Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Elsa rania rahmawati

Mengurai Permasalahan Pendidikan Inklusif: Apakah Anak Berkebutuhan Khusus Terabaikan?

Kolom | 2024-05-29 20:21:08

Semua anak Indonesia, termasuk anak berkebutuhan khusus, merupakan representasi dari generasi penerus bangsa Indonesia dan dianggap sebagai aset berharga bagi bangsa. Anak berkebutuhan khusus mengalami keterlambatan dalam perkembangan dan kecacatan yang dialaminya secara fisik, mental, emosional, sosial, dan intelektual sehingga memerlukan akses terhadap layanan pendidikan, sosial, dan kebutuhan layanan khusus lainnya. Anak dengan kebutuhan khusus dapat dikategorikan menjadi anak-anak tunanetra, tunarungu, tunagrahita, penyandang cacat motorik, anak-anak cerdas istimewa, dan lainnya.

Sekolah yang didambakan menjadi tempat yang tentram dan nyaman bagi semua siswa namun pada kenyataannya masih banyak kasus di mana anak-anak berkebutuhan khusus diibaratkan sebagai sosok lemah bahkan terkucilkan, bahkan adanya keberadaan fasilitas pendidikan khusus seperti sekolah luar biasa (SLB) juga secara tidak langsung telah menumbuhkan tembok ekslusif yang memisahkan mereka dari anak-anak normal. Akibatnya anak berkebutuhan khusus merasa terisolasi dan merasa bukan bagian dari masyarakat.

Sekolah yang dianggap dapat memenuhi ketidakadilan tersebut yaitu sekolah inklusif di mana sekolah inklusif adalah sistem penyelenggaraan pendidikan di Indonesia yang memberikan kesempatan pendidikan sama rata tanpa memandang keadaan dan latar belakang anak tersebut. Melalui pendidikan inklusif ini, anak berkebutuhan khusus akan memperoleh kesempatan pendidikan yang sama dengan anak normal di sekolah negeri dijenjang SD, SMP, dan SMA sederajat.

Menempatkan anak berkebutuhan khusus di sekolah inklusif ini diinginkan dapat sebagai preferensi meski dengan keterbatasan mereka tetap bisa menunjukkan eksistensi nya di bidang akademik maupun ekstrakurikuler, mengikuti apa yang diajarkan di sekolah inklusif, bahkan bersaing dengan anak-anak normal, dan mampu bersosialisasi bersama anak yang tumbuh normal. Interaksi di sekolah ini diharapkan akan berlanjut hingga di luar sekolah entah dalam bentuk saling berkomunikasi, belajar bersama, bermain, dan saling berbagi pengalaman.

Penerapan layanan pendidikan inklusif di Indonesia telah memberikan banyak dampak positif di antaranya seperti: meningkatkannya rasa toleransi sesama siswa, peningkatan percaya diri, didukung agar tumbuh mandiri, bisa memanfaatkan potensi mereka sepenuhnya karena mereka dituntut untuk dapat mengatasi tantangan yang mereka hadapi, dan adanya kesetaraan dalam pendidikan.

Mengesampingkan manfaat yang ditawarkan oleh sekolah inklusif,implementasi pendidikan inklusif ternyata tidak semudah membalikkan telapak tangan. Sekolah inklusif seringkali dipandang belum maksimal disebabkan adanya tantangan dari dalam maupun luar faktor seperti:

1. Kurangnya guru yang kompeten dalam melatih anak berkebutuhan khusus

Dalam dunia pendidikan, setiap anak memiliki kebutuhan khusus yang perlu dipenuhi agar dapat berkembang secara optimal. Namun masih banyak guru yang dinilai kurang kompeten dalam melatih anak-anak berkebutuhan khusus. Faktor penghambatnya adalah kurangnya pelatihan khusus guru dan seringkali kesulitan menyesuaikan metode pengajaran yang berakhir anak berkebutuhan khusus tersebut akan sulit dalam memahami materi pelajaran lalu berujung tertinggal akademis dan sosialnya dari teman-teman sekelasnya.

