Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Titin Kustini

Jangan Menyerah Jadi Dosen

Edukasi | Tuesday, 23 Apr 2024, 11:11 WIB

Tulisan dengan tagar jangan jadi dosen menjadi trending di media beberapa waktu lalu. Intinya, beban kerja dosen sangatlah tidak seimbang dengan kesejahteraannya. Dan seharusnya ini menjadi persoalan krusial yang mendapat perhatian dari pemerintah secepatnya, kalau memang masih menginginkan negeri yang warganya intelek (berpendidikan).

Dengan dukungan netizen yang buka-bukaan tentang gaji yang diterima selama menjadi dosen, minimnya kesejahteraan dosen menjadi fakta tak terbantahkan. bukan hanya hembusan atau gosip apalagi fake news.

Adalah benar sekali bahwa menjadi dosen sungguh tidak mudah. Kewajibannya ada tiga. Tri Darma Perguruan Tinggi. Mengajar, meneliti, pengabdian kepada masyarakat. Bagi masyarakat kebanyakan, menjadi dosen dipandang sesuatu yang indah dan mudah. Katanya enak, sepertinya santai. Mungkin karena dibandingkan ala mengajar anak-anak sekolah dasar atau menengah yang setiap hari full day riuh rendah. Namun sesungguhnya tidak seperti itu.

Mengajar mahasiswa, yang diharapkan menjelma menjadi kaum intelektual muda tentu saja memerlukan inovasi dan energi ekstra. Bagaimana mengasah critical thinking mereka, bagaimana mengawal karakter mereka agar menjadi generasi tahan banting yang siap bertarung di dunia kerja yang sesungguhnya dengan kualitas moral yang bagus, bagaimana agar mereka mampu berkontribusi membawa bangsa pada kemajuan, sungguh bukan suatu perkara yang mudah.

Belum lagi kewajiban meneliti, menghasilkan karya ilmiah yang bermutu dan berdaya guna, adalah hal kompleks yang membutuhkan pemikiran serius dan perencanaan yang matang. Setidaknya ada dua hal mendasar yang dibutuhkan untuk menghasilkan penellitian yang berkualitas. Pertama, kualitas penelitian meliputi ide tentang apa, novelty dan kebermanfaatannya. Kedua, segi pendanaan.

Untuk menghasilkan penelitian yang berkualitas sudah barang tentu memerlukan dukungan pendanaan yang cukup. Pendanaan tersebut selain digunakan untuk biaya melakukan penelitian, juga untuk publikasi artikel. Jurnal terindeks Scopus adalah tujuan puncak publikasi agar nilai kualifikasi seorang dosen menjadi bagus. Dan berapa biaya publikasi di Jurnal terindeks Scopus? Mahal tentu saja. Jauh lebih mahal daripada gaji-gaji dosen yang dishare netizen pada komentar tulisan #janganjadidosen.

Keharusan melakukan pengabdian kepada masyarakat juga tidak cukup hanya dengan niat tulus semata. Pelatihan ini, pelatihan itu, program ini, program itu sudah barang tentu memerlukan pendanaan juga. Ada memang peluang pendanaan dari internal universitas, atau Kemdikbud, jika ingin nominal yang cukup, namun tidak semua dosen beruntung bisa mendapatkannya.

Persaingan yang ketat, dengan persyaratan yang juga tidak mudah, menjadi kendala dalam memperoleh pendanaan hibah dari Kemdikbud. Mungkin hanya sekian persen saja dari keseluruhan dosen di Indonesia yang beruntung mendapat hibah penelitian dan pengabdian dari Kemdikbud. Sedangkan kewajiban PKM itu melekat pada semua dosen. Jadi kembali, dosen harus pandai-pandai memutar otak mengatasi tantangan tersebut. Belum lagi masalah administrasi. Jabatan fungsional, Beban Kerja Dosen, Laporan Kinerja Dosen dan beban administrasi lain membarengi langkah dosen dalam melakukan Tri Darma Perguruan Tinggi.

Namun, sejuta tantangan dan kenyataan yang masih kurang mengenakkan terkait kesejahteraan dosen, semoga saja tidak mengurangi semangat mengabdi pada negeri dan generasi. Menjadi dosen adalah tugas mulia. Melakukan kontribusi nyata pada dunia pendidikan. Adalah manusiawi jika suatu saat ada kelelahan mendera. Apalagi jika dikomparasikan antara beban kerja dengan tingkat kesejahteraan.

Namun, sesungguhnya, hidup tidak melulu masalah duniawi. Ada pahala yang menanti jika melakukan tugas dosen dengan ikhlas dan penuh dedikasi. Ingat pula, ada binar-binar semangat menuntut ilmu di mata mahasiswa di kelas, yang senantiasa menjadi obat saat gairah kerja sedang down. Pun, ada tangis haru para orang tua yang tumpah di prosesi wisuda. Kiranya, hal itu adalah sensasi rasa yang menjadi bagian nafas dosen. Diiringi harap dan doa, semoga suatu saat kesejahteraan yang pantas didapatkan tak hanya menjadi angan-angan.

#tulisan ini untuk menyemangati diri dan juga rekan-rekan dosen di seluruh Indonesia. Bersama kita kuat.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image