Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Aiska Muti Salsabila

Para Pejuang Kecil

Sastra | 2024-05-13 17:29:45

"Hei, lihatlah mereka itu. Mereka begitu kecil dan lemah. Mereka hanyalah sekelompok makhluk yang tidak berguna," ucap Dactylus sembari menunjuknya.

Frenatus turut menyambungkan perkataan temannya, "Hahaha, lihatlah bagaimana mereka bergerak ke sana kemari, seolah-olah mereka memiliki rencana besar. Sungguh menggelikan!"

"Mereka hanya akan menjadi santapan kita, seperti biasa," balas Marmora.

Ucapan-ucapan para bedebah itu, terus terngiang-ngiang dalam pikirannya.

Kemudian, ia menghela napas panjang.

Mungkin ini memang takdir kaumnya, terlihat seperti atom yang dipandang sebelah mata. Ia tak akan tinggal diam dengan melihatnya terus-menerus. Akan ia ubah nasib kaumnya dalam genggaman tangannya yang kecil. Meskipun hidupnya tak akan bertahan lama, ia tak akan membiarkan mereka menindas kaumnya terlalu lama. Dialah Musca, si lalat rumah, bertekad akan hal tersebut.

Beberapa hari kemudian, Musca mengumpulkan niatnya untuk melakukan uji coba.

Musca mencoba memasuki area perbatasan Kerajaan Lalat dan Kerajaan Cicak. Sang penjaga gerbang Kerajaan Cicak, Cosymbotus, tampak serius melaksanakan tugasnya. Ia mengerjai Cosymbotus yang bertugas, terbang bebas di sekelilingnya. Dengan mengandalkan indra perasa dan penciuman untuk mendeteksi mangsa di sekitarnya, Cosymbotus menjulurkan lidahnya. Musca menjadi santapan pertamanya di pagi hari saat baru bertukar shift penjagaan. Namun, Cosymbotus membutuhkan waktu yang lama untuk menelannya karena tubuh Musca lumayan besar.

Setelah Musca masuk ke dalam perutnya, Cosymbotus merasa senang karena perutnya sudah terisi untuk mendapatkan energi lagi. Namun, ternyata Musca tidak tinggal diam. la masih selamat karena telah mempelajari ilmu pembebasan diri. Perut Cosymbotus digonjang-ganjingkan oleh Musca sehingga ia berhasil lolos keluar. Cosymbotus yang merasa kesal langsung pergi melapor kepada Sang Raja Cicak.

Di dalam ruang pertemuan Kerajaan Cicak, Istana Gecko, ada banyak menteri, pengawal, dan raja di singgasana yang paling tinggi. Raja Cicak tidak menerima laporan yang begitu menyakitkan. Ini membuat harga dirinya terinjak-injak karena salah satu penjaganya kalah dengan seekor lalat. Raja memberikan perintah untuk menghukum pengawal itu dengan hukuman mati karena ia tidak cukup kuat menghadapi musuhnya. Setelah prosesi eksekusi tersebut, raja menyatakan peperangan terhadap Kaum Lalat.

***

Di sisi lain, Musca terbang bebas penuh sukacita menikmati kebebasannya. Lalu, ia penasaran dengan kerajaan musuh bebuyutan sehingga ia menyusup masuk ke dalam setelah sang penjaga pergi. Penjagaan di luar area perbatasan kerajaan tidak ketat sehingga Musca dapat masuk dengan mudah. Ia menjadi bentuk manusia, seorang perempuan tangguh yang mengenakan seragam kostum armor jenderal.

Selama ia mengelilingi istana dengan hati-hati, ia tak sengaja melihat seorang pria tampan dan berkarisma, yang ternyata merupakan Putra Mahkota Cicak, Platyurus Junior. Putra Mahkota Cicak mengenakan seragam militer khusus yang menunjukkan bahwa dirinya merupakan keluarga kerajaan. Ia sedang mengobrol dengan para prajurit, memberikan peringatan dengan tegas. Pangeran akan turun tangan dalam menghadapi peperangan. Musca terpana, berasa dirinya tersihir dan tergerak hatinya oleh ketampannnya.

Musca berbisik pelan, "Pria itu tampan sekali."

Lalu, Musca berpikir, "Apa kata para manusia itu?"

Musca terus mengamati Putra Mahkota, sambil tak berhenti senyum-senyum sendiri hingga pipinya terlihat seperti merah jambu.

"That's my boy, that's my boy, that’s my boy," ucapnya sambil menunjuk.

Senyumnya merekah.

"Manusia tidak mengetahui bahwa ada cicak setampan dia," ungkap Musca.

Kemudian, Musca berseru pelan dengan mata terbelalak. "OHO! Apakah ini yang dinamakan cinta pandangan pertama?"

Tanpa ia sadari, ia menyebutkan persilangan antarhewan yang ada.

Musca berkata, "Tiger dan Iion menjadi Tigon begitu pun sebaliknya lion dan tiger menjadi liger."

