Puisi: Kematian
Sastra | 2024-04-13 03:27:33Adalah sekat pembatas tipis
Pintu masuk menuju pengadilan Tuhan
Ia bukanlah tidur panjang
Seperti yang selama ini dipahami
Bukan itu!
Dari Dia kita berasal mula
Untuk apa kita hadir di alam semesta?
Dan, akan kembali kepada Dia pula
Pada akhirnya ...
Sebab, di alam semesta iniKita dilahirkan, dihidupkan dan dibangkitkan
Setelah melalui kematian ...
Acapkali kita hanya bisa membunyikan ucapan
Namun, betapa kering dan kosongnya memaknainya
Pada sistuasi kondisi dimanakah saat ini kita berada?
Apakah di posisi ruang asbun
Bisa membunyikan, tak mengerti dengan apa yang dibunyikan?
Apakah di posisi ruang tahu
Berpengetahuan saja, namun tak membuat jalan hidup
Menjadi lebih baik?
Apakah masih di posisi ruang paham
Yang hanya mengerti tanpa dibarengi oleh tindakan?
Ataukah sudah di posisi ruang kesadaran
Yang akan mampu merubah kehidupan
Menuju keseimbangan di segala aspek hidup?
Melatih dan mempersiapkan dirilah
Sebelum ajal menjemput menuju pengadilan Tuhan
Yang tak seorangpun bakal mengelak, membela dan menolong
Kecuali diri kita sendiri, di atas rekam jejak sepanjang hidup di dunia
Kebajikan ataukah keburukan yang mendominasi perilaku kita?
*****
Kota Malang, April di hari ketiga belas, Dua Ribu Dua Puluh Empat.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.