Atasi Gigi Berlubang pada Anak dengan SENYUM
Edukasi | 2024-05-29 18:21:48Permasalahan gigi berlubang atau karies sangat sering terjadi pada anak. Karies adalah kerusakan jaringan keras gigi karena asam yang dihasilkan dari mikroorganisme, saliva, dan sisa makanan. Berdasarkan data dari Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada tahun 2018, 5 dari 10 anak Indonesia mengalami karies, dengan persentase 81,1 persen pada anak usia 3-4 tahun, 92,6 persen anak usia 5-9 tahun, serta 73,4 persen anak usia 10-14 tahun.
Karies disebabkan oleh beberapa faktor, seperti penumpukan bakteri di mulut, tidak rutin menggosok gigi minimal dua kali sehari, rutin mengonsumsi makanan tinggi gula, kurang minum air mineral, faktor genetika, serta enggan mengunjungi dokter gigi setiap enam bulan sekali. Tanda-tanda apabila anak mengalami karies antara lain, terdapat bercak cokelat kehitaman di gigi, nyeri pada area sekitar gigi, pembengkakan pada gusi, serta gigi menjadi sensitif.
Permasalahan karies pada gigi anak dapat diatasi dengan “SENYUM”. Akronim “SENYUM” yaitu “S” untuk sikat gigi anak setelah sarapan dan sebelum tidur, “E” untuk edukasi anak tentang kesehatan gigi sejak dini, “N” untuk nasihati anak untuk konsumsi makanan sehat, “Y” untuk yakinkan anak mengurangi makanan manis, “U” yaitu utamakan pemakaian pasta gigi berfluorida dan “M” yaitu mengunjungi dokter gigi secara berkala. Sangat diharapkan bahwa metode “SENYUM” dapat diaplikasikan dalam kehidupan anak sehari-hari agar terhindar dari penyakit gigi berlubang.
Penerapan metode “SENYUM” dalam kehidupan sehari-hari tidak hanya bermanfaat untuk mencegah karies, namun juga untuk membangun kesadaran anak tentang pentingnya merawat gigi sejak dini. Orang tua memiliki peran penting dalam mengajarkan anak untuk mengikuti metode “SENYUM” ini. Diharapkan dengan adanya edukasi yang tepat, anak-anak dapat belajar alasan dibalik pentingnya menjaga kebersuhan gigi, dampak buruk dari makanan manis, serta pentingnya kunjungan rutin ke dokter gigi. Dukungan orang tua dan lingkungan sekitar juga sangat penting untuk menyukseskan penerapan metode ini.
Terdapat beberapa faktor risiko apabila anak-anak tidak menerapkan gaya hidup dengan metode “SENYUM”. Karies yang tidak diobati dapat berkembang menjadi infeksi yang lebih parah, menyebabkan sakit gigi berkepanjangan, hingga mengakibatkan kehilangan gigi di usia dini. Selain itu, masalah gigi dapat memengaruhi kemampuan makan anak, mengganggu proses belajar, serta menurunkan kepercayaan diri mereka karena penampilan gigi yang buruk. Tanpa perawatan gigi yang baik sejak dini, biaya pengobatan di masa depan juga akan meningkat karena kondisi yang para memerlukan intervensi yang lebih kompleks yang mana memerlukan biaya lebih lagi.
Penerapan gaya hidup dengan kebersihan dan kesehatan mulut yang baik tentnya tidak mudah. Kebiasaan menggosok gigi dua kali sehari bisa sulit dilakukan terutama pada anak-anak yang cenderung pelupa. Oleh karena itu, peran orang tua sangat penting dalam mengawasi dan memastikan anak-anak rutin melakukan kebiasaan menggosok gigi dengan rutin. Selain itu, mengurangi konsumsi makanan manis juga bisa menjadi tantangan tersendiri karena banyak anak-anak yang menyukai makanan manis dan sering kali mendapatkannya dari lingkungan secara cuma-cuma.
Kendala dalam edukasi dan kesadaran tentang peningnya kesehatan gigi juga merupakan permasalahan yang sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Tidak semua orang tua memiliki pengetahuan yang memadai tentang cara merawat gigi anak dengan benar. Oleh karena itu sosialisasi dan edukasi dari tenaga kesehatan perlu ditingkatkan agar orang tua dapat mengajarkan kebiasaan yang baik sejak dini kepada anak-anak mereka. Selain itu, pemahaman tentang dampak buruk dari tidak menjaga kesehatan gigi juga perlu ditekankan agar orang tua dan anak lebih termotivasi untuk menjaga kesehatan gigi dan mulut.
Faktor ekonomi juga menjadi suatu kesulitan dalam menerapkan kebiasaan baik menjaga kesehatan mulut. Tidak semua keluarga memiliki akses yang mudah atau mampu secara finansial untuk membeli produk kesehatan gigi seperti pasta gigi berfluorida atau melakukan kunjungan rutin ke dokter gigi. Oleh karena itu, pemerintah dan pihak terkait perlu melakukan permasalahan ini dan memberikan dukungan berupa program kesehatan gigi yang terjangkau dan mudah diakses oleh seluruh lapisan masyarakat. Dengan demikian, penerapan metode “SENYUM” menjadi lebih efektif dan merata di kalangan masyarakat.
Sangat diharapkan bahwa dengan metode “SENYUM”, prevalensi karies pada anak-anak Indonesia berkurang secara signifikan. Implementasi kebiasaan baik dalam kehidupan sehari-hari akan memberikan dampak positif jangka panjang bagi kesehatan gigi anak-anak. Selain itu, metode ini dapat membantu mengurangi beban biaya perawatan gigi di kemudian hari. Marilah kita semua mengambil bagian dalam menjaga senyum anak-anak Indonesia yang sehat dan cerah, dimulai dari kebiasaan kecil demi mencegah karies dan memastikan mereka tumbuh dengan gigi yang sehat dan kuat.
Sumber:
Andriyani, A., Putri, N., Lusida, N., Ernyasih, E., Rosyada, D., Jaksa, S., & Al-Maududi, A. A. (2023). Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku Orangtua Dalam Pencegahan karies Gigi Anak di Jakarta Timur. Jurnal Kedokteran Dan Kesehatan, 19(1), 11. https://doi.org/10.24853/jkk.19.1.11-17
Butera, A., Maiorani, C., Morandini, A., Simonini, M., Morittu, S., Trombini, J., & Scribante, A. (2022, February 15). Evaluation of children caries risk factors: A narrative review of nutritional aspects, oral hygiene habits, and bacterial alterations. MDPI. https://www.mdpi.com/2227-9067/9/2/262
Davidson, K. W., Barry, M. J., Mangione, C. M., Cabana, M., Caughey, A. B., Davis, E. M., Donahue, K. E., Doubeni, C. A., Kubik, M., Li, L., Ogedegbe, G., Pbert, L., Silverstein, M., Stevermer, J., Tseng, C.-W., & Wong, J. B. (2021). Screening and interventions to prevent dental caries in children younger than 5 years. JAMA, 326(21), 2172. https://doi.org/10.1001/jama.2021.20007
Laporan Nasional riskesdas 2018. (2019). Kementerian Kesehatan, Republik Indonesia, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.