Goresan Syair Merdu Nan Indah, Novel Kata Merangkainya
Pendidikan dan Literasi | 2024-01-15 16:10:11
- Nama Pengarang: Nadhifa Allya Tsana (Rintik Sedu).
- Judul Buku : Kata, “Tentang senja yang kehilangan langitnya”.
- Jenis Buku: Fiksi.
- Penerbit: Gagas Media.
- Tebal Buku: 396 halaman.
- Tahun Terbit: 2018, Cetakan Pertama.
- ISBN : 978-979–780-932-4. Harga buku: Rp. 99.000.- (Pulau Jawa)
Resensi Novel
Bertokoh utama Binta Dineshcara, merupakan mahasiswi jurusan komunikasi di semester 3 (tiga). Binta datang dari keluarga brokenhome, dimana ibunya menderita penyakit Skizofrenia yang merupakan penyakit mental dan sang ayah memutuskan untuk meninggalkan mereka berdua. Binta memiliki satu-satunya sahabat laki-laki bernama Cahyo, yang senantiasa menemani dan menjemputnya ke kampus. Cahyo yang memiliki karakter social butterfly selalu mencomblangi binta dengan teman-temannya. Dasarnya Binta merupakan mahasiswi nolep di kampus, sehingga cahyo menginginkan temannya dapat bergaul dan melepas julukannya sebagai The Invisible Girl.
Novel Fiksi merupakan novel yang digemari para muda-mudi, terkhusus generasi Z. Apalagi novel tersebut menggambarkan perjalanan kisah yang dekat dengan pengalaman seseorang. Seperti yang digambarkan dalam novel ini ketika menyangkut seorang anak yang harus bertahan dengan hidupnya ketika sudah tidak ada lagi tempat untuk ‘pulang’. Dia bertahan hanya untuk melanjutkan hidup, ditambah lagi dengan perjalanan cinta yang tak kunjung ada ujungnya.
Tidak seperti novel kebanyakan yang membahas alur cerita yang mudah tertebak, novel Kata dapat menggambarkan alur cerita yang berliku dan diselipkan bait-bait indah. Sehingga tak hanya bahasa cinta biasa, bahasa yang digunakan memerlukan pemahaman kata-demi-kata untuk memahami pemberian cinta yang tulus.
Novel ini memulai cerita dengan seorang anak muda bernama Cahyo yang memperkenalkan Binta kepada temannya, Nugraha, panggilannya Nug. Pada saat itu Nug menemui kertas koran yang telah ditinggalkan seseorang dengan gambar yang cukup indah didalamnya, yang kebetulan gambar itu adalah hasil milik Binta yang akhirnya bertanya kepada Cahyo mengenai sang pelukis gambar tersebut. Mulai sejak itu, Nug selalu berusaha untuk dekat dengan Binta. Namun tetap, dengan beribu cara Binta membangun benteng sebagai jarak dengan Nug.
Sejak saat itu, Nug benar-benar selalu mengikuti kemana pun Binta pergi. Melakukan segala usaha agar Binta ikut dengannya, hingga akhirnya Nug mengetahui bagaimana kondisi keluarga Binta. Kejutekan dan sikap jauh Binta justru tidak mematahkan semangat Nug untuk mendekati Binta, justru itu membuat Nug merasa senang dan lucu saat melihat Binta mengomelinya. Dengan perlakuan Nug kepada Binta, itu mengingatkan Binta pada satu orang yang memperlakukannya sama, masa lalunya, Biru.
Seiring berjalannya waktu, Nug semakin dekat dengan Binta dan ibunya. Perhatian itu membuat Binta perlahan mulai terbuka dengan Nug dan perlahan melupakan Biru. Masuk pada klimaks pada Novel ini, di suatu hari, Cahyo memberikan hadiah kepada Binta, tiket menuju Banda Neira. Dari sinilah petualangan Binta dimulai, dia bertemu Biru. Binta juga baru mengetahui bahwa tiket itu juga pemberian Biru. Dengan interaksinya yang berlarut, Binta mulai luluh kepada Biru.
Pertemuannya dengan Biru benar-benar membuat Binta merasa begitu berwarna. Biru mulai memberikan sajak-sajak indah kembali pada Binta. Di senja kala itu, Biru menuliskan sajak di tangan kiri Binta, Menanti Senja bersama Senja. Binta semakin luluh kepada Biru, namun di sisi lain, Biru semakin takut apabila Binta semakin jatuh kepadanya. Hingga sampai pada hari terakhir liburan Binta di banda Neira, dia mengajak Biru untuk ikut dengannya ke Jakarta, namun Biru menolak, dia memiliki alasan tersembunyi yang dia tidak dapat katakan kepada Binta. Perlakuan itu membuat Binta pulang dalam keadaan sedih.
