleh GKR Mangkubumi, GKR Maduretno, dan GKR Bendara, yang secara simbolis menerima dan membagikan gunungan di Ndalem Mangkubumen. Kehadiran para putri Keraton ini menambah keistimewaan dan kesakralan prosesi Garebeg Besar Idul Adha tahun ini.

Rektor UWM, Prof. Dr. Edy Suandi Hamid, memberikan tanggapan positif ketika ditemui oleh Tim Humas UWM mengenai dipakainya Kampus 1 UWM sebagai salah satu tempat untuk Garebeg Besar Idul Adha. "Kami menyambut baik dipakainya Kampus 1 UWM di Ndalem Mangkubumen sebagai salah satu tempat untuk Garebeg Besar Idul Adha. Ini mengembalikan kesakralan dari adanya garebeg, yang membagikan gunungan dengan cara lebih tertib, tidak berebutan, dan tidak ada yang mubazir," ujarnya.

Prof. Edy juga menambahkan bahwa maksud bahan-bahan pangan yang sudah didoakan tersebut adalah mengajak masyarakat untuk selalu bersabar dalam memperoleh rezeki yang makmur, sentosa dan sejahtera. “Momen ini bukan saja untuk melestarikan budaya leluhur yang penuh simbol-simbol religiusitas, namun juga dapat menjadi calendar of event budaya dan wisata di Yogyakarta”, tambahnya.

Dosen Program Studi Arsitektur UWM sekaligus Wakil Rektor I UWM, Desy Ayu Krisna Murti S.T., M.Sc. yang turut hadir pada acara garebeg ini menyoroti pentingnya Ndalem Mangkubumen sebagai bangunan tradisional bersejarah yang sangat estetik. "Perannya sebagai rumah pangeran yang menjadi pusat kegiatan pada masanya akan dikembalikan seperti semula. Kegiatan seremonial dilakukan di Pendopo Agung sedangkan kegiatan lebih privat ada di Bangsal Nehru," jelasnya.

Sementara itu, Ibu Sari, salah satu warga yang menerima ubarampe pareden gunungan, mengungkapkan rasa senangnya. "Saya senang mendapat ubarampe ini. Ini adalah cara kita untuk nguri-nguri kabudayan (melestarikan budaya) sekaligus ngalap berkah (mencari berkah melalui apa yang dipercaya). Ubarampe pareden gunungan ini akan saya simpan untuk kenang-kenangan," tuturnya.

Dengan diselenggarakannya Hajad Dalem Garebeg Besar, Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat tidak hanya menunjukkan kekayaan budaya dan tradisi yang tetap terjaga, tetapi juga menguatkan nilai-nilai religius dan kebersamaan masyarakat dalam merayakan hari besar Idul Adha.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image