Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Davina Anindya

Bukan Pengurai Biasa

How To | Thursday, 30 May 2024, 18:31 WIB
Maggot, larva yang dapat mengurai sampah dan menghasilkan uang. (Sumber : Farida, 2022)

Sampah merupakan masalah lingkungan yang muncul seiring dengan pertumbuhan populasi dan peningkatan aktivitas masyarakat. Volume sampah meningkat secara signifikan, membuat semakin sulit untuk menemukan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) yang baru. Sampah terbagi jadi dua, sampah organik (sisa makhluk hidup dan mudah terurai) dan anorganik (sulit terurai).

Kebanyakan masyarakat lebih memilih mendaur ulang sampah anorganik seperti botol plastik, kaleng bekas dan lainnya daripada mengolah sampah organik. Hal ini selaras dengan perspektif khalayak tentang sampah organik yang jorok, bau, dan menjijikkan. Namun, dengan adanya perkembangan teknologi saat ini muncul berbagai cara sederhana untuk mengolah sampah organik dengan efektif dan efisien, salah satunya menggunakan bantuan makhluk hidup, maggot.

Maggot BSF (Black Slodier Fly) merupakan larva dari spesies lalat yang menyerupai tawon. Maggot memainkan peran penting dalam siklus hidup Black Soldier Fly, yang mengalami metamorfosis hingga menjadi lalat dewasa dan berlangsung dalam waktu sekitar 45 hari. Berbeda dengan lalat pada umumnya, Hermetia Illucens ini memiliki berbagai manfaat dan keuntungan bagi manusia.

Larva maggot, yang sering dianggap serangga menjijikkan, kini mendapat perhatian sebagai solusi inovatif dalam pengelolaan limbah dan keberlanjutan pangan. Sebagai pengurai limbah alami yang efisien, maggot memiliki kemampuan luar biasa dalam menguraikan materi organik yang membusuk menjadi produk bermanfaat. Maggot BSF, salah satu jenis serangga dengan siklus hidup singkat, sangat efektif dalam menguraikan sampah organik dalam jumlah besar.

Akhir-akhir ini, pemanfaatan maggot telah berkembang pesat dan menjadi semakin populer sebagai solusi ramah lingkungan untuk pengelolaan limbah organik. Larva maggot memiliki kemampuan dalam mencerna berbagai jenis limbah organik. Mereka dapat mengolah sisa makanan dari rumah tangga, limbah pertanian seperti dedaunan dan sisa tanaman, serta kotoran hewan dari peternakan.

Proses biokonversi yang dilakukan oleh maggot tidak hanya mengurangi volume limbah secara signifikan, tetapi juga menghasilkan berbagai produk yang bermanfaat. Hasil dari proses ini termasuk pupuk organik berkualitas tinggi yang digunakan untuk memperkaya zat hara dalam tanah dan mendukung pertanian berkelanjutan. Selain itu, maggot yang telah tumbuh dapat digunakan sebagai sumber protein tinggi untuk pakan ternak, terutama unggas dan ikan, menggantikan kebutuhan akan pakan konvensional yang sering kali mahal dan tidak ramah lingkungan.

Larva maggot memberikan keuntungan tidak hanya bagi lingkungan, tetapi juga peternaknya. Budidaya Maggot BSF memiliki prospek yang menjanjikan dengan mempertimbangkan aspek modal dan keuntungan di masa mendatang. Selain itu, beternak Maggot BSF juga dapat mendorong semangat kewirausahaan di masyarakat. Hal ini karena sistem budidaya ini mendukung ekonomi sirkular, di mana limbah tidak hanya dihilangkan tetapi diubah menjadi sumber daya baru yang berguna. Ini memberikan solusi yang berkelanjutan dan efisien untuk masalah limbah organik yang terus bertambah selaras dengan peningkatan populasi dan aktivitas manusia. Dengan adopsi yang lebih luas, pemanfaatan maggot dapat berkontribusi secara signifikan dalam usaha global untuk mengurangi limbah, meningkatkan ketahanan pangan, dan menjaga keseimbangan ekosistem.

Yuk! Budidaya maggot dari sekarang, untuk melindungi lingkungan dan mendapatkan cuan

Ditulis oleh Davina Anindya, mahasiswa Teknik Lingkungan, FST, Universitas Airlangga.

Daftar Pustaka

Farida Farhan. (2022). Cara Mudah Budidaya Maggot di Rumah bagi Pemula, Tanpa Bau dan Hasilkan Cuan. (Online)

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image