“Bagaimana denganku?" pertanyaan yang terlontar dari mulutnya begitu saja.

Musca terus membayangkan dirinya dengan Putra Mahkota Cicak, yang membuatnya kehilangan sosok pria itu.

Ia bertanya pada dirinya sendiri, "Ke mana pangeran tampan itu pergi?"

Musca melanjutkan langkahnya untuk mencari keberadaaan sang pujaan hati.

Langkah Musca terhenti saat melihat sosok yang dicarinya sedang menggoda gadis di depannya.

"Hah? ternyata dia buaya!" ucapnya dengan spontan.

Musca melanjutkan perkataannya, "Maaf buaya, kamu memang makhluk setia. Tapi, tidak dengan ungkapan manusia-manusia itu, yang membuat namamu tercoreng."

Musca akhirnya menyadari bahwa cinta sejati bukanlah tentang penampilan fisik, melainkan tentang hati dan tekad seseorang.

Kali ini takdir tak memihaknya. Ia tertangkap basah oleh Platyurus Junior. Musca diikat dengan ekor cicak dan diseret selama di perjalanan. Ia dibawa oleh pengawal Platyurus Junior untuk diserahkan kehadapan sang raja. Ayahandanya yang merupakan seorang raja, menyuruh untuk membunuh musuhnya tersebut. Rasa penasaran Musca menyusup masuk ke dalam Kerajaan Cicak menjadi kesalahan fatal yang ia perbuat. Ia dianggap sebagai mata-mata sehingga akan mendapatkan hukuman mati.

Musca yang tidak pernah kehilangan harapan, dengan segala akal cerdiknya, ia segera kembali ke bentuk semula, yaitu menjadi lalat dan terbang tinggi. Raja Cicak kesal sehingga mengerahkan seluruh pasukkannya untuk mengejar dan menangkap Musca. Karena Musca terbang tinggi, lidah mereka tidak mampu menjerat Musca.

Dengan siasat Platyurus Junior, Musca berhasil tertangkap oleh pengawal pribadinya. Siapa sangka, Musca berhasil meloloskan diri lagi. Platyurus Junior menyadari bahwa Musca menggunakan ilmu pembebasan diri yang baru-baru ini dikembangkan oleh Badan Perlindungan Lalat. Mereka membiarkan Musca keluar dari kerajaan, agar pernyataan peperangan terdengar di telinga Ratu Lalat.

***

Kehadiran Musca di dalam Istana Lalat, Istana Lalaterra, membuat kegaduhan di antara para lalat. Rumor tentang penyusupan Musca ke dalam Kerajaan Cicak telah tersebar luas sehingga Musca tidak bisa lagi membantah rumor tersebut. Pengawal kerajaan membawa Musca menuju ruang pertemuan.

Tanpa basa-basi, Ratu Lalat bertanya, "Apakah benar rumor tersebut?"

"Ya, Yang Mulia Ratu," jawab Musca sambil menundukkan kepala.

Ratu Lalat melontarkan beberapa pertanyaan. "Apakah kamu sungguh ingin memulai perang tersebut? Lantas apakah kamu tahu konsekuensinya?"

Musca menekankan ucapannya, "Saya bersedia untuk mempertanggungjawabkannya, Yang Mulia Ratu."

"Baiklah, jika sang jenderal lalat telah berkehendak dan percaya diri akan peperangan ini. Aku menyetujuinya," ucap Ratu Lalat yang menerima tawaran dengan senang hati.

Ratu Lalat memberikan perintahnya. "Segera siapkan pasukkan sayap kanan sejumlah 6000 tentara dan pasukkan sayap kiri sejumlah 5000 tentara!"

"Siap, Yang Mulia Ratu!" Seluruh pengawal menjawab dengan posisi tegak.

"Permisi, Yang Mulia Ratu,” -Musca mengangkat tangannya- "pasukkan sayap kiri tersisa 2000 tentara saja."

Ratu memanggil, "Musca!"

"Ya, Yang Mulia Ratu?" jawabnya penasaran.

Ratu bertanya, "Benarkah itu, Musca?"

"Tentu saja, Yang Mulia Ratu," balas Musca, "mereka telah mati beberapa hari yang lalu."

Ratu mengerutkan dahi. "Ini adalah masalah yang kita miliki. Tentunya, waktu kita di dunia ini terbatas."

Ratu melanjutkan ucapannya dengan pertanyaan. "Apakah kamu belum merekrut tentara-tentara baru?"

"Saat ini, saya belum menemukan para kandidat yang sesuai dengan kriterianya," balas Musca.

Ratu mulai meragukan pilihannya. "Lantas jika kita kekurangan pasukkan, bagaimana caranya kita dapat memenangkan peperangan?"

"Saya yakin dengan ilmu pembebasan diri dan beberapa ilmu baru yang telah kita pelajari, akan membawa kaum kita mendapatkan kemenangan dalam peperangan ini, meskipun kita kalah dari jumlah pasukkan," ucap Musca percaya diri.

