Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Syahrial, S.T

Takbir, Syiar dan Menghargai Lingkungan

Agama | 2024-04-09 14:55:40
Dokumen Republika

Nuansa Idul Fitri selalu dinanti-nantikan oleh setiap muslim di seluruh penjuru dunia. Momen yang mengakhiri bulan penuh pengorbanan selama Ramadan ini menjadi hari bersejarah bagi seluruh umat Islam. Sudah menjadi tradisi, kegembiraan dalam menyambut hari kemenangan ini disalurkan dengan berbagai cara, salah satunya dengan melantunkan kalimat-kalimat takbir berkeliling kampung.

Berjalan berkeliling kampung sambil bersahut-sahutan mengumandangkan kalimat "Allahu Akbar" memang menjadi praktik yang masih banyak dilakukan di berbagai daerah. Namun seringkali dalam pelaksanaannya, kekhusyukan dalam bersyukur kepada Allah justru terlupakan akibat suasana hiruk pikuk yang tidak terkendali.
Rombongan takbir yang terlalu besar seringkali menimbulkan kebisingan yang mengusik pendengaran. Teriakan dan sorak-sorai secara berlebihan, ditambah dengan penggunaan pengeras suara yang memekakkan telinga bisa sangat mengganggu warga sekitar yang tengah beristirahat atau bahkan tidur di malam hari selepas menunaikan ibadah sholat tarawih.
Boleh jadi bagi mereka yang tergabung dalam rombongan takbir, kebisingan tersebut merupakan luapan kegembiraan yang dinanti-nantikan setahun sekali. Namun tidak semua orang merasakan hal yang sama. Bagi ibu-ibu yang harus membujuk anaknya agar dapat beristirahat dengan tenang, suara bising takbir bisa menjadi polusi suara yang menyiksa. Demikian juga dengan para lansia dan orang sakit yang tentu sangat membutuhkan ketenangan.
Terlebih jika rombongan tersebut bergerak di jalan raya dengan tidak tertib, hal ini tentu dapat mengganggu pengguna jalan yang lain dan bahkan berpotensi memicu kecelakaan lalu lintas. Sudah seharusnya pelaksanaan takbir keliling dilakukan pada area-area tertentu yang aman dan tidak mengusik ketertiban lingkungan sekitar.
Selain mengganggu kenyamanan warga, suara bising dari kegiatan takbir keliling juga mengusik kekhusyukan warga yang tengah beribadah. Masjid, musholla, atau rumah-rumah yang menjadi tempat melaksanakan sholat Idul Fitri menjadi terganggu dengan suara kebisingan dari luar yang seharusnya dapat dihindari.
Tradisi takbir sebenarnya merupakan salah satu syiar Islam yang seharusnya dapat menyemarakkan suasana Idul Fitri sekaligus mengingatkan seluruh umat untuk kembali pada jalan yang diridhoi Allah setelah melewati bulan Ramadan. Namun semua itu harus dibarengi dengan upaya menjaga ketertiban dan menghormati hak-hak orang lain.
Sebagai umat yang berpedoman pada Rasulullah, sudah seharusnya kita menghayati perintah beliau untuk senantiasa menghindari perbuatan yang menimbulkan kemudharatan, baik bagi diri sendiri maupun orang lain. Kendati pelaksanaan takbir menjadi salah satu tradisi yang mempunyai nilai positif, namun perlu diwaspadai juga segala bentuk ekses yang dapat mengganggu kenyamanan dan ketertiban lingkungan sekitar.
Dengan mengedepankan sikap saling menghargai dan menjaga agar tradisi yang kita lakukan tidak merugikan pihak lain, maka perayaan Idul Fitri akan benar-benar membawa kebahagiaan bagi seluruh umat. Kegembiraan yang kita rasakan semestinya juga membuat orang-orang di sekeliling kita turut merasakan nikmatnya kedamaian dalam merayakan hari kemenangan.
Mari sama-sama merayakan Idul Fitri dengan penuh suka cita namun tetap menjunjung tinggi nilai-nilai kelembutan, ketenangan dan ketertiban sesuai dengan tuntunan agama Islam. Semoga dengan merayakan Idul Fitri secara tertib, kita semua mendapatkan keberkahan dan mendapat limpahan rahmat dari Allah Subhanahu wa Ta'ala. Selamat Idul Fitri, mohon maaf lahir dan batin.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image