Halal Lifestyle: Bagaimana Industri Halal Menjawab Kebutuhan Konsumen Milenial
Ekonomi Syariah | 2024-04-19 17:37:18Gaya hidup halal (halal lifestyle) kini menjadi tren yang sangat populer tidak hanya di negara-negara mayoritas Muslim, tetapi juga di belahan dunia lain. Namun, hal ini juga berlaku di negara-negara yang mayoritas penduduknya non-Muslim. Gaya hidup halal sebagai way of life tentu sangat penting bagi seluruh umat Islam. Menteri Perindustrian, Agus Gumiwang Kartasasmita, mengatakan saat mendampingi Wakil Presiden Ma’ruf Amin dalam peninjauan Halal Industrial Park Sidoarjo (HIPS), Jawa Timur, Kamis (30/9/2021), ada 1,8 miliar penduduk muslim di dunia, terdapat potensi belanja produk halal yang mencapai US$2,2 triliun. Angka tersebut diperkirakan terus mengalami kenaikan hingga S$3,2 triliun (sekitar Rp45,8 ribu triliun) pada tahun 2024.
Di Indonesia, meningkatnya kesadaran halal pada generasi muda Muslim menjadi salah satu penyebab munculnya tren perilaku Muslim yang baru. Generasi muda Muslim mulai memahami pentingnya menghindari produk haram di segala bidang kehidupan manusia, seperti makanan, kosmetik, fashion, pariwisata dan lain sebagainya. Oleh karena itu, konsumen milenial yang sadar akan perlunya menghindari barang-barang terlarang dan juga memiliki daya beli yang tinggi menjadi sasaran utama industri halal.
Dalam beberapa tahun terakhir, terjadi pergeseran yang signifikan dalam gaya hidup halal di kalangan konsumen milenial. Tidak lagi hanya terbatas pada aspek kehalalan produk, konsumen milenial kini mempertimbangkan gaya hidup halal secara menyeluruh. Seiring dengan pergeseran gaya hidup halal di kalangan konsumen milenial, tren produk halal yang diminati pun semakin beragam. Tidak hanya terbatas pada makanan dan minuman, milenial kini mencari produk halal yang sesuai dengan gaya hidup mereka yang modern dan stylish.
Salah satu tren yang sedang diminati adalah produk makanan organic halal. Milenial menyadari pentingnya mengonsumsi makanan yang sehat dan aman sehingga mereka mencari produk makanan organic yang juga telah disertifikasi halal. Produk-produk ini tidak hanya memenuhi aspek kehalalan, tetapi juga memenuhi kebutuhan akan gaya hidup sehat. Hal ini mencerminkan fokus konsumen modern terhadap kualitas, keberlanjutan, dan tanggung jawab sosial perusahaan, serta kesadaran terhadap pentingnya kesehatan dan lingkungan. Sementara itu, belanja makanan di kalangan umat Islam meningkat sebesar 6,9% pada tahun 2021, dari US$1,19 triliun menjadi US$1,27 triliun. Diperkirakan akan meningkat sebesar 7,0% pada tahun 2022 dan mencapai US$1,67 triliun pada tahun 2025 dengan CAGR 4 tahun sebesar 7,1%.
Konsumen milenial cenderung memilih produk keuangan syariah karena mereka mencari nilai-nilai etika, transparansi, dan keberlanjutan dalam mengelola keuangannya. Produk keuangan syariah didasarkan pada prinsip-prinsip Islam yang melarang riba (bunga), spekulasi, dan investasi pada industri yang dianggap tidak etis. Produk dan layanan keuangan syariah itu, seperti perbankan syariah, asuransi syariah, dan investasi halal. Aset keuangan syariah bernilai US$3,6 triliun pada tahun 2021 dan diperkirakan akan meningkat sebesar 8,0% pada tahun 2022 dan mencapai US$4,9 triliun pada tahun 2025 dengan CAGR 4 tahun sebesar 7,9%.
Konsumen milenial mencari destinasi dan akomodasi yang menawarkan fasilitas dan layanan yang sesuai dengan gaya hidup halal, seperti hotel syariah, restoran halal, dan aktivitas yang tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip Islam. Pada tahun 2020, ibadah haji dan umrah mengalami penurunan drastis karena sebagian besar dibatasi hanya untuk penduduk lokal dan mengalami penurunan yang signifikan karena pembatasan ketat yang diberlakukan pada tahun ini. Pengeluaran pariwisata Muslim diperkirakan meningkat dari US$58 miliar menjadi US$102 miliar pada tahun 2021 dan diperkirakan meningkatkan sebesar 50,0% pada tahun 2022 menjadi US$154 miliar dan mencapai US$189 miliar pada tahun 2025 dengan CAGR 4 tahun sebesar 16,5%.
Konsumen milenial mencari pakaian, sepatu, dan aksesoris yang tidak hanya stylish, tetapi juga berpegang pada prinsip Islami. Mereka menginginkan produk-produk yang menutup aurat, menggunakan bahan yang halal, dan tidak mengandung unsur haram dalam Islam, tetapi juga mengikuti tren fashion terkini. Pengeluaran Muslim untuk kosmetik meningkat sebesar 6,8% pada tahun 2021, dari US$65 miliar menjadi US$70 miliar. Diperkirakan akan terus tumbuh sebesar 7,2% hingga mencapai US$75 miliar pada tahun 2022 dan mencapai US$93 miliar pada tahun 2025 dengan CAGR 4 tahun sebesar 7,4%.
