Kisah Syukri Sukses Bisnis Depot Air Minum Reverse Osmosis
Bisnis | 2022-01-18 11:41:40Banda Aceh - Usaha depot air minum isi ulang kian marak, dari tahun ke tahun bisnis satu ini terus menyebar di berbagai kota di Indonesia. Sejak ada usaha depot air, masyarakat menjadi lebih mudah, cukup menenteng botol galon kosong, merogoh kocek Rp4.000 hingga Rp5.000 sudah bisa bawa pulang segalon air.
Dibandingkan dengan air galon yang sudah punya merek, harga air mineral hasil Reverse Osmosis (RO) bisa jauh lebih murah. Itulah mengapa permintaan akan air minum dalam galon hasil saringan rumahan ini masih diminati.
Hal tersebut pun menjadi alasan mengapa, Syukri, 38 tahun, terpikat membuka usaha depot air Family R.O di Desa Lam Ara, Kecamatan Banda Raya, Kota Banda Aceh. Menurutnya, meski bisnis depot air minum kian menjamur, minat masyarakat masih cukup tinggi.
"Kebutuhan air minum R.O memang tinggi. Terutama di warkop-warkop. Kita juga tidak menutup mata, bahwa persaingan juga makin ketat. Di sepanjang jalan Family R.O saja ada delapan depot," kata Syukri saat ditemui penulis, di Warkop Dedy, Kuta Alam, Banda Aceh, Rabu, 12 Januari 2022.
Syukri baru dua tahun nyemplung di bisnis depot air, tepatnya 28 Februari 2020. Baru dua bulan berjalan, pagebluk Covid-19 menghantam habis-habisan bisnisnya. Pemberlakuan jam malam hingga pembatasan sosial, membuat target pasarnya yang didominasi Warung Kopi (Warkop) menjadi sepi. Penghasilannya saat itu menurun secara drastis.
Syukri tak berdiam diri, dia memutar ide, mencari jalan keluar. Mengubah target pasar yang semula didominasi warkop, lalu menyasar ke rumah-rumah warga. Strategi Syukri saat itu berjalan dengan cukup baik. Perlahan, bisnis Syukri mulai bangkit. Kini permintaan pasar mulai meningkat terutama di warkop-warkop yang ada di Banda Aceh.
"Sehari untuk langganan tetap, minimal 200 galon air laku. Kemudian langganan tidak tetap dari masyarakat yang tidak bisa ditebak. Sementara untuk warkop kita target 10 galon air per warkop. Kadang juga bisa 15, tergantung kebutuhan di warkop," ucap Syukri.
Family R.O masih meliputi wilayah Kota Banda Aceh yang tersebar di lebih 40 Warkop. Bukan hal mudah untuk mencapai angka tersebut, Syukri terjun sendiri mencari pasar baru. Membangun komunikasi, menanam kepercayaan pemilik warkop, kejujuran hingga kualitas adalah modal utama.
Persoalan harga, tentu sama dengan depot-depot yang lain. Namun yang membedakan, Syukri lebih peka terhadap mereka di kalangan menengah ke bawah.
"Tiap Warkop kita target minimal 10, tapi ada juga dalam sehari hanya dua galon. Mereka mengambil lebih dari 10 biasanya jika air keran macet," ungkap Syukri.
Syukri membandrol satu galon air seharga Rp4.000. Ada beberapa kategori yang tidak dikenakan biaya antar, mereka pelanggan pertama Family R.O, masyarakat kurang mampu dan warga desa setempat.
Tidak hanya itu, penjualan di depot air milik Syukri juga tergantung semangat pekerja. Makin semangat pekerja, maka makin meningkat penjualan, karena mereka dibayar per galon dan akan mendapatkan bonus juga. Kalau semangat berkurang, tentu mempengaruhi juga penjualan. "Mau gaji berapa tentukan sendiri," ujarnya.
Sebelumnya, Syukri sempat juga mencoba peluang air galon yang dimasak. Risiko yang besar membuatnya berhenti. Syukri tipikal pebisnis yang low risk low return. "Lebih baik kecil risiko, kecil keuntungan daripada besar keuntungan besar pula risiko," tegasnya.
Setelah dua tahun menjalankan bisnis depot air. Syukri kini memiliki dua becak dan satu mobil pick up. Kendaraan ini memudahkannya untuk mengantar air galon. Becak digunakan untuk pengantaran dengan kapasitas tidak terlalu banyak, sementara pick up untuk mengantisipasi apabila ada pesanan yang membludak.
"Say berencana untuk terus scale up bisnis ini menjadi air mineral gelas. Tapi untuk sekarang belum siap," katanya.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.