Pentingnya Mengatasi Polusi Udara untuk Pencegahan Penyakit Kardiovaskular
Info Sehat | 2024-02-10 11:26:40TERDAPAT korelasi langsung antara polusi udara dan peningkatan tingkat kematian terkait penyakit kardiovaskular di seluruh dunia. Demikian kesimpulan hasil penelitian yang dilakukan oleh Global Alliance against Chronic Respiratory Diseases, baru-baru ini,
Penelitian tersebut, yang mencakup data dari hampir semua negara anggota Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), menyoroti perbedaan mencolok dalam tingkat kematian akibat polusi udara antara negara berpenghasilan tinggi dan negara berpenghasilan rendah.
"Pada tahun 2022, penyakit tidak menular (PTM) menewaskan 41 juta orang, setara dengan 74% dari seluruh kematian di dunia. Penyakit kardiovaskular (CVD) menyumbang sebagian besar kematian akibat PTM, atau 17,9 juta orang meninggal setiap tahunnya akibat CVD," tulis para peneliti.
"Faktor risiko tradisional seperti merokok, kurangnya aktivitas fisik, penggunaan alkohol yang berbahaya, dan pola makan yang tidak sehat, semuanya meningkatkan risiko kematian akibat CVD. Polusi udara, baik di luar ruangan atau ambien dan rumah tangga, tidak termasuk dalam perhitungan risiko ini meskipun polusi udara merupakan kontributor utama terhadap beban penyakit global, dengan perkiraan 12% dari semua kematian yang dapat diatribusikan pada tahun 2019," sambung para peneliti.
Temuan penelitian ini merupakan pengingat yang suram tentang dampak pervasif dari polusi udara terhadap kesehatan masyarakat, terutama yang berkaitan dengan penyakit jantung iskemik dan stroke - dua jenis penyakit kardiovaskular utama.
Analisis yang dilakukan mengungkapkan bahwa di 183 negara yang diteliti, kematian yang terkait dengan penyakit jantung iskemik yang disebabkan oleh polusi udara lebih sering terjadi dibandingkan dengan kematian akibat stroke yang disebabkan oleh faktor yang sama. Perbedaan ini menggarisbawahi berbagai cara polusi udara dapat memengaruhi kesehatan jantung.
Pada tahun 2019, tingkat kematian terkait penyakit jantung iskemik yang terkait dengan polusi udara luar ruangan secara signifikan lebih tinggi di negara-negara berpenghasilan rendah, dengan 70 kematian per 100.000 orang, dibandingkan dengan 16 per 100.000 di negara-negara berpenghasilan tinggi. Perbedaan ini menyoroti beban polusi udara yang tidak merata, dengan negara-negara berpenghasilan rendah menghadapi dampak kesehatan yang lebih parah karena kualitas udara yang lebih buruk.
Selain itu, penelitian ini juga menekankan masalah penting yang dihadapi negara-negara berpenghasilan rendah, yakni polusi udara rumah tangga. Penggunaan bahan bakar dan kompor yang berpolusi untuk memasak -- praktik umum di wilayah ini -- diidentifikasi sebagai kontributor utama terhadap masalah ini, yang menyebabkan lebih dari dua kali lipat jumlah kematian akibat stroke dibandingkan dengan polusi udara di luar ruangan (39 kematian akibat stroke per 100.000 versus 19 per 100.000).
Aspek polusi udara ini merupakan tantangan yang signifikan bagi kesehatan masyarakat di negara-negara berpenghasilan rendah, di mana akses terhadap teknologi memasak yang bersih sering kali terbatas.
Salah seorang penulis penelitian, Dr. Nikolai Khaltaev, menekankan pentingnya mengatasi polusi udara sebagai bagian dari pendekatan holistik untuk pencegahan penyakit kardiovaskular.
"Pengendalian polusi udara yang efektif bersama dengan modifikasi gaya hidup dan manajemen penyakit harus menjadi komponen penting dari strategi pencegahan penyakit kardiovaskular," kata Dr. Nikolai Khaltaev.
Penelitian ini berfungsi sebagai seruan penting untuk bertindak bagi para pembuat kebijakan, penyedia layanan kesehatan, dan komunitas global untuk mengintensifkan upaya mengurangi polusi udara dan efeknya yang merugikan terhadap kesehatan jantung.
Bukti-bukti tersebut menggarisbawahi urgensi penerapan langkah-langkah pengendalian polusi udara yang efektif, terutama di negara-negara berpenghasilan rendah di mana dampak kesehatannya paling terasa.
"Meskipun kesadaran akan dampak polusi udara terhadap kesehatan populasi meningkat, apresiasi terhadap polusi udara sebagai faktor risiko yang dapat dimodifikasi masih terbatas di antara para profesional kesehatan yang secara tradisional lebih fokus pada faktor risiko klasik," tulis para peneliti.
Para peneliti menegaskan pentingnya untuk meningkatkan kesadaran tentang dampak berbahaya dari polusi udara terhadap mortalitas CVD di antara populasi umum, penyedia layanan kesehatan, komunitas penelitian, dan politisi.***
Sumber: Euro News
--
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.