Selama pandemi, perhatian global terfokus pada peluncuran vaksinasi virus corona. Sektor farmasi juga dibutuhkan bagi masyarakat Indonesia yang mayoritas beragama Islam. Sementara itu, vaksin bersertifikat halal belum menjadi kenyataan, namun tekanan dari negara-negara berkembang untuk meningkatkan swasembada obat-obatan akan mendorong pengembangan bahan aktif dan obat-obatan yang diproduksi secara lokal, termasuk yang yang bersertifikat halal. Pengeluaran masyarakat Muslim untuk obat-obatan diperkirakan meningkat sebesar 6,5% pada tahun 2021, dari US$93,5 miliar menjadi US$100 miliar, dan diperkirakan akan tumbuh sebesar 6,7% pada tahun 2022 menjadi US$106 miliar dan mencapai US$129 miliar pada tahun 2025 dengan CAGR 4 tahun sebesar 6,7%.
Konsumen milenial mencari produk kosmetik dan perawatan kulit yang bebas dari bahan-bahan alami dan organik. Produk-produk ini tidak hanya halal, tetapi juga sesuai dengan nilai-nilai keberlanjutan yang dianut oleh milenial. Sektor kosmetik halal sudah mulai dicari oleh konsumen milenial bahkan perusahaan-perusahaan Korea Selatan terus mendapatkan sertifikasi halal untuk produk mereka dengan tujuan untuk memikat pembeli kosmetik Muslim. Kolaborasi kreatif pada sektor kosmetik dan perawatan diri dengan merek-merek yang saling melengkapi terus berkembang.
Selain itu, Garuda Indonesia bermitra dengan merek kosmetik Wardah dan merek perawatan pria Kahf untuk mendistribusikan set hadiah perawatan kulit yang sudah bersertifikat halal kepada penumpang haji dan umrah yang melakukan perjalanan ke Arab Saudi. Pembelanjaan Muslim untuk kosmetik meningkat sebesar 6,8% pada tahun 2021, dari US$65 miliar menjadi US$70 miliar, dan diperkirakan akan terus meningkat sebesar 7,2% pada tahun 2022 menjadi US$75 miliar dan mencapai US$93 miliar pada tahun 2025 dengan CAGR 4 tahun sebesar 7,4%.
Milenial cenderung lebih aktif dalam menggunakan teknologi dan media digital sehingga industri halal harus memanfaatkan platform digital dan media sosial sebagai sarana untuk menjangkau dan berinteraksi dengan konsumen milenial. Selain itu, industri halal perlu mengembangkan aplikasi dan sistem digital yang memfasilitasi akses dan pembelian produk halal menjadi kebutuhan yang semakin penting. Contohnya, Lazada Malaysia telah meluncurkan toko online bersertifikat halal bernama Laz Halal.
Pengguna dapat memilih produk lokal dan global yang telah diverifikasi oleh Departemen Pengembangan Islam Malaysia. Di Malaysia, juga ada aplikasi layanan makanan foodpanda memperkenalkan menu halal yang dapat diantarkan ke rumah dengan semua hidangan dan makanan ringan yang telah tersertifikasi sepenuhnya. Industri halal juga perlu berkolaborasi dengan influencer dan komunitas milenial untuk meningkatkan kesadaran dan kepercayaan terhadap produk dan layanan halal.
Sertifikasi halal kini menjadi tren bisnis yang penting, tidak hanya sebagai label yang memastikan produk aman, higienis, dan diproduksi secara etis, tetapi juga sebagai indikator kualitas dan kepercayaan konsumen. Oleh karena itu, diperlukan peningkatan transparansi terkait proses produksi dan sertifikasi halal untuk memenuhi kebutuhan generasi milenial akan informasi yang jelas dan terpercaya guna memastikan kehalalan produk. Industri halal juga perlu memperluas jangkauan sertifikasi halal ke berbagai sektor, tidak hanya makanan dan minuman.
Ditulis oleh: Rahmania Az-Zahra, Mahasiswa Departemen Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya
DAFTAR PUSTAKA
Jelita, I. N. (2021, 30 September). Konsumsi Produk Halal Dunia bakal Tembus US$2,2 Triliun di 2024, Ini Upaya Pemerintah. Diakses pada 19 April 2024, dari https://mediaindonesia.com/ekonomi/436706/konsumsi-produk-halal-dunia-bakal-tembus-us22-triliun-di-2024-ini-upaya-pemerintah
Pradana, M., Rubiyanti, N., Marimon, F. (2024). Measuring Indonesian young consumers’ halal purchase intention of foreign-branded food products. Journal Humanities and Social Sciences Communications. 11(150)
Baca, B. (2021). Halal Life Style sebagai Dakwah Determinasi Diri dan Sosial Masyarakat Indonesia. Jurnal Al-Hikmah. 19(1). 1-12
DKSH Group. Five Muslim Consumer Trends to Watch in Asia. Diakses pada 19 April 2024, dari https://www.dksh.com/global-en/insights/five-muslim-consumer-trends-to-watch-in-asia
Juwita, A. R. (2024, 19 Maret). Era Industri Halal: Gaya Hidup untuk Semua. Diakses pada 19 April 2024, dari https://www.kompasiana.com/adindarachma/65f9284cc57afb48895a4732/era-industri-halal-gaya-hidup-untuk-semua
Dinar Standar. (2021). State of the Global Islamic Economy Report. Diakses pada 19 April 2024, dari https://salaamgateway.s3.us-east-2.amazonaws.com/special-coverage/sgie22/pdf/State%20of%20the%20Global%20Islamic%20Economy%20Report%202022%20-%20Eng.%20Summary%20-.pdf
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.