Bekerja tidak Sesuai Jurusan Kuliah: Apakah Bisa Sukses?
Eduaksi | 2024-06-12 17:25:18Ketika kita memasuki dunia perguruan tinggi, banyak dari kita memilih jurusan berdasarkan minat atau harapan masa depan. Namun, seringkali kita menemukan bahwa jalur karier yang kita ambil setelah lulus tidak selalu sesuai dengan apa yang kita pelajari di perguruan tinggi. Lantas apakah memilih jalur karier yang tidak sesuai dengan jurusan kuliah bisa menghasilkan kesuksesan?
Nadiem Makarim, Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Mendikbud Ristek), dalam tayangan kanal youtube Universitas Sumatera Utara yang dikutip Selasa (2/11/2021) mengungkapkan maksimal hanya 20 persen lulusan mahasiwa di Indonesia yang bekerja sesuai dengan jurusan keilmuannya, sedangkan 80 persen sisanya bekerja diluar jurusannya. Berdasarkan data United States of America (2010), hanya 27 persen lulusan perguruan tinggi yang memiliki pekerjaan selaras dengan jurusan mereka.
Banyak faktor yang dapat menyebabkan fenomena ini terjadi. Hal yang paling sering dijumpai yaitu banyak mahasiswa yang merasa salah jurusan, baik karena kurang informasi tentang jurusan tersebut, maupun karena minat yang berubah seiring berkembangnya seseorang dalam mempelajari hal baru. Sedangkan persaingan untuk dapat menempuh pendidikan kuliah sangat tinggi, ditambah kebanyakan lowongan pekerjaan di Indonesia menjadikan minimal lulusan diploma atau sarjana sebagai persyaratan utama.
Hal ini menyebabkan mereka memutuskan untuk melanjutkan kuliah meskipun merasa salah jurusan. Adapun alasan lain yaitu dunia kerja yang berubah dan berkembang begitu pesat menyebabkan persaingan yang semakin ketat. Perkembangan teknologi menjadikan beberapa pekerjaan dapat digantikan dengan robot atau kecerdasan buatan. Sehingga selain persyaratan jenjang pendidikan, setiap orang diharuskan memiliki soft skill dan hard skill.
Memang kebanyakan orang berpikir idealnya bekerja sesuai jurusan, namun apakah artinya yang bekerja tidak sesuai jurusan tidak bisa sukses? Bekerja tidak sesuai jurusan tetap memiliki peluang sukses yang sama selama memiliki komitmen dan tekad yang kuat. Banyak cara yang dapat ditempuh untuk menjadi sukses. Meskipun saya masih menempuh pendidikan perkuliahan, saya percaya dengan mengkaji fakta dan mempelajari contoh yang ada di masyarakat, kita dapat belajar untuk mengatasi fenomena ini tanpa perlu berkecil hati. Hal paling mendasar yang dapat dilakukakan adalah memperbanyak hal baru untuk dipelajari.
Mendikbud Ristek telah memberikan fasilitas Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) untuk mahasiswa dapat mempelajari mata kuliah lain diluar lingkup jurusan, maka manfaatkan fasilitas ini sebaik mungkin, Namun apabila sudah lulus kuliah, ilmu dapat diakses dari banyak media. Mempelajari banyak ilmu dapat mengembangkan kemampuan dan pola pikir yang dapat meningkatkan value diri. Setelah itu, dukung dengan mencari pengalaman baik didalam maupun diluar kampus karena pada faktanya memperkuat networking sangat diperlukan. Jangan takut menciptakan peluang sedini mungkin.
Mungkin sekarang sebagai mahasiswa tidak merasa salah jurusan, namun pada fakta lapangan mencari pekerjaan yang sesuai dengan jurusan tidak semudah membalikkan tangan, maka dari itu tidak perlu menunda dalam menciptakan peluangmu sendiri. Peluang yang diciptakan sedini mungkin dapat menjadi bekal kedepannya. Dan yang paling penting adalah mencintai apapun yang kita kerjakan.
Apabila mencintai pekerjaan kita maka seberat apapun rintangannya kita akan tetap fokus berjuang. Liz Wessel, CEO dan mantan pekerja Google, menyarankan agar mencari pekerjaan yang bisa dinikmati meski tidak sesuai dengan perkuliahan sama sekali. Sejatinya kesuksesan tidak semata-mata didapatkan, namun perlu diraih dan diperjuangkan.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.