Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Suko Waspodo

Memelihara Kecerdasan Emosional: Kunci Keberhasilan Akademik Anak

Edukasi | Wednesday, 22 May 2024, 18:46 WIB
Sumber gambar: istock

Memahami Peran Kecerdasan Emosional dalam Pendidikan

Kebanyakan orang tua sangat menaruh perhatian pada prestasi akademis anak-anak mereka. Kami menekankan pentingnya menyelesaikan pekerjaan rumah, menghadiri kelas, belajar dengan rajin, dan pada akhirnya membangun karier melalui pendidikan tinggi atau keterampilan khusus. Untuk mendukung perjalanan akademis mereka, banyak orang tua yang membantu mengerjakan pekerjaan rumah, menyewa tutor, atau memberi penghargaan atas nilai bagus. Namun, yang sering luput dari perhatian adalah pentingnya kesejahteraan emosional dan keterampilan sosial dalam mencapai kesuksesan akademis.

Meskipun ukuran kecerdasan tradisional, seperti IQ, telah lama menjadi fokus, kecerdasan emosional (EQ) semakin diakui sebagai hal yang sama pentingnya. Penelitian menunjukkan bahwa kecerdasan emosional dapat menjadi prediktor prestasi akademik yang lebih baik dibandingkan IQ. Kecerdasan emosional mencakup kemampuan untuk mengenali dan mengelola emosi diri sendiri, berempati dengan orang lain, membangun dan memelihara hubungan positif, dan menavigasi kompleksitas sosial secara efektif.

Pergeseran dari Kecerdasan Emosional ke Pembelajaran Sosial-Emosional

Dalam penelitian dan praktik kontemporer, konsep kecerdasan emosional sering kali dibingkai dalam konteks pembelajaran sosial-emosional (Social-Emotional Learning / SEL) yang lebih luas. SEL melibatkan proses memperoleh keterampilan untuk mengelola emosi, membangun hubungan yang sehat, dan membuat keputusan yang bertanggung jawab. Keterampilan ini penting untuk menciptakan lingkungan belajar yang kondusif dan mendorong kesejahteraan secara keseluruhan.

Mengapa Pembelajaran Sosial-Emosional Penting di Sekolah

Anak-anak yang kesulitan dalam menjalin hubungan sosial atau mengelola emosi sering kali menganggap sekolah sebagai tantangan. Tanpa keterampilan untuk menangani kegagalan, konflik, atau emosi negatif, sekolah dapat menjadi lingkungan yang penuh tekanan, menghambat kinerja akademik dan kebahagiaan secara keseluruhan.

Empati, komponen inti SEL, telah terbukti memiliki dasar genetik sampai batas tertentu. Misalnya, penelitian terhadap anak kembar menunjukkan bahwa genetika berperan besar dalam variabilitas respons empati. Namun, pengaruh genetika terhadap empati berkembang seiring berjalannya waktu, dan faktor lingkungan memainkan peran yang lebih besar seiring bertambahnya usia anak.

Sifat Keterampilan Sosial-Emosional yang Dapat Diajarkan

Yang penting, keterampilan sosial-emosional seperti empati dapat diajarkan dan dipupuk. Penelitian menyoroti efektivitas pemodelan keterampilan ini di rumah dan di sekolah. Misalnya, latihan bermain peran telah terbukti meningkatkan altruisme pada anak kecil. Selain itu, gaya pengasuhan yang mendorong komunikasi terbuka dan menetapkan standar tinggi berkorelasi dengan tingkat empati yang lebih tinggi pada anak.

Sekolah-sekolah di seluruh Amerika semakin banyak memasukkan program SEL ke dalam kurikulum mereka. Program-program ini telah menunjukkan manfaat yang signifikan, termasuk peningkatan kinerja akademik, kehadiran yang lebih baik, dan peningkatan perilaku sosial. Analisis komprehensif terhadap 213 program SEL berbasis sekolah yang melibatkan lebih dari 270.000 siswa menemukan bahwa inisiatif SEL menghasilkan peningkatan penting dalam keterampilan emosional, sikap, dan perilaku, serta peningkatan kinerja akademik sebesar 11 persentil.

Mengintegrasikan SEL untuk Pembangunan Holistik

Bukti menunjukkan bahwa meskipun beberapa aspek keterampilan sosial-emosional mungkin dipengaruhi secara genetik, keterampilan ini dapat dibentuk dan dapat dikembangkan melalui latihan dan pemodelan yang disengaja. Bagi orang tua yang khawatir terhadap keberhasilan akademis anak mereka, fokus pada SEL dapat memberikan dukungan penting. Dengan memupuk kecerdasan emosional, anak-anak dapat mengelola tekanan sosial di sekolah dengan lebih baik, mengatasi tantangan emosional, dan menciptakan pengalaman belajar yang positif.

Kesimpulannya, pendidikan bukan semata-mata tentang prestasi akademik dalam mata pelajaran seperti matematika dan membaca. Hal ini juga melibatkan pengajaran anak-anak untuk bertanggung jawab secara sosial, mengelola emosi yang sulit, dan berinteraksi secara efektif dengan orang lain. Meskipun SEL mungkin tidak secara langsung menyelesaikan soal aljabar yang sulit, SEL membekali anak-anak dengan ketahanan dan keterampilan emosional yang diperlukan untuk menangani tantangan akademis dan dinamika sosial kehidupan sekolah, yang pada akhirnya berkontribusi terhadap kesuksesan mereka secara keseluruhan.

***

Solo, Rabu, 22 Mei 2024. 6:36 pm

Suko Waspodo

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image