Hakikat Menuntut Ilmu
Agama | 2024-05-14 18:26:24Oleh: Muhammad Syafi'ie el-Bantanie
(Founder Edu Sufistik)
Nak, sejatinya hakikat menuntut ilmu adalah untuk menguatkan iman dan mengokohkan takwa. Maka, jika kalian gemar datang ke majlis ilmu, namun tak menguatkan iman dan mengokohkan takwa, merugilah kalian. Ilmu yang kalian peroleh sebatas menambah wawasan dan pengetahuan. Berhenti sampai akal pikiran, namun tak sampai menghunjam ke hati terdalam.
Bal'am bin Baura dan Haman adalah cendekiawan pada masa Nabi Musa ‘alaihissalam. Namun, ilmunya tak mampu menuntunnya kepada kebenaran. Bahkan, keduanya memposisikan diri sebagai penentang dakwah Nabi Musa, rasul pilihan.
Sebaliknya, Habib bin Suri An-Najar, si tukang kayu. Ia bukan orang alim. Teramat singkat dia belajar kepada para Rasul. Namun, ilmu yang setitik itu menghunjam ke hati terdalam. Hingga, membawanya pada iman. Lalu, mendorongnya untuk syiarkan Islam meski hanya mengajak-ngajak orang agar ikuti para Rasul teladan. Ia posisikan dirinya berada dalam barisan para Rasul pilihan.
Oleh karena itu, pahamilah oleh kalian, nak, menuntut ilmu sejatinya untuk menguatkan iman dan mengokohkan takwa. Bukan menambah wawasan pengetahuan semata. Dengan iman dan takwa yang kokoh akan melahirkan akhlak mulia. Iman, takwa, dan akhlak mulia inilah esensi yang dituju dalam menuntut ilmu.
Insyafilah nak, ada orang yang hanya paham satu atau beberapa ayat, tapi diamalkan. Kemudian, mengantarkannya pada takwa. Sementara, ada orang yang fasih dan mendalam keilmuannya, namun tak mengantarkannya pada takwa karena tidak diamalkan. Maka, tiada guna sederet gelar akademisnya.
Pahami olehmu nak, ini tentang kebeningan niat dan memahami hakikat menuntut ilmu. Karena, sejatinya ulama (orang berilmu) adalah orang yang paling takut kepada Allah. Karena itu, tanyakanlah kepada dirimu secara jujur apakah kalian sudah memahami hakikat menuntut ilmu dan meluruskan niat dalam menempuhnya? Semoga kelak kalian menjadi para aktor pembangun peradaban dengan karya masing-masing.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.