Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image jok

Harapan di Balik Uji-coba Terapi Tumor Otak

Info Sehat | Tuesday, 26 Mar 2024, 13:57 WIB
Kanker otak bisa mematikan. Foto: acco.org.

SEBUAH cara baru untuk melawan jenis tumor otak yang sangat agresif menunjukkan harapan dalam dua percobaan dengan sejumlah kecil pasien.

Untuk percobaan tersebut, para ilmuwan mengambil sel kekebalan tubuh pasien dan mengubahnya menjadi “obat hidup” yang dapat menemukan dan menyerang tumor, yang disebut glioblastoma. Para peneliti telah melaporkan bahwa, dalam tes awal, sel-sel kekebalan telah membuat tumor menjadi lebih kecil untuk sementara.

Perawatannya disebut terapi CAR-T. Dokter sudah menggunakan pengobatan ini untuk melawan kanker yang berhubungan dengan darah seperti leukemia. Dan para peneliti berupaya untuk membuat terapi CAR-T ini berhasil untuk mengatasi tumor padat.

Kini, tim terpisah di Rumah Sakit Umum Massachusetts dan Universitas Pennsylvania, AS, sedang mengembangkan pengobatan terapi CAR-T generasi berikutnya, yang dirancang untuk melewati beberapa pertahanan glioblastoma.

Stephen Bagley dari Universitas Pennsylvania yang memimpin salah satu penelitian memperingatkan bahwa ini masih sangat dini. Namun, dia menambahkan bahwa pihaknya merasa optimistik memiliki sesuatu untuk dikembangkan.

Glioblastoma adalah kanker otak yang menyebabkan kematian putra Presiden AS Joe Biden, Beau Biden. Kanker yang sama juga merenggut nyawa Senator lama Arizona, John McCain.

Glioblastoma tumbuh dengan cepat dan sulit diobati. Pasien biasanya hidup 12 hingga 18 bulan setelah diagnosis. Bahkan setelah penelitian bertahun-tahun, hanya ada sedikit pilihan jika kanker kembali muncul setelah pengobatan.

Semacam sel dalam sistem kekebalan tubuh yang disebut sel T akan melawan penyakit ini, namun kanker punya cara untuk bersembunyi. Dengan terapi CAR-T, dokter secara genetik mengubah sel T pasien sehingga mereka dapat menemukan sel kanker yang berbeda dengan lebih baik.

Namun, tumor padat seperti glioblastoma memiliki kesulitan tambahan. Tumor ini mengandung campuran sel kanker dengan mutasi berbeda. Hanya menargetkan satu jenis sel saja berarti jenis lainnya dapat terus bertambah.

Tim di Rumah Sakit Umum Massachusetts dan Universitas Pennsylvania masing-masing mengembangkan terapi dengan dua metode berbeda. Mereka mencobanya pada pasien yang tumornya muncul kembali setelah pengobatan biasa.

Di Rumah Sakit Umum Massachusetts, Dr. Marcela Maus dan timnya menggabungkan CAR-T dengan molekul antibodi yang melibatkan sel T. Molekul antibodi yang berinteraksi dengan sel T adalah molekul yang dapat menarik sel T biasa di dekatnya untuk bergabung dalam serangan kanker. Hasilnya, yang disebut CAR-TEAM, menargetkan protein yang disebut EGFR. EGFR ditemukan pada sebagian besar glioblastoma tetapi tidak pada jaringan otak normal.

Dalam metode yang dikembangkan di Universitas Pennsylvania, terapi CAR-T diperuntukkan untuk dua target. Ia memburu protein EGFR ditambah protein kedua yang ditemukan di banyak glioblastoma.

Kedua tim peneliti memberikan pengobatan melalui alat medis yang disebut kateter ke dalam cairan yang mengelilingi otak.

Rumah Sakit Umum Massachusetts menguji tiga pasien dengan terapi CAR-TEAM. Pencitraan otak yang dilakukan satu atau dua hari kemudian menunjukkan tumor dengan cepat menjadi lebih kecil. Para peneliti melaporkan temuan mereka dalam New England Journal of Medicine, baru-baru ini.

Adapun dua tumor pasien mulai tumbuh kembali. Perlakuan kedua yang diberikan kepada salah satu dari mereka tidak berhasil. Namun, respons seorang pasien terhadap pengobatan eksperimental bertahan lebih dari enam bulan.

Sementara itu, hasil penelitian yang dilakukan Universitas Pennsylvania dipublikasikan di jurnal Nature Medicine. Tim peneliti menemukan pada enam pasien pertama yang diberi terapi, tumornya mengecil. Meskipun beberapa pasien sembuh dengan cepat, tim peneliti mengatakan satu pasien yang dirawat pada Agustus lalu masih belum mengalami pertumbuhan tumor kembali.

Kedua tim peneliti memiliki tujuan yang sama yaitu untuk melihat hasil yang bertahan lebih lama.***

Sumber: Associated Press, Voice of America

--

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image