Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Rudi Ahmad Suryadi

Dua Hal yang Harus Dipersiapkan untuk Menyambut Ramadan

Agama | 2024-03-05 10:13:22

Ramadan datang beberapa hari lagi. Ramadan bulan yang mulia. Bulan ini sangat dinantikan oleh setiap muslim. Di dalamnya terdapat keberkahan yang luar biasa, meskipun menahan lapar, haus, dan dorongan seksual. Ramadan mendidik muslim untuk taat dalam penyembahan kepada Allah sehingga mereka dapat menampilkan pribadi yang bertakwa. Allah berfirman dalam QS al-Baqarah: 183, “Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa".

Puasa wajib hanya dilakukan di bulan Ramadan, yang perhitungan tanggalnya ada yang 29 dan 30 hari. Di luar bulan Ramadan, puasa sunah dilaksanakan oleh muslim. Puasa tentu menahan lapar, haus, dan dorongan seksual. Setiap muslim diwajibkan untuk menjaga agar dirinya tidak terjurumus pada hal yang membatalkan puasa juga pahalanya. Agar puasa Ramadan mencapai tujuan yang mulia dan penuh keberkahasan, tentu setiap orang harus mempersiapkannya dengan matang.

Persiapan Spiritual

Ramadan adalah bulan pembersihan dan pemurnian spiritual. Muslim tidak hanya diwajibkan untuk berpuasa selama bulan ini, tetapi mereka juga harus meningkatkan ibadah dan amal saleh.

Puasa merupakan pengalaman spiritual yang mendalam, karena mengajarkan kita untuk mengendalikan diri dan dedikasi. Selain itu, menahan haus dan lapar di siang hari akan meningkatkan kesadaran kita akan apa yang dirasakan oleh orang-orang yang hidup dalam kemiskinan setiap harinya. Bedanya, kita dapat merasa nyaman dengan kenyataan bahwa kita dapat menikmati makanan yang lezat dan bergizi setelah matahari terbenam, sedangkan mereka yang membutuhkan tidak memiliki kemewahan yang sama. Dari sini, rasa empati meningkat dan mendorong seseorang untuk lebih mudah terlibat dalam perbuatan baik.

sumber: https://ar.pngtree.com/ diakses pada tanggal 4 Maret 2024

Rasa bahagia akan datangnya Ramadan sangat dianjurkan. Rasa bahagia akan mendorong seseorang merasa senang akan kewajiban yang akan dilaksanakannya. Bahagia tidak akan menekan psikologis. Ia pun dapat meningkatkan kualitas sebuah pekerjaan atau amal.

Seseorang yang bahagia pasti akan bergembira. Ramadan memiliki banyak keberkahan, kemuliaan, dan keutamaan sehingga layak bagi seseorang untuk bergembira. Ibadah pada bulan ini akan semakin lezat dirasakan.

Ada sebuah hadis riwayat Ahmad dalam Al-Musnad pada Juz 2 halam 385. Hadis ini dipandang sahih oleh al-Arnauth dalam kitabnya, yaitu Takhrij al-Musnad. “Telah datang kepada kalian Ramadan, bulan yang diberkahi. Allah mewajibkan atas kalian berpuasa padanya. Pintu-pintu surga dibuka padanya. Pintu-pintu Jahim (neraka) ditutup. Setan-setan dibelenggu. Di dalamnya terdapat sebuah malam yang lebih baik dibandingkan 1000 bulan. Siapa yang dihalangi dari kebaikannya, maka sungguh ia terhalangi.” Hadis ini mendorong muslim untuk bergembira dengan datangnya Ramadan.

Setiap muslim layak untuk bergembira. Di bulan Ramadan, pintu surga terbuka, dan pintu neraka tertutup. Orang yang sehat akalnya pasti bergembira. Tidak ada bulan yang menyamai Ramadan. Informasi ini pernah diungkap oleh Ibnu Rajab al-Hanbali pada Lathaif al-Ma’arif.


Persiapan Ilmu

Puasa Ramadan memiliki berbagai ketentuan. Ketentuan tersebut harus dipahami dengan matang sehingga pelaksanaannya dapat berjalan sesuai aturan.

Terdapat beberapa hal yang perlu diketahui tentang pelaksanaan puasa. Di antaranya adalah definisi, dasar hukum, syarat wajib, syarah sah, rukun, pembatalan, dan sunah-sunah dalam puasa. Beberapa hal ini menyebar dalam berbagai buku keislaman. Seseorang dapat menguatkan pemahaman dengan membaca dan menelaah buku-buku tersebut.

Pemahaman tentang puasa pun dapat diperkuat dengan berkonsultasi dengan ulama atau ustaz dan menghadiri pengajian. Literasi tentang puasa perlu ditingkatkan. Literasi yang kuat akan menambah bobot ibadah.

Ibnu Ruslan dalam kitabnya yang terkenal Matan al-Zubad pernah menulis:

وَكُلُّ مَنْ بِغَيْرِ عِلْمٍ يَعْمَلُ - اَعْمَالُهُ مَرْدُوْدَةٌ لَا تُقْبَلُ

وَاللّٰهَ اَرْجُو المَنَّ بِالاِخْلَاصِ - لِكَى يَكُونَ مُوْجِبَ الخَلَاصِ

Setiap orang yang beramal tanpa ilmu#amalnya tertolak tidak akan diterima

Saya berharap semoga Allah memberikan keikhlasan#supaya hal itu membawa keikhlasan

Dari bait di atas terdapat dua hal pokok yang dijelaskan. Pertama, amal harus dilandasi oleh ilmu. Supaya amal diterima dan sesuai dengan prosedur, seseorang harus melandaskan perbuatannya sesuai dengan ilmu. Kedua, amal itu dilakukan dengan ikhlas. Ikhlas menjadi landasan untuk hanya mengharapkan balasan dari Allah. Dengan ikhlas, amal seseorang menjadi berarti dan tidak sia-sia.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Terpopuler di

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image