Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image jok

Tak Hanya Tingkatkan Risiko Stroke, Makanan Ultra-Proses Juga Tingkatkan Gangguan Memori

Gaya Hidup | 2024-05-24 17:28:12
Tiga kategori makanan berdasarkan prosesnya. Foto: dailymail.co.uk via untag-sby.ac.id.

PENELITIAN baru menunjukkan makanan ultra-proses tampaknya meningkatkan risiko stroke dan masalah memori atau kondisi yang terkait demensia.

Makanan ultra-proses merujuk pada produk makanan yang telah melalui pemrosesan industri yang ekstensif dan mengandung bahan-bahan yang tidak umum digunakan dalam masakan rumahan. Makanan ini biasanya dibuat dari zat-zat yang diekstrak dari makanan (seperti minyak, lemak, gula, dan pati) dan sering kali termasuk bahan tambahan seperti pewarna, perasa, pengawet, pengemulsi, dan pemanis buatan.

Tujuan dimasukkannya bahan tambahan ini biasanya untuk meningkatkan rasa, tekstur, masa simpan, atau penampilan.

Contoh makanan ultra-proses antara lain nugget ayam, makanan beku, hot dog, sup kalengan, keripik kentang, minuman ringan, sereal sarapan manis, es krim, roti kemasan, dan bumbu seperti saus tomat dan mayones.

Peningkatan 10% dalam jumlah makanan ultra-proses yang dikonsumsi seseorang dikaitkan dengan peningkatan risiko masalah kognitif sebesar 16%, menurut peneliti. Di sisi lain, peningkatan konsumsi makanan ultra-proses dikaitkan pula dengan peningkatan risiko stroke sebesar 8%. Demikian menurut hasil penelitian.

"Temuan kami menunjukkan bahwa tingkat pemrosesan makanan memainkan peran penting dalam kesehatan otak secara keseluruhan," kata peneliti Dr. W. Taylor Kimberly, seorang ahli saraf perawatan kritis di Rumah Sakit Umum Massachusetts di Boston, seperti dikutip kantor berita UPI.

Makanan ultra-proses biasanya adalah makanan buatan pabrik yang mengandung kadar gula, lemak, dan garam yang tinggi. Mereka merupakan campuran bahan, aditif, dan pengawet yang dirancang untuk rasa dan umur simpan.

Menurut Cleveland Clinic, makanan ultra-proses sejak lama telah dikaitkan dengan peningkatan risiko penyakit jantung, obesitas, dan diabetes tipe 2.

Untuk penelitian kali ini, yang diterbitkan di jurnal Neurology, baru-baru ini, peneliti membandingkan konsumsi makanan ultra-proses dengan makanan yang tidak atau minimal diproses seperti sayuran, buah-buahan, dan potongan sederhana daging sapi, babi, dan ayam.

"Meski diet sehat penting untuk menjaga kesehatan otak pada orang dewasa yang lebih tua, pilihan diet yang paling penting untuk otak kita masih belum jelas," kata Kimberly.

Peneliti merekrut lebih dari 30.000 orang kulit putih atau kulit hitam berusia 45 tahun atau lebih, dan meminta mereka mengisi kuesioner tentang apa yang biasanya mereka makan atau minum.

Peneliti menggunakan jawaban tersebut untuk menghitung seberapa banyak makanan ultra-proses dalam diet harian setiap orang, dibandingkan dengan pilihan yang lebih sehat.

Sekitar 14.000 partisipan penelitian kemudian dilacak selama rata-rata 11 tahun untuk penurunan kognitif, dan lebih dari 20.000 untuk stroke.

"Kami menemukan bahwa peningkatan konsumsi makanan ultra-proses dikaitkan dengan risiko yang lebih tinggi stroke dan gangguan kognitif," sebut Kimberly.

Di sisi lain, makan makanan yang tidak atau minimal diproses dikaitkan dengan penurunan risiko masalah otak sebesar 12% dan penurunan risiko stroke sebesar 9%.

Makanan ultra-proses memiliki dampak yang lebih besar pada partisipan kulit hitam, meningkatkan risiko stroke sebesar 15%.

"Lebih banyak penelitian diperlukan untuk mengkonfirmasi hasil ini dan untuk lebih memahami komponen makanan atau pemrosesan mana yang paling berkontribusi terhadap efek ini," kata Kimberly.***

Sumber: United Press International

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image