Perjalanan Pembuktian Cinta Ramadhan
Agama | 2024-03-18 10:56:57Sumber foto: SHUTTERSTOCK
Beberapa hari menjelang Ramadhan Indonesia di kagetkan dengan berita satu keluarga yang terdiri dari 4 anggota keluarga melompat bersama dari lantai 21 di sebuah apartemen di Jakarta Utara. Masalah rumit apa yang sedang terjadi pada keluarga tersebut, sehingga memasuki bulan Ramadhan menjadi tragedi pilu akibat dari permasalahan mental sosial yang tidak selesai?
Umat islam sebagian besar memahami berpuasa di bulan Ramadhan adalah sebuah perjalanan spiritual yang penuh makna di seluruh dunia, di bulan ini umat islam berpuasa dari fajar hingga terbenamnya matahari, menahan diri dari makan, minum, serta tindakan-tindakan yang dianggap membatalkan puasa. Namun, lebih dari sekadar menahan diri dari kebutuhan fisik, Ramadhan adalah perjalanan pembuktian keimanan dan kesehatan yang mendalam.
Secara spiritual, Ramadhan merupakan waktu untuk meningkatkan hubungan dengan Allah SWT melalui amal ibadah yang lebih intensif. Dengan berpuasa, umat islam berusaha membersihkan jiwa dan merenungkan makna kehidupan serta tujuan hidup mereka. Umat islam memperbanyak ibadah, seperti shalat, membaca Alquran, bersedekah, dan merenungkan makna ajaran agama. Selain itu, Ramadhan juga membangun rasa solidaritas dan empati terhadap sesama, melalui kegiatan-kegiatan seperti berbagi makanan dengan yang membutuhkan serta menjalankan ibadah-ibadah bersama di masjid.
Dalam konteks kesehatan, Ramadhan juga memberikan pelajaran penting. Puasa memungkinkan tubuh untuk membersihkan diri dari racun, meningkatkan sistem kekebalan tubuh, dan memperbaiki keseimbangan hormon. Namun, untuk menjalani puasa dengan sehat, sangat penting untuk memperhatikan asupan makanan saat berbuka dan sahur, serta menjaga pola makan yang seimbang dan nutrisi yang mencukupi.
Selain itu, Ramadhan juga mengajarkan kedisiplinan dalam menjaga kesehatan secara menyeluruh, seperti menjaga kebersihan dan tidur yang cukup. Dalam perjalanan ini, kita menyadari bahwa keimanan dan kesehatan fisik tidak dapat dipisahkan. Ketika kita menjalankan ibadah dengan sungguh-sungguh, kita merasakan kedamaian batin yang berdampak positif pada kesehatan kita. Begitu pula sebaliknya, ketika menjaga kesehatan tubuh, kita dapat lebih fokus dalam menjalankan ibadah dan untuk kegiatan kehidupan selanjutnya paca Ramadhan.
Hasil survei RISKESDAS 2018 menunjukkan bahwa sekitar 6,7% penduduk Indonesia mengalami permasalahan gangguan mental emosional. Ini mencerminkan kondisi kesehatan mental yang perlu diperhatikan secara serius di Indonesia. Gangguan mental emosional mencakup berbagai kondisi seperti depresi, kecemasan, dan stres yang berkepanjangan, yang dapat mengganggu kesejahteraan dan produktivitas individu hal ini terjadi adalah sebagai akibat dari adanya ketidak seimbangan neurotransmitter di dalam otak sehingga terjadi disregulasi terhadap pengeluaran hormon pencegah stress yaitu endorfin, serotonin, gaba dll.
Sesuai survey di atas, penting bagi masyarakat Indonesia secara keseluruhan untuk meningkatkan kesadaran tentang kesehatan mental dan melakukan pencegahan dan antisipasi yang sesuai terhadap permasalahan kesehatan mental. Hal ini mencakup upaya untuk mengurangi stigma terkait dengan gangguan mental, memperluas kegiatan pencegahan kesehatan mental di semua daerah indonesia, serta meningkatkan pendidikan tentang kesehatan mental di tingkat masyarakat. Melalui pemahaman dan tindakan yang tepat, dapat diharapkan bahwa angka gangguan mental emosional di Indonesia dapat dikurangi, memberikan dampak positif bagi kesejahteraan dan produktivitas masyarakat secara keseluruhan.
Puasa dapat mempengaruhi berbagai sistem dalam tubuh, termasuk otak, dan sistem saraf otonom, dan sistem hormonal seperti sumsum adrenal (HPA axis). Ketika seseorang berpuasa, terjadi penurunan kadar glukosa darah yang dapat memicu sistem tubuh untuk merespons dengan cara tertentu. Ketika kadar glukosa darah turun, sistem tubuh, termasuk HPA axis, dapat mengaktifkan respon hormonal untuk mengatur keseimbangan glukosa dalam darah. Dalam konteks ini, HPA axis dapat merespons dengan meningkatkan sekresi hormon-hormon tertentu, seperti hormon peningkatan dan pembaharuan, serta mengatur kembali hormon-hormon tertentu seperti serotonin, endorfin dan kortisol.
