Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Faizal Keliobas

Produk Wisata Untuk Mengoptimalkan Potensi Desa Wisata

Wisata | Tuesday, 18 Jan 2022, 07:57 WIB

Oleh : Faizal Mubarak Keliobas, Khairul Anwar (Dosen Pembimbing) , Adam Kusuma

Abstrack

Menparekraf Sandiaga Salahuddin Uno, mengajak komunitas dan pengelola desa wisata di tanah air untuk memaksimalkan potensi sumber daya alam dan ekonomi kreatif yang dimiliki dengan terus melakukan inovasi melalui berbagai macam produk wisata. Inovasi produk wisata tersebut bisa dengan menggabungkan berbagai potensi seperti ecotourism, nature based tourism, atau nature eco wellness adventure yang menjadi paket wisata. Semua itu merupakan inovasi produk wisata yang akan berkembang cepat dan menjadi mainstream baru di industri pariwisata. Dengan begitu daya tarik wisatawan akan meningkat, ekonomi bergerak dengan terbukanya potensi lapangan kerja.

Kata Kunci : Sumber Daya Alam, Ekonomi Kreatif, Produk Wisata

Pendahuluan

A. Latar Belakang Masalah

walaupun kita mempunyai sumber daya alam yang sangat kaya, negara kita belum bisa memaksimalkan seluruh potensi sumber daya alam dan lingkungan yang kita miliki. Sebagai contoh di bidang pertanian, kita masih banyak mengimpor produk pertanian seperti beras, jagung, kedelai, gandum,buah-buahan dan lain sebagainya. Harga jual produk pertanian dalam negeri lebih mahal daripada produk pertanian luar negeri, hal itu merupakan salah satu penyebab alasan pengusaha lebih memilih produk impor untuk dijual di Indonesia dibandingkan produk pertanian dalam negeri. Itulah yang menyebabkan petani Indonesia masih banyak yang miskin dan akhirnya menyebabkan penduduk Indonesia enggan menjadi petani tapi lebih memilih menjadi karyawan di sebuah perusahaan. Kita juga belum sepenuhnya memanfaatkan daya tarik alam kita yang indah untuk menjadi obyek wisata. Selama ini kita hanya mengandalkan Bali, Lombok sebagai primadona wisata. Padahal masih banyak daerah-daerah di Indonesia yang memiliki alam yang indah seperti pulau Bunaken di Sulawesi Utara dimana keindahan bawah lautnya menjadi surga bagi para penyelam. Kepulauan Raja Ampat di provinsi Papua juga berpotensi sebagai objek wisata karena seperti Bunaken, Raja Ampat memiliki keindahan bawah laut dan termasuk salah satu tempat terbaik di dunia untuk menyelam. Dan masih banyak daerah-daerah di Indonesia yang layak dijadikan objek wisata tapi belum dikelola dengan baik karena kurangnya sarana dan prasarana di daerah tersebut, penataan kota, pengelolaan sumber daya manusianya, dan lain sebagainya. Pemerintah juga di nilai kurang serius menangani masalah pariwisata tersebut. Bukan hanya kekayaan hayati, Indonesia juga merupakan penghasil jenis bahan tambang yang sangat besar seperti emas di Papua yang saat ini di eksploitasi oleh perusahaan Asing tapi rakyat Papua sendiri banyak yang miskin. Belum lagi hasil-hasil tambang yang lain mulai dari petroleum, timah, gas alam, nikel, tembaga, bauksit, timah, batu bara, dan perak yang hasilnya belum bisa mensejahterahkan seluruh penduduk di Indonesia. Padahal UUD pasal 33 menyatakan kekayaan alam dikuasai oleh negara dan dipergunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana mengoptimalkan potensi sumber daya alam yang kita miliki

2. Apa saja potensi sumber daya yang kita miliki

C. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui bagaimana mengoptimalkan potensi sumber daya alam yang kita miliki

2. Mengetahui potensi sumber daya alam yang kita miliki

C. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam artikel ini adalah metode deskriptif kualitatif. Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang bertujuan menggambarkan Memaksimalkan pengoptimalan potensi SDA Untuk Indonesia yang lebih maju. Sedangkan sumbernya diambil dari beberapa jurnal ilmiah yang diterbitkan dengan maksud dijadikan sumber referensi Adapun Tekhnik pengumpulan data dalam penelitian ini ialah Studi Kepustakaan.

