Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Aprilia Tirta Nanda

Ergonomi di Era Industri 4.0: Keseimbangan antara Otomatisasi Industri dan Kesehatan Kerja

Teknologi | Friday, 03 May 2024, 08:56 WIB
Ilustrasi bekerja dengan posisi dinamis (Sumber: https://www.kajianpustaka.com)

Revolusi Industri 4.0 merupakan sebuah kondisi pada abad ke-21 dimana terjadi perubahan besar-besaran di berbagai bidang melalui perpaduan teknologi. Perubahan tersebut mengurangi sekat-sekat antara dunia fisik, digital, dan biologi (Fonna, 2019). Revolusi Industri 4.0 ditandai dengan penggunaan teknologi canggih seperti Internet of Things (IoT), Artificial Intelligence (AI), robotika, dan big data. Revolusi 4.0 dapat menghasilkan pabrik-pabrik cerdas dan menciptakan sistem yang terhubung secara adaptif dan fleksibel.

Ergonomi merupakan ilmu yang melibatkan beberapa bidang keilmuan seperti anatomi, psikologi, fisiologi, biomekanika, desain, hingga manajemen. Ergonomi erat kaitannya dengan faktor manusia yang biasa disebut sebagai Human Factor Engineering (HFE). HFE adalah ilmu yang berkaitan dengan sistem, alat, dan mesin yang mempertimbangkan kemampuan fisik, emosional, intelektual, karakteristik dan keterbatasan manusia (Restuputri, et al., 2022). HFE bertujuan untuk menciptakan lingkungan kerja yang aman dan nyaman namun tetap produktif dan efisien. Revolusi Industri telah mengubah cara kerja manusia dari pekerjaan secara manual menjadi otomatis. Hal ini tentu menciptakan pola kerja baru pada manusia sebagai tenaga kerja. Oleh karena itu aspek ergonomi pada era industri 4.0 perlu diperhatikan agar keamanan, kenyamanan dan kesehatan pekerja tetap terjamin.

Tantangan Ergonomi di Era Industri 4.0

Salah satu ciri dari industri 4.0 adalah adanya robot yang dapat membantu pekerjaan manusia. Hal ini membuat aktivitas fisik yang dilakukan oleh pekerja menjadi berkurang. Minimnya aktivitas fisik yang terjadi dalam jangka waktu lama dan terus berulang akan menimbulkan dampak buruk bagi kesehatan. Kurangnya aktivitas fisik dapat meningkatkan risiko obesitas, apalagi jika ditambah dengan pola makan yang tidak sehat. Selain itu, kurangnya aktivitas fisik juga dapat meningkatkan risiko stress dan kecemasan. Hal ini dapat terjadi karena rasa bosan, frustasi dan kurangnya interaksi sosial. Di samping itu, ritme pekerjaan yang tinggi juga dapat memberikan tekanan sehingga meningkatkan risiko stress pekerja.

Seperti yang telah kita ketahui bahwa pada Era Industri 4.0 ini banyak pekerjaan yang dilakukan menggunakan komputer. Hal ini tentu menuntut pekerja untuk berhadapan dengan layar komputer dalam jangka waktu yang lama. Salah satu dampak dari hal ini adalah meningkatkan risiko terjadinya musculoskeletal. Musculoskeletal disorders (MSDs) merupakan gangguan kesehatan yang terjadi pada alat-alat gerak tubuh seperti otot, tendon, kerangka tubuh, ligamen, saraf, dan tulang rawan (Rahayu, et al., 2020).

MSDs biasanya terjadi karena postur kerja yang statis dengan pekerjaan yang berulang, duduk terlalu lama, dan kondisi lingkungan yang buruk. Bekerja menggunakan komputer merupakan pekerjaan dengan postur kerja statis dan duduk terlalu lama. Artinya, bekerja menggunakan komputer sangat berisiko mengalami gangguan musculoskeletal. Di samping itu, bekerja menggunakan komputer juga dapat menyebabkan gangguan mata seperti mata lelah dan penglihatan kabur.

Strategi dalam Mewujudkan Keseimbangan Kerja

Ilmu ergonomi dapat membantu mewujudkan keseimbangan antara otomatisasi industri dan kesehatan pekerja. Salah satu strategi yang dapat digunakan adalah penerapan desain sistem kerja yang ergonomis. Strategi ini dapat dilakukan dengan memperhatikan kondisi dan kebutuhan fisik maupun mental pekerja. Sistem kerja yang dibuat harus mempertimbangkan beban kerja, risiko MSDs, titik kelelahan, dan tingkat stress pekerja. Pihak industri juga dapat memberikan pelatihan penggunaan teknologi-teknologi yang relevan dengan pekerjaan. Hal ini dilakukan agar pekerja dapat mengembangkan kemampuan dirinya seiring dengan perkembangan zaman. Sehingga ketika pekerja diharuskan bekerja dengan teknologi baru, pekerja tidak merasa terbebani.

Strategi dalam mewujudkan keseimbangan kerja pada Era 4.0 ini juga dapat dilakukan dengan menciptakan budaya dan lingkungan kerja yang sehat. Hal ini dapat dimulai dengan mendorong komunikasi dan interaksi sosial antar pekerja sehingga interaksi pekerja tidak dengan alat-alat canggih saja. Interaksi sosial ini dapat membantu mewujudkan lingkungan kerja yang lebih suportif. Dengan lingkungan kerja yang suportif, pekerja akan lebih merasa bahagia dan termotivasi sehingga dapat mengurangi risiko stress kerja. Dengan memperhatikan aspek-aspek ergonomi ini, maka keseimbangan otomatisasi industri dan kesehatan kerja dapat diwujudkan.

DAFTAR PUSTAKA

Fonna, N., 2019. Pengembangan Revolusi Industri 4.0 dalam Berbagai Bidang. Jawa Barat: Guepedia Publisher.

Rahayu, P. T., Setiyawati, M. E., Arbitera, C. & Amrullah, A. A., 2020. Hubungan Faktor Individu dan Faktor Pekerjaan terhadap Keluhan Musculoskeletal Disorders pada Pegawai. Jurnal Kesehatan, Volume 11, pp. 449-456.

Restuputri, D. P., Masudin, I., Ningrum, I. S. & Septira, A. P., 2022. Ergonomi Industri Pendekatan Rekayasa Manusia. Malang: UMMPress.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image