Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Dr. H. Dana, M.E.

Agar Optimisme Menjadi Ibadah

Agama | 2024-03-10 21:27:44

Oleh: Dr. Dana, M.E

Optimisme dalam kamus besar bahasa Indonesia (KBBI) adalah suatu paham (keyakinan) atas segala sesuatu dari segi yang baik dan menyenangkan. Orang yang memiliki sikap optimisme disebut orang optimis atau dapat diartikan orang yang selalu

semangat berpengharapan baik. Sikap optimisme bisa muncul karena beberapa faktor yang mempengaruhi pandangan seseorang terhadap hidup. Salah satu faktor yang umum adalah keyakinan pada kemampuan diri sendiri. Ketika seseorang merasa memiliki keterampilan, pengetahuan, atau pengalaman yang memadai, orang tersebut cenderung memiliki pandangan yang selalu optimis.

Namun, optimisme yang hanya bergantung pada kemampuan diri sendiri memiliki potensi untuk beralih menjadi sikap sombong. Meskipun tidak terlihat secara langsung sebagai kesombongan, sikap ini mencerminkan pandangan bahwa individu tersebut merasa mampu mengatasi segala tantangan hanya dengan kekuatan dan kecerdasannya sendiri serta sering meremehkan bantuan atau nasihat dari orang lain. Selain itu, ketika dihadapkan pada tantangan atau masalah yang lebih besar dan kompleks, orang semacam ini cenderung menjadi lebih gelisah dan cemas karena dirinya menjadi pusat penyelesaian masalah. Padahal hakikatnya, manusia didesain sebagai makhluk lemah, tidak berdaya dan tidak mengetahui apa-apa. Seperti firman-Nya;

وَخُلِقَ ٱلۡإِنسَٰنُ ضَعِيفٗا ٢٨

Artinya: “Dan manusia dijadikan bersifat lemah” (Q.S. An-Nisa: 28).

وَٱللَّهُ أَخۡرَجَكُم مِّنۢ بُطُونِ أُمَّهَٰتِكُمۡ لَا تَعۡلَمُونَ شَيۡٔٗا وَجَعَلَ لَكُمُ ٱلسَّمۡعَ وَٱلۡأَبۡصَٰرَ وَٱلۡأَفِۡٔدَةَ لَعَلَّكُمۡ تَشۡكُرُونَ ٧٨

Artinya; “Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur” (Q.S. An-Nahl: 78).

Terdapat banyak ayat dalam Al-Quran yang memerintahkan kepada umat Muslim agar senantiasa menjaga sikap optimis, seperti firman Allah yang artinya: “Katakanlah: "Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang” (Q.S. Az-Zumar: 53).

Dalam Islam sikap optimis merupakan amalan hati yang sangat dianjurkan, optimisme dalam Islam bukan hanya sekadar pandangan positif terhadap diri sendiri akan masa depan, tetapi juga merupakan bagian integral dari ketauhidan dan keyakinan yang kokoh kepada Allah SWT. Sikap optimisme dalam Islam berakar pada keyakinan bahwa Allah SWT adalah Sang Pemilik segala urusan dan Sang Maha Pengatur, yang telah menjamin rezeki dan keberhasilan bagi hamba-Nya yang bertawakal dan berusaha dengan sungguh-sungguh. Serta keyakinan bahwa segala sesuatu telah ditetapkan oleh Allah SWT untuk kebaikan hamba-Nya. Optimisme semacam ini terbebas dari kesombongan dan akan bernilai ibadah.

Ayat-ayat terkait sikap optimis yang ada dalam Al-Qur’an, tidak hanya mengingatkan akan pentingnya memelihara keyakinan dan harapan yang teguh, tetapi juga menegaskan bahwa Allah selalu memberikan jalan keluar bagi hamba-Nya yang bersabar dan optimis dalam menghadapi segala persoalan.

وَمَن يَتَّقِ ٱللَّهَ يَجۡعَل لَّهُۥ مَخۡرَجٗا ٢ وَيَرۡزُقۡهُ مِنۡ حَيۡثُ لَا يَحۡتَسِبُۚ وَمَن يَتَوَكَّلۡ عَلَى ٱللَّهِ فَهُوَ حَسۡبُهُۥٓۚ

Artinya: “Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya” (Q.S. At-Talaq: 2-3).

Optimis, ikhtiar, sabar, dan tawakal merupakan pola pikir dan tindakan yang harus dimiliki setiap Muslim dalam mengarungi kehidupan. Ikhtiar, yang berarti usaha sungguh-sungguh, menekankan pentingnya melakukan tindakan nyata untuk mencapai tujuan. Namun, ikhtiar tersebut haruslah diiringi dengan optimisme, yaitu keyakinan yang kuat bahwa Allah SWT akan memberikan yang terbaik. Optimisme ini juga diperkuat dengan sikap kesabaran, yang mengajarkan untuk tetap tenang dan tabah dalam menghadapi cobaan serta menunggu hasil dari ikhtiar yang telah dilakukan. Selain itu, tawakal, yaitu berserah diri sepenuhnya kepada kehendak Allah SWT, juga menjadi bagian tak terpisahkan dari proses tersebut.

Dengan memahami dan menjalankan keempat konsep ini, seorang Muslim dapat memperoleh kekuatan spiritual dalam menghadapi berbagai tantangan dan ujian, dan yakin janji Allah adalah benar,

فَٱصۡبِرۡ إِنَّ وَعۡدَ ٱللَّهِ حَقّٞۖ وَلَا يَسۡتَخِفَّنَّكَ ٱلَّذِينَ لَا يُوقِنُونَ ٦٠

Artinya: “Dan bersabarlah kamu, sesungguhnya janji Allah adalah benar dan sekali-kali janganlah orang-orang yang tidak meyakini (kebenaran ayat-ayat Allah) itu menggelisahkan kamu” (Q.S. Ar-rum: 60).

Wallahu a’lam bish-shawab

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Terpopuler di

 

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image