Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image jok

Studi: Jalan-jalan di Hutan Tingkatkan Fungsi Otak

Gaya Hidup | Friday, 02 Feb 2024, 09:26 WIB
Berjalan di alam bebas ikut mempengaruhi kesehatan otak. Foto: forestryengland.uk.

BERJALAN-jalan di kawasan hutan tampaknya lebih baik untuk mempertajam pikiran daripada berjalan-jalan di lingkungan jalan aspal perkotaan. Demikian temuan sebuah studi pemindaian otak teranyar.

Mereka yang berjalan-jalan di hutan kampus Universitas Utah menunjukkan hasil yang lebih baik dalam tes fungsi otak dibandingkan mereka yang berjalan-jalan di lingkungan kampus kedokteran yang sarat dengan aspal. Begitu hasil temuan yang dipublikasikan baru-baru ini di jurnal Scientific Reports.

Data EEG menunjukkan bahwa berjalan-jalan di alam bebas menyalakan daerah otak yang berhubungan dengan kontrol eksekutif, yang mempengaruhi memori kerja, pengambilan keputusan, pemecahan masalah, dan perencanaan seseorang, kata para peneliti.

"Jenis-jenis hal yang kita lakukan sehari-hari cenderung banyak menggunakan jaringan perhatian eksekutif tersebut," kata David Strayer, peneliti dan seorang profesor psikologi di Universitas Utah. "Ini adalah komponen penting dari pemikiran tingkat tinggi," sambungnya.

Menurut Strayer, ada sebuah gagasan yang disebut biofilia yang pada dasarnya mengatakan bahwa evolusi kita selama ratusan ribu tahun telah membuat kita memiliki lebih banyak hubungan atau kecintaan pada makhluk hidup alami.

"Dan lingkungan perkotaan modern kita telah menjadi hutan kota yang padat dengan ponsel, mobil, komputer, dan lalu lintas, sangat berlawanan dengan lingkungan yang menyegarkan," tambahnya.

Untuk melihat bagaimana berjalan-jalan di alam dapat memengaruhi otak, para peneliti merekrut 92 partisipan dan merekam pembacaan EEG pada masing-masing peserta sebelum dan sesudah mereka berjalan kaki selama 40 menit.

Setengah dari peserta berjalan melalui Red Butte Garden, sebuah hutan kampus di sebelah timur Universitas Utah, dan setengahnya lagi berjalan melalui kampus kedokteran dan tempat parkir universitas.

Kedua rute tersebut menempuh jarak dua mil, dengan jumlah kenaikan ketinggian yang sama.

"Kami tahu bahwa olahraga juga bermanfaat bagi perhatian eksekutif, jadi kami ingin memastikan kedua kelompok memiliki jumlah olahraga yang sebanding," kata peneliti Amy McDonnell, seorang peneliti postdoctoral di University of Utah.

Sebelum berjalan kaki, semua peserta melakukan latihan otak yang melelahkan secara mental, diikuti dengan tugas yang menguji perhatian.

""Kami memulai dengan meminta peserta melakukan tugas kognitif yang sangat menguras tenaga, yaitu menghitung mundur dari 1.000 sampai tujuh, yang sangat sulit," kata McDonnell. "Tidak peduli seberapa baik Anda dalam matematika mental, hal ini akan sangat menguras tenaga setelah 10 menit," sambungnya/

Para partisipan melakukan tes perhatian lagi setelah berjalan-jalan, untuk melihat seberapa besar pengaruh berjalan-jalan bagi pikiran mereka.

Baik tes perhatian maupun pembacaan EEG menunjukkan bahwa berjalan di alam meningkatkan kontrol eksekutif partisipan secara lebih baik daripada berjalan di perkotaan.

"Para peserta yang berjalan di alam menunjukkan peningkatan perhatian eksekutif mereka pada tugas tersebut, sedangkan pejalan kaki di perkotaan tidak, jadi kami tahu bahwa ini adalah sesuatu yang unik dari lingkungan tempat kita berjalan," kata McDonnell.

Para peneliti berharap penelitian mereka di masa depan akan memastikan mengapa lingkungan alami dapat memberikan manfaat yang lebih baik bagi otak.

"Jika Anda memahami sesuatu tentang apa yang membuat kita lebih sehat secara mental dan fisik, Anda kemudian dapat merekayasa kota kita sehingga mendukung hal itu," kata Strayer.

Tim peneliti sekarang ini sedang mengkaji bagaimana penggunaan ponsel turut mempengaruhi manfaat dari berjalan-jalan di taman.***

Sumber: United Press International

--

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image