Kenali 8 Mei: Hari Thalasemia Sedunia
Info Sehat | 2024-05-17 18:28:02Internasional Thalassemia Day atau hari thalasemia sedunia yang diperingati pada setiap tanggal 8 mei lalu bertujuan untuk menghormati dan memberi dukungan bagi penderita thalassemia dalam pencegahan dan pengobatan penyakit tersebut.
Dilansir dari Thalasemia Internasiol Feredation (TIF) Tema yang diangkat untuk Internasional Thalassemia Day 2024 adalah ”empowering lives, embracing progress: equitable and accessible thalassaemia treatment for all”, yang artinya "memberdayakan kehidupan, merangkul kemajuan: pengobatan talasemia yang adil dan mudah diakses untuk semua." Tema ini berfokus untuk memastikan semua orang dengan penyakit thalasemia, di mana pun lokasi dan kondisi ekonominya, dapat mendapatkan akses terhadap diagnosis yang akurat, pengobatan saat ini dan di masa depan, serta perawatan menyeluruh.
Thalasemia merupakan sindrom kelainan genetik seumur hidup yang disebabkan oleh gangguan sintesis hemoglobin (Hb), di dalam sel darah merah (Rujito, 2019). Penyakit ini merupakan salah satu penyakit tidak menular yang diturunkan secara genetik. Penyakit ini disebabkan oleh gen globin beta yang terletak pada kromosom 11.
Wolrd Health Organization (WHO) menyatakan, 6,5% dari populasi dunia membawa gen kelainan hemoglobin (Hb), 3% diantaranya membawa gen thalasemia ß3. Prevalensi thalasemia di berbagai Negara seperti Italia, Yunani, Cina, India jika digambarkan dalam peta dunia membentuk sebuah sabuk (thalassemic belt) dimana Indonesia termasuk salah satunya (WHO, 2014). Di Indonesia sendiri, tingkat penyebaran penyakit thalasemia diperkirakan mencapai 3,8% dari keseluruhan populasi dan Negara yang berada pada sabuk thalasemia (KEMKES, 2019).
Berdasarkan kelainan klisnisnya, thalasemia dibagi menjadi 3, yaitu:
1. Thalasemia Mayor
Thalasemia mayor merupakan keadaan thalasemia terberat. Dimana pasien thalassemia mayor ini membutuhkan transfusi darah sejak tahun pertama pertumbuhan, yaitu antara enam sampai dua puluh empat bulan, dan harus dilakukan sepanjang hidupnya.
2. Thalasemia Intermedia
Thalasemia intermedia terjadi akibat kelainan pada 2 kromosom yang menurun dari kedua orang tua penderita. Penderita thalasemia intermedia mengalami anemia ringan yang derajatnya tergantung dari mutasi gen yang terjadi. Jika anemia kronis tidak diobati dengan baik, thalasemia intermedia ini dapat meningkat menjadi thalasemia mayor.
3. Thalasemia Minor
Thalasemia minor adalah thalasemia pembawa mutan thalasemia. Pada thalasemia minor penderita tampak sehat dan tidak membutuhkan tranfusi darah, tetapi dengan sel darah merah yang mengecil, penderita thalasemmia minor mungkin mengalami anemia ringan.
Dikarenakan tubuh memiliki lebih sedikit sel darah, mungkinkan bagi tubuh untuk memiliki gejala anemia. jika mengalami anemia, tubuh mungkin akan terasa lelah atau lemah. Menurut (CDC, 2016) berikut adalah beberapa gejala yang dapat muncul pada penderita thalasemia:
· Pusing
· Sesak napas
· Detak jantung yang cepat
· Sakit kepala
· Kram kaki
· Kesulitan berkonsentrasi
· Kulit pucat
Gejala-gejala thalassemia dapat bervariasi tergantung pada jenis dan tingkat keparahan thalasemia yang dialami oleh penderita yang diturunkan orang tuanya
Pengobatan penyakit thalassemia sendiri tergantung pada jenis dan tingkat keparahan penyakitnya. Pada kondisi thalasemia ringan, penderita hanya memerlukan sedikit pengobatan. Sedangkan pada penderita dengan kondisi thalasemia sedang hingga berat, penderita memerlukan tindakan medis, seperti:
1. Transfusi darah
Pada penderita thalasemia mayor membutuhkan transfusi darah seumur hidupnya. Penderita akan menjalani transfusi darah secara berkala, dengan jangka waktu dua hingga tiga minggu sekali. Transfusi darah dilakukan untuk menjaga kadar hemoglobin (Hb) pada angka 9 sampai 10 mg/dL.
2. Terapi Khelasi
Terapi khelasi merupakan pengobatan untuk membuang kelebihan logam berat dari aliran darah. Terapi ini menggunakan zat yang mengikat logam berat dan membantu membersihkannya dari tubuh. Terapi khelasi dilakukan oleh penderita thalasemia karena terdapat penumpukan zat besi di dalam tubuh akibat transfusi darah yang dilakukan secara terus-menerus. Dokter akan memberikan obat seperti deferasirox yang berfungsi untuk mengeluarkan zat besi berlebih dalam tubuh.
3. Transpalasi sumsum tulang belakang
Transpalasi sumsum tulang belakang merupakan satu-satunya obat yang dapat menyembuhkan penyakit thalassemia. Pada penderita thalasemia, transpalasi sumsum tulang belakang bertujuan untuk menghasilkan sel darah merah secara normal.
Penyakit thalasemia ini tidak bisa disembuhkan secara total. Namun, dengan pengobatan yang tepat, penderita thalassemia dapat menjalani kehidupan layaknya orang normal.
Kesimpulannya, thalasemia merupakan penyakit keturunan dari orang tua penderita. Oleh karena itu deteksi dini dengan memeriksakan darah untuk mengetahui adanya gen thalasemia dan tidak menikah dengan sesama pembawa sifat thalasemia merupakan salah satu pencegahan yang dapat dilakukan untuk mencegah adanya keturunan dengan penyakit thalasemia ini.
Dengan adanya Hari Thalasemia sedunia 2024, diharapkan dapat meningkatkan kesadaran masyarakat dan kepedulian akan bahaya penyakit thalasemia. Seperti tema Hari Thalassemia Sedunia 2024, diharapkan ketersediaan akan akses terapi, teknologi, perawatan dan dukungan bagi penderita thalassemia dapat di akses semua kalangan yang membutuhkan.
#ITD2024
#BeAwareShareCare
#TreatmentForThal
#TreatmentForAll
Referensi:
CDC. (2016). Thalassemia: Complications and Treatment. [online] Centers for Disease Control and Prevention.
KEMKES. (2019). Hari Thalasemia sedunia Putuskan Mata Rantai Thalasemia Mayor.
Thalasemia International Feredation. (n.d.). INTERNATIONAL THALASSAEMIA DAY | Announcing the 2024 Theme! [Accessed 21 Apr. 2024].
Rujito. (2019). TALASEMIA : GENETIK DASAR DAN PENGELOLAAN TERKINI (1st ed.). UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN Gd. BPU Percetakan dan
Penerbitan (UNSOED Press).
WHO. (2014). The global burden of disease update.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.