Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Rudi Ahmad Suryadi

Meraih Ampunan-Nya di Ramadhan

Agama | Thursday, 04 Apr 2024, 14:04 WIB

Ampunan dari Allah Swt terhadap dosa manusia biasanya diwakili dengan kata magfirah. Kata ini dimaknai sebagai ampunan atau pengampunan. Kata ini sering ditemukan dalam al-Qur’an, yang berasal dari kata ghafara diartikan sebagai pengampunan atas dosa sehingga dosanya menjadi terhapus. Menurut sebagian ulama, magfirah adalah dosa yang ditutupi sehingga melindungi diirnya dari siksaan rasa malu dan kehinaan. Ibnu Taimiyah dalam Majmu’ al-Fatawa (1999) menyebutkan bahwa magfirah mengandung perlindungan dari kejahatan dosa-dosa dan menimbulkan keridaan Allah terhadap mereka.

Dari pengertian ini dapat dipahami bahwa magfirah merupakan pengampunan Allah atas dosa. Selain itu, magfirah akan menimbulkan keridaan Allah terhadapnya. Dosa yang diampuni dan ditutupi menjadi idaman bagi setiap hamba, dan manusia yang akalnya sehat pasti setiap dosanya ingin diampuni oleh Allah.

Dalam al-Qur’an, ditemukan 28 ayat yang mengandung kata magfirah. Ayat tersebut adalah QS al-Baqarah: 175, 221, 263, dan 268, QS Ali Imran:133,136,157, QS an-Nisa:96, QS al-Maidah:9, QS al-Anfal:4, 74, QS Hud:11, QS al-Ra’d:6, QS al-Hajj:50, QS al-Nur:26, QS. al-Ahzab:35, QS Saba:4, QS Fathir:7, QS Yasin:11, QS Fushshilat:43, QS Muhammad:15, QS al-Fath:29, QS al-Hujurat:3, QS al-Najm: 32, QS al-Hadid:20,21, QS al-Mulk:12, dan QS al-Muddatstsir: 56.

Pada QS al-Ali Imran ayat 133 disebutkan bahwa "Dan bersegeralah memohon ampunan dari Tuhanmu serta surga yang luasnya meliputi langit dan bumi, yang disediakan bagi orang-orang yang bertakwa." Dalam Tafsir al-Muyassar (2017), ayat ini bermakna bersegeralah dalam ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya untuk meraih ampunan yang besar dari Tuhanmu serta surga yang luas, luasnya mencakup langit dan bumi, yang telah disediakan Allah untuk orang-orang yang bertakwa. Tafsir al-Sa’di (1999) menerangkan bahwa Allah memerintahkan mereka untuk bergegas mencari ampunan-Nya dan mencapai Surga-Nya yang luas, yang luasnya mencakup langit dan bumi. Surga telah disediakan Allah untuk orang-orang yang bertakwa. Mereka adalah penghuninya, dan amal kebaikan adalah jalan menuju ke surga itu.

sumber: https://id.pinterest.com/ diakses pada tanggal 4 April 2024

Frase “menuju pengampunan dari Tuhanku” bermakna bersegeralah dalam melakukan amal-amal yang menyebabkan tercapainya ampunan. Ibnu Abbas ra berpendapat menuju Islam atau taubat. Pendapat ini sesuai dengan perkataan Ikramah. Ali bin Abi Thalib ra berkata menuju pelaksanaan kewajiban-kewajiban. Abu Al-'Aliyah berkata menuju hijrah. Adh-Dhahak berkata menuju jihad. Sedangkan Muqatil berkata menuju amal-amal saleh. Beberapa pendapat ini dikutip dari Tafsir al-Baghawi (2020).

Ramadan Bulan Pengampunan

Salah satu keistimewaan Ramadan adalah pengampunan dari Allah sedang diberikan secara terbuka untuk manusia. Bulan ini menjadi pembakar dosa manusia, ketika manusia melaksanakan kewajiban kepada-Nya.

Tidak ada satu pun manusia yang tidak berdosa di hadapan-Nya. Dosa ini muncul tidak mengenal status kemanusiaan, baik yang taat maupun tidak tidak taat. Bahkan, al-Qur’an mengisahkan Adam dan Hawa yang pernah berbuat dosa.

Ramadan menjadi kesempatan yang luar biasa menuju tobat kepada-Nya. Dari Abu Hurairah ra dari Nabi Muhammad Saw, beliau bersabda: 'Barangsiapa yang berpuasa di bulan Ramadan karena iman dan mengharap pahala dari Allah, maka diampuni baginya dosa-dosa yang telah lalu. Dan barangsiapa yang melakukan salat malam pada malam Lailatul Qadar karena iman dan mengharap pahala dari Allah, maka diampuni baginya dosa-dosa yang telah lalu. Hadis ini diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim."

Hadis Abu Hurairah ra menunjukkan bahwa ketiga penyebab ini, yakni puasa di bulan Ramadan, melakukan shalat malam, dan shalat pada malam Lailatul Qadar, setiap satu di antaranya adalah penghapus dosa-dosa yang telah lalu. Shalat pada malam Lailatul Qadar sendiri sudah cukup untuk menghapus dosa-dosa bagi siapa saja yang mendapatkannya, baik pada awal, pertengahan, atau akhir bulan Ramadan, dan baik dirasakan atau tidak dirasakan. Penghapusan dosa-dosa dengan shalat pada malam Lailatul Qadar tidak tertunda hingga akhir bulan.

Untuk meraih ampunan Allah, Rasulullah Saw mengajarkan umatnya untuk selalu berdoa ini pada bulan Ramadan:

للَّهُمَّ إِنَّكَ عَفُوٌّ كَرِيمٌ تُحِبُّ اَلْعَفْوَ فَاعْفُ عَنِّي

Ya Allah, sungguh Engkau maha pemaaf yang pemurah. Engkau juga menyukai maaf. Oleh karena itu, maafkanlah aku (maafkanlah kami).”

Doa ini sering dilantunkan pada malam-malam penuh keberkahan atau Lailatul Qadar. Do aini dibaca untuk menunjukkan pentingnya, karena pengampunan adalah memohon kepada Allah untuk mengampuni dosa-dosa dan meninggalkan hukuman atasnya. Al-Qurtubi berkata: "Al-'Afw berarti pengampunan Allah terhadap makhluk-Nya, bisa terjadi setelah hukuman atau sebelumnya, berbeda dengan pengampunan, karena tidak ada hukuman yang menyertainya sama sekali."

Ucapan “Engkau menyukai pengampunan", maksudnya Allah menyukai nama dan sifat-Nya, dan menyukai hamba-hamba-Nya untuk beribadah dengan menggunakan nama dan sifat tersebut, dan mengamalkannya serta memahami maknanya. Hal ini sangat penting, karena ketika hukuman atas dosa-dosa ditinggalkan, hamba merasa aman dari turunnya ujian dan kesulitan dari Allah, karena dosa-dosa dan kesalahan adalah salah satu penyebab terbesar turunnya musibah dan hilangnya nikmat di dunia. Sedangkan di akhirat, pengampunan membawa kepada pahala yang baik dalam memasuki kenikmatan yang abadi.

Tidak bisa diabaikan bahwa pengantar berdoa kepada Allah dengan menyebut dua nama-Nya yang mulia yaitu al-'afwa dan al-karim memiliki kepentingan besar dalam memberikan harapan dari-Nya. Wallahu A'lam

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image