Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Nanik Ika

Gonta-ganti Kurikulum, Kesenjangan Pendidikan belum teratasi

Eduaksi | Monday, 10 Jan 2022, 18:44 WIB


Baru-baru ini menteri Pendidikan RI membuat satu gebrakan yaitu kurikulum prototipe, yang di sinyalir menjadi salahsalah satu dari tiga pilihan kurikulum pendidikan nasional mulai 2022. Adapun ketiga kurikulum tersebut, yakni Kurikulum 2013, Kurikulum Darurat (Kurikulum 2013 yang disederhanakan), dan Kurikulum Prototipe.
Kurikulum prototipe ditawarkan Kemendikbud Ristek sebagai pilihan bagi sekolah dalam mengatasi kehilangan pembelajaran atau learning loss dan mengakselerasi transformasi pendidikan nasional. Kurikulum prototipe memuat lebih sedikit materi, dilengkapi dengan perangkat yang memudahkan guru melakukan diferensiasi pembelajaran. Misalnya, Kemendikbudristek akan menyediakan alat asesmen diagnostik untuk literasi membaca dan matematika. Kemendikbudristek juga akan membekali guru dengan beragam contoh modul yang bisa diadopsi atau diadaptasi sesuai konteks.
Meskipun banyak kalangan yang mengapresiasi positif kurikulum prototipe, namun kita semestinya bijak menyikapi bahwa sampai detik ini masih terdapat kesenjangan kemampuan sekolah dan tenaga kependidikan di semua wilayah Indonesia. Wilayah perkotaan tidak dipungkiri memiliki segala akses kemudahan dan SDM dibandingkan wilayah 3T (Terdepan, Terluar, dan Tertinggal), Karakteristik Daerah 3T pada dasarnya tidak akan terlepas dari ketertinggalan yang disebabkan oleh berbagai kondisi. Dengan adanya kurikulum prototipe ini dikawatirkan justru bisa memperburuk pendidikan di Indonesia. Karena menciptakan kesenjangan pendidikan. Selain itu hal ini menunjukkan bahwa pemerintah telah melepaskan diri dari pemberian jaminan bagi mutu pendidikan rakyatnya.
Apapun kurikulum nya selagi sekularisme masih menjadi asas sistem pendidikan, maka kurikulum yang dirancang tentu akan memberi ruang lebih banyak bagi pengembangan karakter dan kompetensi siswa dengan sifat umum dan tidak mengaitkan dengan nilai spiritual yang khas hingga membentuk kepribadian Islam, karena memang asasnya adalah sekularisme.
Ini berbeda dengan bagaimana Islam mengatur. Dalam Islam, tujuan kurikulumnya mengacu pada aturan Islam, yakni membentuk kepribadian islami dan membekali peserta didik dengan ilmu pengetahuan (tsaqafah Islam maupun ilmu kehidupan). Pelaksanaan pendidikan ini didukung penuh oleh aspek yang lain seperti ekonomi dan pemerintahan. Pembiayaan pendidikan yang ditanggung oleh negara menjadikan setiap rakyat memiliki kesempatan yang sama untuk meraih pendidikan. Selain itu kebijakan pemerintah juga diarahkan untuk mendukung proses belajar. Semua itu hanya akan terwujud dalam bingkai sistem kehidupan Islam. Oleh karena itu, kita perlu melakukan perubahan tatanan kehidupan secara mendasar dengan kembali kepada sistem kehidupan Islam yang rahmatan lil ‘alamin.
Nanik Ika, S.PdGuru Kediri

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image