Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Hikmatul Aulia

Retorika: Mengungkap Kekuatan Kata-kata dalam Komunikasi Lisan dan Tulisan

Agama | Tuesday, 23 Apr 2024, 21:26 WIB
sumber: Dokumen Pribadi

Oleh: Syamsul Yakin dan Hikmatul Aulia (Dosen dan Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta)

Retorika lebih menekankan aspek keterampilan daripada pengetahuan, karena focus utamanya adalah pada praktik daripada teori. Tidak heran bahwa retorika mengacu pada keahlian berbahasa yang efektif, baik dalam komunikasi lisan maupun tulisan.

Dalam komunikasi lisan, keterampilan retorika terlihat saat seorang menyampaikan pidato yang menarik kepada audiens dengan bahasa yang menarik, intonasi yang kuat, dan rima yang puitis. Para ahli retorika sering menggunakan candaan atau sindiran untuk menyegarkan suasana dan mengutip kata-kata bijak untuk mempengaruhi emosi pendengar.

Selain itu, para ahli retorika menyelingi kata-kata yang muluk dan bombastis itu dengan joke (candaan) untuk menghibur, atau ice breaking (untuk mencairkan suasana), termasuk satire (sindiran).

Para ahli retorika sering kali mengutip kata-kata bijak serorang nabi, filosof, atau penyair. Para pengkhotbah agama yang ahli retorika, tak jarang mengutip ayat al-Qur'an sebagai dasar teologis argumentasi mereka.

Kemampuan meracik kata-kata ini sering menggugah emosi pendengarnya. Pendengar terkadang terharu, sedih, tertawa, geram, dan marah. Padahal para motivator, penceramah, dan provokator demo memiliki kemampuan retorika memadai.

Dalam penulisan, kemampuan seseorang tampak dalam gaya penulisan yang mengalir, indah, dan singkat. Retorika tulisan yang baik mematuhi prinsip-prinsip retorika dan tata bahasa yang tepat. Pengetahuan tentang logika, seni, filsafat, dan ilmu sosial juga penting dalam retorika tulisan yang efektif.

Seperti halnya kemampuan retorika lisan, retorika tulisan yang baik harus memenuhi prinsip-prinsip retorika, seperti pemahaman menyeluruh terhadap makna kata, frasa, dan kalimat dengan baik. Pengetahuan tata bahasa baku umum juga berlaku. Seorang penulis yang fasih dalam retorika umumnya menguasai ilmu logika, seni, filsafat, dan ilmu sosial.

Kekuatan retorika seseorang dapat diukur dengan cara menyalin kata-kata yang diucapkan dalam bentuk teks. Retorika lisan yang baik mudah dibaca, gramatikal, dan bebas dari pengulangan yang tidak perlu. Demikian pula, bahasa tulisan yang efektif, menarik, dan estetik menunjukkan Kemahiran dalam retorika.

Begitu pula jika bahasa tulis seseorang efektif, menarik, dan estetik ketika dijadikan sebagai teks pidato, maka tidak dapat dipungkiri bahwa bahasa tulisannya bagus.

Retorika merupakan hal yang lazim dalam konteks saat ini, terutama dalam komunikasi politik di ruang publik. Politisi sering menggunakan pendekatan normative dalam berbicara atau menulis, yang merupakan contoh nyata dari penggunaan retorika politik.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image