2. Sarana dan prasana sekolah yang tidak memadai

Sarana dan prasana merupakan hal yang penting dalam membangun kenyamanan dalam lingkungan sekolah inklusif. Sarana dan prasana yang dibutuhkan dapat berbeda-beda tergantung pada jenis kebutuhan khusus yang dimiliki oleh anak tersebut. Sekolah inklusif bertanggung jawab untuk mengakomodasi fasilitas dan layanan namun, di Indonesia

banyak ditemukan sekolah yang belum memiliki fasilitas aksebilitas mumpuni.

Aksebilitas yang ditekankan seperti kurangnya dukungan tenaga pendidik dan tenaga kesehatan yang terlatih, kamar mandi disabilitas, ruang terapi, peralatan khusus seperti kursi roda, alat bantu, tongkat pendengaran, alat bantu penglihatan rambu jalan, jalur pemandu guide blog atau jalan ber tekstur.

Salah satu sarana prasana yang paling penting untuk diperhatikan dalam sekolah inklusif adalah fasilitas kamar mandi. Anak berkebutuhan khusus membutuhkan kamar mandi dirancang secara khusus yang dilengkapi dengan fasilitas sesuai dengan kebutuhan mereka seperti toilet yang dapat dijangkau dengan mudah, memiliki ruang gerak yang cukup luas, dan pegangan tangan yang stabil sehingga mereka akan berlatih mandiri, lebih mudah, dan nyaman dalam menggunakan kamar mandi di sekolah inklusif.

Selain fasilitas kamar mandi, ruang terapi juga merupakan sarana dan prasana yang tidak banyak tersedia pada sekolah inklusif di Indonesia. Padahal, anak-anak berkebutuhan khusus terutama fisik seringkali membutuhkan terapi khusus agar mendapatkan terapi yang optimal sehingga membantu mencapai potensi kemampuan nya. Peralatan yang diharapkan agar tersedia adalah alat terapi fisik, alat terapi okupasi, dan alat terapi bicara.

3. Paradigma negatif masyarakat

Masyarakat Indonesia sering kali menganggap bahwa anak berkebutuhan khusus hanyalah individu yang perlu dikasihani dan terabaikan. Paradigma masyarakat ini muncul karena ketidakpahaman mereka tentang keadaan anak berkebutuhan khusus. Anak penyandang kebutuhan khusus dianggap tidak bisa melakukan banyak aktivitas termasuk tidak bisa belajar berbeda dengan teman kelasnya yang normal sehingga mereka menarik kesimpulan bahwa anak berkebutuhan khusus membutuhkan sekolah khusus tersendiri seperti sekolah luar biasa (SLB)

4. Kurangnya Kolaborasi

Kolaborasi antara guru dan dokter khusus memiliki peran yang penting dalam mengimplementasikan program pendidikan inklusif. Dokter memiliki pengetahuan dan pengalaman medis yang diperlukan untuk memahami kebutuhan medis yang diperlukan oleh anak berkebutuhan khusus, di sisi lain guru guru juga memberikan informasi tentang kebutuhan serta tingkah laku anak di lingkungan kelas. Kolaborasi antara dokter dengan guru ini diharapkan mampu mengembangkan program pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan medis maupun pendidikan anak tersebut sehingga lebih efektif dan efisien.

5. Rendahnya kesadaran orang tua

Ketika anak lahir di dunia dengan ketidaksempurnaan akan menimbulkan reaksi yang beragam dari orang tuanya. Ekspresi marah, sedih, dan merasa tidak percaya hadir dalam raut mukanya. Orang tua anak tersebut telah memikirkan apa tantangan yang akan dihadapi nya dalam membesarkan anak tersebut terutama bagi ekonomi menengah ke bawah karena dari segi fisik anak kebutuhan khusus seringkali rentan terhadap penyakit.

Anak-anak berkebutuhan khusus sering mengalami diskriminasi dan stigma dianggap sebagai beban keluarga dan diabaikan oleh masyarakat sehingga mereka lebih memilih menyembunyikan kondisi anak mereka dan menyekolahkan anak mereka di sekolah khusus dibandingkan dengan sekolah reguler atau inklusif.

