Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image jok

Kemarahan Membawa Implikasi Jangka Panjang untuk Gangguan Jantung

Gaya Hidup | 2024-05-02 16:46:44
Kemarahan dapat tingkatkan risiko gangguan jantung. Foto: freepik.com via republika.co.id.

PENELITIAN teranyar menyebut kemarahan menyebabkan pembuluh darah menyempit dengan cara yang tidak sehat dan bisa meningkatkan kemungkinan jangka panjang seseorang untuk penyakit jantung.

"Jika Anda adalah orang yang sering marah, Anda mengalami cedera kronis pada pembuluh darah Anda," kata pemimpin penelitian, Dr. Daichi Shimbo, seorang kardiolog di Columbia University Irving Medical Center di Kota New York, Amerika Serikat.

Shimbo bersama timnya melakukan eksperimen di mana aktivitas pembuluh darah dipantau saat orang berada dalam keadaan marah dibandingkan dengan keadaan cemas, sedih, atau emosi netral.

Mereka menemukan bahwa keadaan pikiran yang marah terkait dengan ketidakmampuan sementara pembuluh darah untuk melebar (relaksasi) sebagaimana mestinya. Efek ini bertahan hingga 40 menit setelah ledakan kemarahan berakhir.

"Kami telah lama curiga, berdasarkan studi observasional, bahwa kemarahan dapat memengaruhi jantung secara negatif. Studi ini pada orang dewasa sehat membantu mengisi kesenjangan pengetahuan yang nyata dan menunjukkan bagaimana hal ini dapat terjadi," kata Laurie Friedman Donze, seorang psikolog dan pejabat program di Clinical Applications and Prevention Branch dari National Heart, Lung, and Blood Institute (NHLBI), yang mendanai penelitian tersebut.

Penelitian ini juga membuka pintu untuk mempromosikan intervensi pengelolaan kemarahan sebagai cara untuk mencegah penyakit jantung.

Hasil penelitian ini dipublikasikan pada hari Rabu (1/5/2024) dalam Journal of the American Heart Association. Penelitian melibatkan 280 penduduk dewasa sehat Kota New York di bawah usia 74 tahun. Kelompok ini cenderung muda -- dengan rata-rata usia 26 tahun -- dan tidak memiliki riwayat penyakit jantung atau faktor risiko jantung utama seperti hipertensi, kolesterol tinggi, atau diabetes.

Semua partisipan dimonitor untuk perubahan pembuluh darah di lengan dominan mereka, dan kemudian diminta untuk terlibat dalam percakapan atau membaca selama delapan menit yang sangat pribadi yang menimbulkan berbagai keadaan emosional -- marah, sedih, cemas, atau tidak ada emosi yang meningkat sama sekali (kelompok kontrol).

Tim peneliti menemukan bahwa pelebaran pembuluh darah yang sehat terhambat ketika orang marah. Dan ini tidak teramati di antara orang dalam keadaan cemas atau sedih, tim peneliti mencatat.

Para peneliti menyebut bahwa pelebaran yang terganggu seringkali menjadi pendahulu dari penumpukan lemak berbahaya pada dinding arteri, yang dikenal sebagai aterosklerosis. Itu bisa meningkatkan kemungkinan serangan jantung dan stroke.

"Ini adalah cedera kronis [yang terkait dengan kemarahan] dari waktu ke waktu yang mungkin akhirnya menyebabkan efek tak terbalik pada kesehatan pembuluh darah dan akhirnya meningkatkan risiko penyakit jantung Anda," kata Shimbo dalam rilisnya, seperti dikutip kantor berita UPI.

Dia mengatakan belum jelas bagaimana kemarahan mengganggu pelebaran pembuluh darah. "Mungkin itu mengaktifkan sistem saraf otonom, hormon stres, atau peradangan arteri," kata Shimbo. "Hanya penelitian lebih lanjut yang dapat mengungkapkan mekanisme yang tepat," tambahnya.

Apakah keadaan emosional positif, seperti sukacita atau tawa, bisa melawan efek buruk kemarahan terhadap jantung? Penelitian lebih lanjut bisa menjelaskan pertanyaan itu juga.

Sementara itu, mengelola kemarahan selalu merupakan ide bagus untuk kesehatan mental dan fisik. Demikian menurut tim peneliti.

"Olahraga, yoga, pernapasan dalam, dan terapi perilaku kognitif (CBT) semua merupakan jalur potensial menuju kehidupan dengan lebih sedikit kemarahan," kata Donze.***

Sumber: United Press International

--

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Terpopuler di

 

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image