Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Oriana Sabiya

Tren Rokok Elektrik dan Bom Waktu Kesehatan Generasi Muda Indonesia

Info Sehat | 2024-05-28 22:19:23
Bymuratdeniz (gettyimages)

Dalam beberapa tahun terakhir, penggunaan rokok elektrik atau biasa disebut dengan vape telah menjadi tren yang semakin populer di Indonesia. Vape adalah perangkat yang bekerja dengan cara mengubah cairan khusus menjadi uap yang kemudian dihirup oleh pemakai. Proses ini berbeda dengan rokok tradisional yang membakar daun tembakau untuk menghasilkan asap. Cairan yang ada dalam vape, sering mengandung nikotin dan berbagai perasa, dipanaskan oleh elemen listrik hingga menguap, memberikan sensasi mirip dengan merokok tembakau tanpa proses pembakaran. Meskipun awalnya dipromosikan sebagai alternatif yang lebih aman dan bersih dibandingkan rokok konvensional, semakin banyak bukti yang menunjukkan bahwa vape juga membawa risiko kesehatan yang signifikan. Di Indonesia, fenomena penggunaan vape menunjukkan peningkatan yang drastis. Vape pertama kali mulai masuk ke pasar Indonesia pada tahun 2010. Namun, pada awal kemunculannya, vape belum banyak dikenal dan digunakan karena masyarakat masih awam terhadap produk ini. Seiring berjalannya waktu, popularitas vape meningkat tajam berkat strategi pemasaran yang sangat agresifdan efektif. Pemasaran yang gencar mempromosikan vape sebagai pilihan yang lebih sehat dibandingkan rokok tembakau—karena dianggap mengandung kadar nikotin yang lebih rendah—mendorong banyak orang untuk beralih ke vape.

Menurut laporan Global Adult Tobacco Survey (GATS), prevalensi pengguna vape di Indonesia melonjak dari hanya0,3% pada tahun 2011 menjadi 3% pada tahun 2021. Hal Ini menjadikan Indonesia salah satu negara dengan jumlah pengguna vape terbanyak di dunia. Berbagai klaim bahwa vape lebih aman daripada rokok tembakau konvensional telah dimanfaatkan oleh industri untuk memperluas pasar mereka. Namun, klaim ini mulai dipertanyakan seiring dengan munculnya berbagai penelitian yang menunjukkan bahwa vape juga mengandung zat-zat berbahaya. Pada tahun 2009, Food and Drug Administration (FDA) Amerika Serikat melakukan penelitian terhadap cairan vape dan menemukan adanya senyawa beracun seperti Tobacco Specific Nitrosamine (TSNA) dan Diethylene Glycol (DEG), yang dikenal sebagai karsinogen. Penemuan ini mendorong FDA dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) untuk mengeluarkan peringatan tentang bahaya potensial dari penggunaan rokok elektrik. WHO bahkan tidak merekomendasikan penggunaan vape sebagai terapi pengganti nikotin (Nicotine Replacement Therapy) karena temuan kandungan zat beracun dan karsinogen tersebut.

Salah satu kekhawatiran terbesar saat ini adalah meningkatnya penggunaan vape di kalangan remaja. WHO mencatat bahwa strategi pemasaran yang agresif telah menyebabkan peningkatan signifikan dalam jumlah pengguna vape berusia 13-15 tahun di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Dalam riset Statista Consumer Insights yang dikutip oleh Prof. Agus, sekitar 25% penduduk Indonesia pernah mencoba vape, angka yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan negara-negara seperti Swiss, Amerika Serikat, Inggris, dan Kanada. Angka ini menunjukkan bahwa Indonesia menghadapi tantangan besar dalam mengendalikan penggunaan rokok elektrik di kalangan anak muda. Dalam dekade terakhir, prevalensi pengguna rokok elektrik di Indonesia telah meningkat sepuluh kali lipat. Kenaikan ini memicu kekhawatiran tentang dampak jangka panjang pada kesehatan masyarakat, terutama bagi generasi muda yang lebih rentan terhadap kecanduan nikotin. WHO mengimbau agar negara-negara memperketat regulasi terhadap produk rokok elektrik, terutama yang mengandung perasa, untuk melindungi anak-anak dan remaja dari risiko kesehatan yang serius dan kecanduan nikotin.Dampak dari penggunaan rokok elektrik tidak hanya terbatas pada masalah kesehatan fisik tetapi juga kesehatan mental, dengan meningkatnya tingkat kecanduan nikotin di kalangan remaja. Oleh karena itu, pemerintah, masyarakat, dan keluarga perlu bekerja sama dalam mengedukasi tentang bahaya rokok elektrik dan mengembangkan kebijakan yang efektif untuk mengendalikan penggunaannya. Tanpa tindakan yang tegas dan terarah, rokok elektrik dapat menjadi bom waktu kesehatan bagi generasi muda di Indonesia, menimbulkan berbagai masalah kesehatan yang serius di masa depan.

Untuk mengatasi ancaman ini, tindakan preventif yang komprehensif diperlukan dari berbagai pihak. Pertama, pemerintah harus memperketat regulasi mengenai penjualan dan iklan rokok elektrik. Pembatasan usia minimum untuk pembelian, pelarangan iklan yang menargetkan remaja dan pengenaan cukai yang tinggi pada produk vape. Hal tersebut dapat mengurangi aksesibilitas dan daya tarik produk bagi anak muda. Selain itu, kampanye edukasi kesehatan yang masif dan berkelanjutan perlu dipertegas untuk meningkatkan kesadaran tentang bahaya penggunaan rokok elektrik. Disamping itu, sekolah juga memiliki peran penting dalam upaya preventif ini. Sekolah dapat melaksanakan program pendidikan kesehatan dan mengintegrasikan informasi tentang risiko rokok elektrik kedalam kurikulum. Dengan begitu, sekolah dapat membantu meningkatkan pemahaman siswa sejak dini. Guru dan konselor juga dapat dilatih untuk mengenali tanda-tanda penggunaan vape dan memberikan dukungan serta penanganan yang tepat bagi siswa yang mungkin sudah mulai menggunakan rokok elektrik.

Lingkungan sekitar dan pertemanan juga memegang peranan penting dalam pencegahan. Orang tua harus aktif dalam mendiskusikan risiko kesehatan dari vape dengan anak-anak mereka dan menciptakan lingkungan rumah yang bebas dari rokok elektrik. Komunitas lokal seperti PKK dan Karang Taruna dapat mengadakan seminar dan workshop untuk orang tua dan remaja, memberikan informasi dan strategi tentang cara menghindari tekanan teman sebaya yang mendorong penggunaan vape. Selain itu, penting untuk membangun budaya pertemanan yang positif dan sehat. Remaja perlu didorong untuk terlibat dalam kegiatan ekstrakurikuler dan hobi yang membangun, yang mana dapat menjauhkan mereka dari godaan untuk mencoba vape. Mendukung teman-teman untuk membuat pilihan sehat dan menjauh dari rokok elektrik bisa dimulai dengan kampanye di media sosial dan komunitas online yang mengedepankan gaya hidup sehat. Dengan sinergi antara regulasi pemerintah, pendidikan di sekolah, keterlibatan aktif orang tua, dan dukungan dari komunitas serta teman-teman, penggunaan rokok elektrik di kalangan generasi muda dapat ditekan. Hanya dengan pendekatan yang menyeluruh dan berkelanjutan, kita dapat melindungi kesehatan generasi muda Indonesia dari ancaman serius yang ditimbulkan oleh rokok elektrik.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Terpopuler di

 

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image