Ratu berpesan kepada Musca. "Aku mempercayakan peperangan ini kepadamu, Musca. Tolong lindungi rakyatku!"

Musca membenarkan posisi tubuh menjadi posisi tegak. "Siap, laksanakan, Yang Mulia Ratu."

Kemudian, Musca membungkukkan badan sebagai penghormatan kepada sang ratu dan meninggalkan ruang pertemuan.

***

Keadaan Istana Gecko sedang tidak baik-baik saja. Raja Platyurus melempar dan mengobrak-abrikkan barang yang ada di dekatnya. Ia sangat frustasi dengan tindakan nekat musuhnya, Lalat. Kemudian, ia menyuruh kepala kasim untuk memanggil Putra Mahkotanya.

Saat mendiskusikan peperangan di dalam kamar raja, Sang Putra Mahkota, Platyurus Junior, masih kebingungan memikirkan strategi apa yang bisa mereka gunakan untuk melumpuhkan ilmu pembebasan diri milik para lalat. Ayahandanya terus mendesak Putra Mahkota agar kaumnya tidak mengalami kekalahan.

"Pastikan kamu memenangkan peperangan ini!" perintah Raja Cicak.

Platyurus Junior mengangguk. "Baik, Ayahanda."

Raja Cicak berkata, "Jangan kecewakan ayahandamu ini!"

"Aku akan berusaha semaksimal mungkin, Yang Mulia," balas Platyurus Junior dengan suara lirih.

Platyurus Junior mengundurkan diri dari ruangan. Ia bergegas menuju markas.

***

Kedua kerajaan telah melakukan persiapan perang selama beberapa waktu. Kerajaan Cicak mempersiapkan pasukan yang tangguh dan strategi perang yang cermat, sementara Kerajaan Lalat juga tidak kalah siap dengan pasukannya yang telah mempelajari beberapa teknik baru.

Peperangan dimulai dengan serangan mendadak dari kedua pihak. Pasukan cicak menggunakan keunggulan mereka dalam bertempur di darat dan lidahnya untuk memangsa, sementara pasukan lalat memanfaatkan kemampuan terbang mereka untuk mengelabui musuh dan melancarkan serangan udara ke posisi-posisi strategis musuh. Mereka melakukan penyergapan mendadak terhadap pasukan cicak yang sedang berkumpul atau bergerak. Mereka kemudian dengan cepat mundur setelah melancarkan serangan.

Dengan meningkatnya pengetahuan pasukkan lalat tentang ilmu pembebasan diri dan ilmu pertempuran baru itu dapat mengacaukan strategi pasukan cicak. Kaum Cicak mengalami kekalahan dengan menarik pasukan kembali. Kaum lalat tertawa bahagia dan terbang kegirangan. Mereka berpesta setelahnya.

Keberhasilan ini membuat Musca dihormati oleh semua lalat dan membuatnya menjadi legenda di kalangan mereka. Dengan kepahlawanannya, Musca berhasil membuktikan bahwa keberanian, keyakinan, dan tekad yang kuat dapat mengubah nasib seseorang, bahkan jika ia hanya seorang pejuang kecil.

Harga diri Kaum Cicak semakin terinjak-injak, tapi mau bagaimana lagi, mereka telah kehilangan reputasinya. Di daerah perbatasan kerajaan sekarang dipenuhi oleh lalat.

Sekarang, kaum penindas sudah menjadi kaum yang tertindas. Kaum yang dianggap remeh, kecil, teraniaya, dimangsa, dan dipandang sebelah mata sudah mampu membalikkan keadaan mereka dan membuat sejarah baru.

Semua itu ternyata merupakan cerita yang ditulis oleh seorang anak. Cerita itu merupakan kisah nyata yang dilihatnya saat ia sedang buang air besar di pagi hari. Alurnya memang tidak seratus persen terjadi dan tak luput dari karangannya. Kejadian sebenarnya hanya sebatas ia terganggu oleh lalat yang sedari tadi terbang berputar-putar di atas dan bersuara, “Ngeng, ngeng,ngeng,ngeng ”

Suara terhenti karena seekor cicak menyantapnya, namun proses ia menelan lalat cukup lama.

Anak itu terus memperhatikan kejadian tersebut, karena senang tidak ada lagi yang mengganggunya.

"Akhirnya, aku terbebas dari suara menyebalkan itu," katanya dalam hati.

Selang beberapa menit setelah berhasil menangkap lalat masuk ke dalam perut cicak, suara, “Ngeng, ngeng, ngeng, ngeng ” mulai terdengar kembali.

Cicak yang gagal mendapatkan makanannya pun pergi menuju lubang di dekat jendela.

Anak yang tadinya menikmati kesunyian di sekitarnya, mulai kesal kembali. Akan tetapi, ia bersyukur karena buang air besarnya sudah hampir selesai.

Saat keluar kamar mandi, ia menyadari bahwa kejadian itu sangat lucu. Kemudian, ia memutuskan untuk membuat cerita dengan alur yang dramatis di sore hari.

TAMAT

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Komentar

Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image