Peningkatan hormon endorfin akibat dari interaksi keseimbangan neurotransmitter di otak akan meregulasi perannya dalam mengatur suasana hati dan perasaan sejahtera. Sementara itu, puasa juga dapat membantu menurunkan kadar hormon kortisol. Kortisol sering disebut sebagai hormon stres karena diproduksi dalam situasi stres atau kecemasan. Dengan turunnya kadar glukosa darah selama puasa, respon stres tubuh dapat dikurangi, yang pada gilirannya dapat membantu menurunkan kadar kortisol.
Diriwayatkan oleh Abu Hurairah ra dengan penambahan: ”Semua ibadah anak Adam adalah untuk dirinya sendiri kecuali puasa, (yang dilakukan) untuk-Ku, dan Aku akan memberinya pahala untuknya.” Ada dua kegembiraan untuk orang yang berpuasa: pertama pada saat berbuka (ifthar) puasa, dan kedua pada saat bertemu dengan Tuhannya; pada saat itulah ia akan menemukan keriangan dengan puasanya.”
Penelitian yang dilakukan oleh Ardik Lahdimawan dkk tentang efek puasa Ramadhan terhadap serum endorfin dalam darah terhadap 27 relawan laki-laki usia 18–22 tahun memberikan temuan menarik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar serum endorphin sebelum Ramadan, yang memiliki rata-rata ± standar deviasi (mean ± SD) sebesar 3675.607 ± 3016.7269, mengalami peningkatan signifikan setelah masuk bulan Ramadan dan berpuasa. Pada hari ke-7 puasa, kadar serum endorphin meningkat menjadi 6092.571 ± 1737.4132, menunjukkan lonjakan yang cukup besar dari kondisi sebelumnya. Kemudian, pada hari ke-21 puasa, kadar serum endorfin kembali meningkat menjadi 7884.179 ± 769.2313, menunjukkan adanya peningkatan yang berkelanjutan seiring berjalannya waktu puasa.
Temuan ini menunjukkan bahwa puasa Ramadhan dapat memiliki efek yang signifikan terhadap kadar serum endorphin dalam darah. Endorfin dikenal sebagai hormon yang terkait dengan perasaan senang dan pengurangan rasa sakit, sehingga peningkatannya selama puasa Ramadan dapat memiliki dampak positif pada kesejahteraan psikologis dan fisik individu yang berpuasa.
keimanan dan kesehatan. Melalui puasa dan amal ibadah lainnya, dan memperbaiki kesehatan fisik dan mental.
Ibnu Sina, yang juga dikenal sebagai Avicenna, adalah seorang filsuf, ilmuwan, dan dokter terkemuka dalam sejarah peradaban Islam. Salah satu kutipannya yang terkenal adalah tentang “kepanikan adalah separoh dari penyakit, ketenangan adalah separoh dari obat dan kesabaran adalah awal dari kesembuhan”.
Dalam kutipannya tersebut, Ibnu Sina menggarisbawahi pentingnya ketenangan batin sebagai bagian integral dari kesembuhan fisik. Makna di balik pernyataannya adalah bahwa kesejahteraan mental dan emosional seseorang memiliki dampak yang signifikan pada kesehatan fisiknya.
Ketidakseimbangan emosi dan kesehatan fisik: Menurut Ibnu Sina, ketenangan batin merupakan bagian penting dari kesehatan fisik seseorang. Ketika seseorang mengalami stres, kecemasan, atau ketegangan emosional, ini dapat memengaruhi sistem tubuhnya secara negatif, bahkan memperburuk kondisi penyakit fisik. Efek Psikosomatik: Ilmu pengetahuan medis modern telah menunjukkan bahwa kondisi mental dan emosional seseorang dapat memengaruhi kondisi fisiknya melalui apa yang disebut efek psikosomatik.
Dalam konteks ini, ketenangan batin dapat membantu meminimalkan efek negatif psikosomatik tersebut, bahkan mempercepat proses penyembuhan. Penerimaan terhadap pengobatan ketika seseorang dalam keadaan tenang batin, mereka lebih cenderung untuk menerima pengobatan dengan cara yang lebih positif. Hal ini dapat meningkatkan kepatuhan pasien terhadap perawatan yang diresepkan oleh dokter, yang pada gilirannya dapat meningkatkan peluang kesembuhan.
Resolusi konflik internal ketenangan batin juga dapat membantu seseorang untuk menyelesaikan konflik internal, termasuk kecemasan, ketakutan, dan perasaan negatif lainnya yang mungkin mempengaruhi kesehatan mereka. Dengan meresolusi konflik ini, seseorang dapat mencapai keseimbangan mental dan emosional yang diperlukan untuk kesembuhan.
Yang menjadi catatan penting adalah bahwa kesembuhan tidak hanya terjadi melalui intervensi fisik atau pengobatan semata, tetapi juga melalui pencapaian ketenangan batin. Hal ini menekankan pentingnya pendekatan holistik terhadap kesehatan, yang mengakui hubungan yang kompleks antara tubuh, pikiran, dan jiwa dalam proses penyembuhan.
Dari penjelasan di atas kita makin meyakini bahwa puasa adalah perjalanan pembuktian ibadah yang membantu membersihkan jiwa, meningkatkan kesehatan mental dan kesehatan fisik yang lebih baik dengan tahapan tahapan pengendalikan hawa nafsu, mengasah kesabaran serta disiplin diri dalam ibadah penuh penghayatan dan kesadaran. Mari lanjutkan perjalanan pembuktian cinta Ramadhan .
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.