Karena Seorang Biru adalah satu-satunya dorongan bagi Binta untuk melanjutkan hidupnya. Setelah berpisah selama beberapa tahun, akhirnya takdir mempertemukan mereka di Banda Neira. Namun, alih-alih menemukan jawaban atas kisahnya bersama Biru yang selama ini menjadi tanda tanya, Binta malah dihadapkan pada kenyataan yang membuat hidupnya semakin sulit. Biru memutuskan untuk tidak bersama dengan Binta.
Di Lain sisi, ketika Binta sedang di Banda Neira, Kepulangan Nugraha dari Bandung langsung mendatangi rumah Binta, menemui Mama Binta. Nug benar-benar menyayangi Mama Binta selayaknya ibunya, hingga Nug menyampaikan suatu kalimat kepada Mama Binta.
“Tante memiliki seorang anak yang luar biasa hebat, dia tulus dan susah sekali mencari orang seperti dirinya”. Percakapan itu pun dilanjutkan dengan curhatan seorang Nug tentang Binta.
Nug, di Jakarta mengetahui apa yang telah terjadi pada Binta selepas kepulangannya dari Banda Neira. Dia menemuinya, namun Nugraha memilih diam, tidak menanyakan apapun kepada Binta. Suatu ketika, Biru memutuskan datang ke Jakarta dan baru mengetahui adanya ‘sesuatu’ tentang Nug dan Binta. Dengan mengetahui itu, membuat Biru merasa Nug akan jauh memperlakukan baik seorang Binta di hidupnya. Binta tidak tidak ingin menemui Biru, Namun dengan kata-kata yang dikirimkan Biru kepada Binta, menjawabnya, bahwa Nug lebih pantas bagi Binta. Pernyataan itu membuat Binta semakin bingung.
Perbandingan Genre
Dengan alur cerita yang tidak jauh berbeda, novel “Daun yang Jatuh Tidak Pernah Membenci Angin” karya Tere Liye juga menggambarkan latar permasalahan keluarga yang juga apik dengan dilingkupi rangkaian kata-kata yang sama indahnya. Namun hanya saja terdapat perbedaan diantara kedua buku ini. Dimana Novel ini berlatar belakang seorang gadis yang jatuh hati dengan orang yang telah menyelamatkan hidupnya, sementra Novel Kata memberikan latar belakang romantisme yang cukup membuat pembaca berpikir berkat syair cinta yang sudah biasa tidak ada di dalam kisah cinta anak muda saat ini.
Kelebihan Buku
Novel ini menggunakan pemilihan kata baku di setiap alinea yang indah namun ringan, sehingga pembaca dapat dengan mudah memahami pesan yang disampaikan oleh penulis. Memiliki alur cerita campuran, sehingga semua konflik yang digunakan terselesaikan, tidak membosankan, dan tidak meninggalkan tanda tanya bagi pembaca. Terdapat beberapa kutipan hingga puisi yang akan membuat pembaca termotivasi dan tata letak antara gambar dan tulisan yang nyaman dipandang mata.
Kekurangan Buku
Dalam novel ini belum tersematkan biografi penulis, sehingga pembaca baru tentunya tidak memahami latar belakang penulis. Namun hal ini dapat dipahami sebab buku Kata ini menjadi salah satu karya yang awal diluncurkan dalam bentuk buku cetak oleh sang penulis, Rintik Sedu.
Kesimpulan
Novel ini cocok dibaca oleh Generasi Z karena masalah yang diberikan dekat dengan kehidupan generasi saat ini. Alur yang tidak mudah tertebak, masalah keluarga dan teman yang ternyata tidak semudah itu untuk dijalankan dan diselesaikan, serta masalah percintaan yang cukup rumit. Terlebih lagi bagaimana mengajarkan para pembaca tentang makna menerima keadaan yang sangat realistis digambarkan dalam novel ini. Bagaimana seorang Binta yang hidupnya rumit dapat bertahan dengan keadaan hidupnya yang tidak mudah.
Disisi lain, novel ini mengajarkan tentang kesetiaan. Bagaimana Nug sebagai seorang laki-laki yang terus berusaha mengejar cinta Binta, meskipun dirinya mengenai kebimbangan Binta pada hatinya mengenai Cinta. Cinta yang Binta anggap sebagai rasa yang telah mati dan tidak akan kembali pada kehidupannya, namun Nug menyangkal semua pemikiran Binta. Dengan kesetiaannya pada Binta dengan terus menemani dan membahagiakan Binta dengan 1001 cara yang berbeda - memancing kecerewetan Binta. Membuat Binta kemudian memikirkan tentang kehadiran Nug di hidupnya.
Novel Kata memiliki nilai cerita yang sangat baik. Dimana lika-liku hidup yang tidak melulu monoton, tentang menghargai, dan takdir yang tidak dapat dipaksa. Binta menjadi sosok yang tidak dapat ditebak, sehingga menciptakan alur yang tidak biasa sehingga pembaca tidak dapat menebak akhir cerita sebelum membacanya hingga akhir. Untuk dapat mengetahui bagaimana keputusan Binta selanjutnya, baca Novel “Kata” yang dapat ditemui di toko buku terdekat.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.