Hasil dan Pembahasan

Keputusan berkunjung pada suatu jasa atau wisata yang ditawarkan memakai konsep keputusan pembelian, hal ini didukung menurut (Arista, Darsiharjo, & Marhanah, 2017) mengungkapkan bahwa teori yang mendasari keputusan berkunjung yaitu memakai konsep keputusan pembelian. Keputusan berkunjung merupakan hasil dimana wisatawan benar-benar memutuskan untuk mengunjungi destinasi wisata yang disukai dari berbagai macam alternatif destinasi yang ada (Kotler & Keller, 2016; Nurhasanah, Ramdan, & Komariah, 2019; Sudaryono, 2016). Beragam dimensi untuk mengukur keputusan berkunjung menurut (Kotler & Keller, 2016) terdapat enam dimensi yaitu pemilihan produk atau jasa, pemilihan merek, pemilihan penyalur, jumlah kunjungan, penentuan waktu berkunjung, dan metode pembayaran. Dimensi ini juga senada dengan yang digunakan oleh (Rizki & Pangestuti, 2017). Pemilihan produk atau jasa yaitu suatu daerah tujuan wisata mampu memusatkan perhatian kepada orang-orang yang berminat untuk mengunjungi, serta memperkuat daya tarik wisata sehingga wisatawan dapat mengambil keputusan untuk mengunjungi daerah tujuan wisata sebagai pemilihan produk atau jasa (Dharmmesta & Handoko, 2012; Mulyani, 2018). Pemilihan merek yaitu pada setiap merek mempunyai perbedaan tersendiri yang dapat mempengaruhi wisatawan dalam pengambilan keputusan (Dharmmesta & Handoko, 2012; Mulyani, 2018). Pemilihan penyalur yaitu pada setiap keputusan wisatawan akan berbeda-beda karena berbagai faktor seperti lokasi yang dekat, harga yang murah, kenyamanan melakukan pembelian dan lain sebagainya (Dharmmesta & Handoko, 2012; Mulyani, 2018). Jumlah kunjungan bagi wisatawan dalam pengambilan keputusan tentang seberapa sering produk yang akan dikunjungi, sehingga akan berdampak pada frekuensi tingkat kunjungan (Dharmmesta & Handoko, 2012; Mulyani, 2018). Penentuan waktu berkunjung yaitu suatu keputusan

Produk dalam industri pariwisata merupakan suatu produk yang disebut dengan produk line dalam arti bahwa penggunaannya dilakukan pada waktu bersamaan (Yoeti, 2013). Produk wisata merupakan keseluruhan fasilitas atau pelayanan yang berbentuk nyata atau tidak nyata disediakan bagi wisatawan yang diperoleh dan dirasakan atau dinikmati agar suatu kesatuan rangkaian perjalanan dapat memberikan pengalaman yang baik bagi wisatawan semenjak seninggalkan tempat tinggalnya sampai ke daerah tujuan wisata yang dipilih hingga kembali ketempat asalnya. Adapun dimensi produk wisata sebagai alat ukur menurut Muljadi (2012), yaitu atraksi wisata, fasilitas dan amenitas, serta aksebilitas. Dimensi ini juga senada dengan yang digunakan oleh Dani & Thamrin, (2019). Penelitian ini menggunakan dimensi sebagai berikut.

(1) Atraksi wisata, merupakan potensi yang dimiliki yang dapat menarik wisatawan untuk berkunjung. (2) Fasilitas dan amenitas, yaitu berbagai fasilitas yang dapat menunjang satu dengan yang lain yang dapat memberikan kenyamanan serta kepuasan bagi para wisatawan selama melakukan perjalanan wisata. (3) Aksebilitas, yaitu kemudahan seorang wisatawan untuk mencapai daerah tujuan wisata melalui media transportasi (Dani & Thamrin, 2019; Muljadi, 2012).

Menurut kami produk wisata merupakan komponen penting yang seharusnya terus di gencar oleh pemerintah sebagai sebuah inovasi yang efektif untuk menarik minat masyarakat untuk berwisata.

Kesimpulan

Produk wisata merupakan berbagai jasa dimana satu dengan lainnya saling berkait dan dihasilkan oleh berbgaai perusahaan pariwisata, misalnya akomodasi, biro perjalanan, transportasi, destinasi wisata, dan restoran. Sebagai suatu produk yang kompleks, produk wisata tidak bisa disamakan dengan produk dan jasa lainnya. Kekhasan ini yang membuat produk wisata menjadi unik sehingga membutuhkan penanganan yang khusus. Faktor yang menjadi dasar pengambilan keputusan berkunjung adalah produk wisata maka dari itu salah satu fungsi produk wisata yaitu sebagai referensi wisatawan dalam setiap melakukan kunjungan ke suatu objek wisata (Huda, Rachma, & Hufron, 2019). Elmas (2019) menyatakan adanya hubungan yang positif dan signifikan antar produk wisata terhadap keputusan berkunjung (Ramadhan & Susanta, 2016). Artinya, semakin tinggi produk wisata maka akan semakin tinggi juga keputusan berkunjung seorang wisatawan dalam mengunjungi suatu objek wisata.

Daftar Pustaka

https://kabar24.bisnis.com/read/20140401/380/215207/pemanfaatan-sumber-daya-alam-indonesia-yang-belum-maksimal

https://journal.unesa.ac.id/index.php/jim/article/download/7864/pdf

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image