Meskipun banyak tantangan yang dihadapi dalam menerapkan pendidikan inklusif, banyak langkah-langkah yang dapat diambil untuk mengatasinya yaitu:

1. Strategi guru mengajar anak berkebutuhan khusus

Guru harus harus bersikap ramah terhadap semua murid untukmemastikan bahwa guru tersebut mau menerima anak tersebut setara dengan anak normal lainnya. Dengan memahami kebutuhan individu anak maka guru diharapkan dapat mengembangkan variatif metode pembelajaran sehingga dapat menyesuaikan gaya belajar yang diberikan.

Dengan penerapan strategi yang efektif, guru dapat membantu anak berkebutuhan khusus meningkatkan keterampilan, mengembangkan kemampuan bersosialisasi, dan merasakan kenyamanan dihargai di sekolah. Selain itu guru dapat membentuk lingkungan bersosialisasi yang positif dengan mengajak siswa normal untuk menjadi volunteer dalam mendampingi siswa berkebutuhan khusus dalam mengakses informasi selama di kelas atau membantu ketika ujian lisan maupun tulis bagi siswa berkebutuhan khusus penglihatan dan pendengaran. Guru diharapkan menasehati muridnya yang mengolok-olok dan memberikan pengertian kepada orang tua anak normal bahwasanya anak berkebutuhan khusus tidak perlu untuk ditakuti sehingga akan meminimalisir timbulnya komplain orang tua anak normal yang merasa keberatan jika anaknya satu kelas dengan anak berkebutuhan khusus. Guru dapat meningkatkan kemampuan nya dengan melaksanakan pelatihan khusus, workshop, dan sosialisasi untuk meningkatkan kompetensi. Selain itu guru juga bisa berbagi cerita atau berkolaborasi dengan guru lain maupun dokter ahli mengenai strategi yang tepat dalam mengajar anak penyandang kebutuhan khusus.

2. Meningkatkan kesadaran orang tua, masyarakat, dan pemerintah

Anak yang memilki kebutuhan khusus membutuhkan perhatian serta perawatan khusus sehingga memerlukan kesadaran tinggi orang tua dan masyarakat terhadap kebutuhan mereka. Harus ada pemastian bahwa fasilitas publik serta tempat umum dapat di akses oleh anak berkebutuhan dengan mudah. Diadakannya sosialisasi pada desa-desa, kabupaten, dan kota disetiap kesempatan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat dan orang tua memahami lebih baik kondisi anak berkebutuhan khusus. sosialisasi ini dapat dilakukan melalui kampanye iklan, kegiatan komunitas, dan seminar. Adanya program pemerintah melakukan promosi sekolah inklusif agar orang tua sadar akan kebutuhan pendidikan inklusif pada anak berkebutuhan khusus entah itu melalui kampanye, informasi pameran pendidikan atau kunjungan sekolah untuk orang tua dan masyarakat umum.

3. Meningkatkan sarana dan prasana minimnya sarana dan prasana

Sekolah inklusif di Indonesia memiliki sarana dan prasana yang di dedikasikan untuk anak berkebutuhan khusus meski tergolong sedikit dan banyak yang relatif gagal memenuhi standar karena kurangnya perhatian serta dukungan dari pemerintah maupun masyarakat setempat. Padahal, sarana dan prasana pendidikan inklusif harus nya menopang standar yang ditentukan oleh pemerintah contohnya aksebilitas, fasilitas khusus, dan lingkungan yang ramah difabelitas.

Kepala sekolah sebagai pemimpin dari jalannya program sekolah inklusif ini harus memastikan implementasi kebijakan sekolah inklusif bisa terlindungi secara menyeluruh dari hambatan dan rintangan. Kepala sekolah diharapkan mampu memberikan strategi terbaik dan mengelola infrastruktur bahkan jika diperlukan, bantuan dapat diminta dari pemerintah pusat seperti dukungan finansial guna melengkapi fasilitas yang kurang.

Pengenalan sekolah inklusif di Indonesia penuh dengan tantangan, namun seluruh pemangku kepentingan yang berkontribusi terhadap keberhasilan program ini termasuk guru, orang tua anak berkebutuhan khusus, masyarakat Indonesia, dan pemerintah telah melakukan upaya terbaik nya sehingga dapat menghasilkan solusi terbaik sebagai jalan pemecahan masalah.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image