Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Syahrial, S.T

Menuju Keabadian: Renungan tentang Kematian dan Akhirat

Agama | Friday, 19 Jan 2024, 20:18 WIB
Sumber foto:

Ayat ke-8 dari Surat Al-Jumu'ah menyentuh inti sari kehidupan manusia: kematian, kebangkitan, dan perhitungan amal di hadapan Sang Pencipta. Kalimat singkat yet powerful ini menyentak kesadaran kita, mengajak merenungkan realitas fana dunia dan hakikat abadi di akhirat.

Melarikan Diri dari Kenyataan


"Sesungguhnya kematian yang kamu lari daripadanya, ia pasti menemui kamu," ucap ayat tersebut. Betapa gamblang ia menggambarkan sikap sebagian besar manusia. Kita cenderung menghindar dari wacana kematian, menganggapnya sebagai momok yang jauh dan suram. Kita sibuk mengejar kesenangan duniawi, menimbun harta, membangun karier, dan terkadang lupa bahwa semuanya hanya pinjaman sementara. Kematian, bagaimanapun, adalah kepastian yang tak terbantahkan. Sejauh apapun kita melarikan diri, ia akan tetap menghampiri, menjemput kita ke alam abadi.


Kembalinya kepada Yang Maha Mengetahui


Ayat itu kemudian meneruskan, "kemudian kamu akan dikembalikan kepada (Allah), yang mengetahui yang ghaib dan yang nyata." Di saat kematian menjemput, kita akan kembali kepada Dzat yang Maha Meliputi, yang mengetahui segala sesuatu tersembunyi dan terang-terangan. Tiada satu pun amal perbuatan kita yang luput dari penglihatan-Nya, baik yang terucap lisan, tersirat di hati, atau terwujud dalam tindakan.


Penyingkapan Tabir Kebenaran


"Lalu Dia beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan," lanjut ayat tersebut. Di hari Penghakiman nanti, tabir kebenaran akan disingkapkan. Segala amalan kita, yang kecil maupun besar, yang terang maupun tersembunyi, akan dihitung dengan keadilan yang sempurna. Pahala dan siksa akan diberikan sesuai timbangan amal, tanpa ada ketidakadilan sedikit pun.


Renungan Menuju Kesadaran


Ayat singkat ini membawa pesan yang begitu dalam. Ia bukan sekadar pengingat akan kematian, tapi juga seruan untuk menjalani hidup dengan penuh kesadaran. Setiap hembusan napas dan denyut jantung adalah karunia yang harus dijalani dengan penuh tanggung jawab. Setiap pilihan dan tindakan kita akan tercatat dalam lembar amal, dengan konsekuensi yang tak terelakkan.


Kehidupan yang Bermakna


Dengan kesadaran ini, kita bisa menjalani hidup yang lebih bermakna. Bukan lagi mengejar duniawi yang fana, namun berinvestasi dalam amal shalih yang abadi. Kita tak lagi takut kematian, tapi justru mempersiapkan diri sebaik-baiknya untuk menghadapinya. Kita mengikis rasa sombong dan angkuh, karena di hadapan Allah, semua manusia sama derajatnya. Kita belajar memaafkan dan berbuat baik, karena pada akhirnya, hanya itulah yang tertinggal.


Menumbuhkan Ketakwaan dan Optimisme


Renungan kematian dan akhirat tak melulu harus dibumbui ketakutan. Sebaliknya, ia bisa menjadi pendorong ketakwaan dan optimisme. Ketakwaan kepada Allah karena Dia Maha Melihat dan Menilai, dan optimisme bahwa amal shalih kita tak akan pernah sia-sia. Kehidupan dunia mungkin hanya sekejap, tapi dampaknya akan kekal di alam baka.


Menggapai Keberuntungan Abadi


Ayat ini tak sekadar mengingatkan, tapi juga menawarkan jalan menuju keberuntungan abadi. Di penghujung hidup, kebahagiaan sesungguhnya bukanlah harta yang melimpah atau karier yang cemerlang, tapi ridha Allah dan ganjaran pahala di surga. Dengan senantiasa mengingat kematian dan mempersiapkan diri sebaik-baiknya, kita bisa berdoa agar menjadi hamba-Nya yang beruntung, yang dijauhkan dari api neraka dan dimasukkan ke dalam surga Firdaus.


Penutup: Membawa Hikmah dalam Langkah Kaki


Mari bawa hikmah ayat ini dalam setiap langkah kaki kita. Jadikan ia kompas moral yang senantiasa membimbing kita di jalan kebenaran. Hiduplah dengan kesadaran bahwa kematian bukan akhir, tapi gerbang menuju alam abadi. Perbanyaklah amal shalih, tebarkan kebaikan, dan persiapkan diri dengan sebaik-baiknya untuk menghadap Sang Pemilik Kehidupan. Semoga di penghujung nanti, kita dapat berpulang dengan tenang dan berbahagia, menuju keabadian yang penuh rahmat dan ridha Allah Subhanahu wa Ta'ala.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image