Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Erika Citra Dewi

Memperkuat Kesejahteraan Melalui Ekonomi Hijau dalam Perspektif Ekonomi Islam

Ekonomi Syariah | Wednesday, 17 Apr 2024, 23:05 WIB

Ekonomi hijau telah muncul sebagai paradigma yang penting dalam pembangunan ekonomi global. Di tengah tantangan perubahan iklim dan degradasi lingkungan, konsep ini menawarkan solusi berkelanjutan yang tidak hanya memperkuat pertumbuhan ekonomi, tetapi juga memperhatikan keseimbangan ekologi. Namun, dalam konteks ekonomi Islam, konsep ini memiliki kedalaman filosofis yang lebih dalam, menyatu dengan nilai-nilai etika dan moral yang mendasari sistem ekonomi Islam.

Ekonomi hijau merupakan paradigma ekonomi yang berfokus pada pembangunan yang berkelanjutan secara ekologis. Hal ini melibatkan penggunaan sumber daya alam secara bijaksana, pengurangan emisi karbon, dan peningkatan efisiensi energi. Dalam konteks ini, pembangunan ekonomi tidak lagi diukur hanya dari pertumbuhan produk domestik bruto (PDB), tetapi juga dari indikator kesejahteraan yang lebih luas seperti kesehatan lingkungan, keadilan sosial, dan kualitas hidup.

Penerapan konsep ekonomi hijau memiliki implikasi yang luas dalam konteks ekonomi Islam. Prinsip-prinsip seperti pengelolaan sumber daya alam secara berkelanjutan (hima), larangan pemborosan (israf), dan kewajiban menjaga lingkungan (hifzh al-bi'ah) sejalan dengan nilai-nilai ekologis yang ditekankan dalam ekonomi hijau.

Ekonomi Islam memiliki fondasi yang kuat dalam prinsip-prinsip keadilan, keseimbangan, dan kesejahteraan sosial. Prinsip-prinsip ini tercermin dalam sistem ekonomi yang mengedepankan distribusi yang adil, eliminasi eksploitasi, dan keberpihakan pada kepentingan bersama. Dalam konteks ini, konsep ekonomi hijau dapat dipandang sebagai wahana untuk mewujudkan tujuan-tujuan ekonomi Islam secara lebih efektif.

Salah satu keselarasan yang jelas antara ekonomi hijau dan ekonomi Islam adalah perhatian pada keadilan dan keberlanjutan. Dalam ekonomi hijau, keadilan sosial dan ekologis merupakan elemen kunci dalam pembangunan ekonomi yang berkelanjutan. Hal ini sejalan dengan ajaran Islam yang menekankan pentingnya keadilan dalam semua aspek kehidupan, termasuk dalam pemanfaatan sumber daya alam dan distribusi kekayaan.

Selain itu, konsep-konsep seperti hima (penjagaan terhadap sumber daya alam) dan israf (pemborosan) memiliki keterkaitan langsung dengan prinsip-prinsip ekonomi hijau. Hima merupakan konsep yang mewajibkan umat Islam untuk menjaga kelestarian alam dan lingkungan, sedangkan israf menekankan larangan terhadap pemborosan sumber daya alam yang melampaui batas kebutuhan.

Penerapan konsep ekonomi hijau dalam konteks ekonomi Islam dapat dilakukan melalui berbagai praktik yang mencakup seluruh spektrum aktivitas ekonomi, mulai dari produksi hingga konsumsi. Beberapa praktik yang dapat diadopsi antara lain:

1. Pengembangan Energi Terbarukan: Investasi dalam energi terbarukan seperti energi surya, angin, dan biomassa merupakan langkah penting dalam menjaga keseimbangan ekologi dan meminimalkan emisi karbon.

2. Pertanian Organik: Mendorong praktik pertanian organik yang mengurangi penggunaan pestisida dan pupuk kimia berlebihan dapat membantu menjaga kesuburan tanah dan kesehatan lingkungan.

3. Pengembangan Transportasi Berkelanjutan: Investasi dalam transportasi publik, sepeda, dan kendaraan listrik dapat mengurangi polusi udara dan emisi gas rumah kaca yang merusak lingkungan.

4. Pendidikan Lingkungan: Pendidikan dan kesadaran lingkungan merupakan bagian integral dari pembangunan ekonomi hijau dalam perspektif ekonomi Islam. Masyarakat perlu diberdayakan untuk menjadi agen perubahan yang bertanggung jawab terhadap lingkungan.

Meskipun konsep ekonomi hijau dalam konteks ekonomi Islam menawarkan banyak peluang untuk pembangunan yang berkelanjutan dan inklusif, namun tetap ada tantangan yang perlu dihadapi. Salah satunya adalah kesadaran dan komitmen untuk mengubah paradigma ekonomi yang dominan saat ini yang seringkali mengutamakan keuntungan finansial semata.

Namun, dengan pendekatan yang holistik dan kolaboratif antara masyarakat, pemerintah, dan sektor swasta, kita dapat mengatasi tantangan tersebut dan mengembangkan model pembangunan yang lebih berkelanjutan dan berdaya guna.

Oleh: Erika Citra Dewi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Brawijaya.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image