Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Arditya Putra Sembodo

Supremasi CHAT GPT Di Tengah Gempuran AI di Dunia Pendidikan

Teknologi | 2024-06-15 22:37:13

AI atau Artificial Inteligence (Kecerdasan Buatan) adalah sebuah program yang dibuat dengan harapan dapat ’meniru’ kecerdasan manusia, AI ditujukan untuk memudahkan otomatisasi dalam segala pekerjaan manusia seperti mencari informasi, menyimpulkan sebuah tulisan atau argumen, menerjemahkan, hingga memberikan penjelasan terperinci dan mengerjakan tugas atau soal yang ’ditanyakan’ pada AI tersebut. Di Indonesia sendiri, AI mulai populer pada tahun 2022 dimana Chat-GPT diperkenalkan oleh perusahaan OpenAI sebagai AI yang serba bisa dan cepat.

Chat GPT adalah salah satu AI yang paling popular saat ini, mereka yang berkecimpung di dunia digital, baik pada bidang pendidikan, hiburan, perkontenan, dan lain sebagainya, pasti pernah menggunakan Chat-GPT dalam mencari tau informasi dengan cepat. Chat-GPT terkenal sangat membantu dalam mencari ide dan juga dalam melakukan penerjemahan secara real-time. Bagi siswa dan mahasiswa, Chat-GPT bagaikan alat super yang serba bisa dan mudah digunakan, mulai dari mengerjakan soal, merangkum, mencari informasi dan lain-lain, semua dapat dilakukan menggunakan Chat-GPT.

Akan tetapi, pada dunia pendidikan dan keilmuan, Chat-GPT sedikit demi sedikit makin tersingkirkan oleh AI yang lain, penyebab utama dari keruntuhan Chat-GPT tidak lain dan tidak bukan adalah akibat dari ‘kecacatan’ pada fitur Chat-GPT sendiri. Sudah merupakan rahasia umum bahwa hasil yang tergenerate dari Chat-GPT tidaklah selalu akurat 100%, bahkan ketika kita menggunakan Chat-GPT sekalipun akan muncul pesan untuk mengecek ulang informasi yang diberikan sebelum kita gunakan, terlebih untuk masalah matematis, jawaban dari Chat-GPT sudah mendapat reputasi ’tidak dapat dipercaya’. Selain itu dalam menulis artikel dan simpulan, hasil yang diberikan oleh Chat-GPT terlalu kaku dan kekurangan ’sentuhan’ manusiawi. Masalah lain yang menjadi ‘masalah’ cukup besar dikalangan akademika adalah fakta bahwa seringkali Chat-GPT tidak mampu menampilkan sumber dari informasi yang disampaikan kepada pengguna. Hal ini tentu saja merupakan persoalan yang sangat besar di dunia akademik yang sangat mengutamakan autentisitas serta hak cipta dari sebuah informasi dan tulisan, apabila tidak dapat mencatumkan sumber pustaka dari tulisan yang telah dibuat atau bahkan salah dalam menulis sumber pustaka, maka akan sangat berbahaya dikarenakan autentisitas dari tulisan tersebut akan bias dan bahkan jika informasi yang diberikan benar, akan cukup sulit untuk menemukan penulis aslinya secara manual kembali.

Oleh karena itu dibandingkan dengan Chat-GPT, dunia akademik modern lebih menyukai AI yang menyertakan sumber seperti Perplexity, Bing, atau Consensus yang memudahkan pengguna untuk mengecek autentitas dari informasi yang diberikan. Meskipun begitu, bukan berarti Chat-GPT akan hilang begitu saja, fitur Chat-GPT untuk menyimpulkan, merangkul, dan menerjemahkan merupakan unggulan dibandingkan dengan AI-AI yang lain. Berdasarkan hal itu, maka kemungkinan bahwa Chat-GPT akan tetap digunakan di dunia akademik cukup tinggi dalam skenario dimana Chat-GPT akan digunakan bersama dengan AI yang lainnya.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Terpopuler di

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image