Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Tazkia Khairani Ilma

Dakwah Digital di Era Milenial

Agama | 2022-01-10 14:01:25
Sumber : Facebook

Pada zaman seperti sekarang ini, perkembangan teknologi membuat kehidupan jadi serba instan. Perkembangan teknologi yang semakin pesat, berakibat buruk pada akhlak generasi milenial yang mayoritasnya belum memahami mana yang benar dan salah. Kurang nya pantauan dari orang tua dan lingkungan disekitar membuat generasi milenial meniru tontonan yang telah dilihat melalui media sosial, televisi dan lain sebagainya. Hal ini didapat melalui riset yang berkembang di lingkungan sekitar penulis dan pantauan sosial media.

Islam sebagai agama mayoritas di Indonesia, sudah sepatutnya umat islam bergerak lebih, dengan berupaya membuat suatu konten atau tayangan yang bernuansa religi. Sehingga generasi milenial dapat tertarik untuk mendengarkan dan melihat konten dakwah dengan cara penyajian yang baru. Ini yang sepatutnya dilakukan umat muslim khususnya para da’i dan da’iyah di era milenial, yang memiliki kontribusi lebih terhadap penyebaran ajaran islam. Karena berdakwah juga harus melihat perkembangan zaman.

Dalam melakukan perjuangan pasti ada tantangannya, seperti yang dialami oleh pendakwah. Menyebarkan ajaran islam merupakan perjuangan yang tidak mudah, dan tantangan disetiap zaman pasti berbeda. Tantangan di era milenial ini tidak terlepas dari media digital, yang dapat membuat redupnya keimanan umat muslim, jika iman dan ketaqwaan nya belum kokoh. Ini menjadi tantangan bagi seorang pendakwah yang harus terus menerus mensyi’arkan ajaran islam.

Ada tiga metode dakwah digital yang dapat dilakukan oleh pendakwah, yaitu metode al-hikmah, metode mau’izhah hasanah dan metode al-mujadalah bil al-lati hiya ahsan. Metode tersebut diambil dari qur’an surah An-Nahl ayat 125. Metode pertama yang berarti mengetahui suatu hal yang ada dan mengerjakan perkara-perkara yang baik. Metode kedua berarti pelajaran atau perkataan yang indah tentang pendapat yang ada dalam al-qur’an. Metode ketiga berarti perdebatan yang dilakukan dalam diskusi dengan cara yang baik, santun dan lembut.

Pada masa sekarang ini, banyak sekali masalah yang dihadapi da’i dalam melakukan dakwah digital. Berbagai masalah yang dirasakan da’i antara lain, terciptanya budaya dan gaya hidup yang mencerminkan non muslim, seperti pada pakaian, moral, dan kurangnya minat mempelajari ilmu agama. Masalah berikutnya yang di rasakan da’i yaitu, perilaku konsumtif memberikan dampak pada falsafah hidup dan kurang mensyukuri nikmat yang telah Allah berikan.

Beberapa tindakan da’i agar generasi milenial mendapat hidayah melalui dakwah media digital yaitu, dengan menunjukkan konten yang bermanfaat dan agama islam yang damai. Kemudian konten harus berisi sesuatu yang dapat menarik minat khalayak, konten juga harus dikemas dengan dengan semenarik mungkin. Tindakan da’i yang terakhir yaitu berdakwah sesuai dengan trend, tanpa mengurangi kaidah-kaidah dalam berdakwah. Semua hal tersebut dilakukan agar dakwah digital di era milenial tidak kalah dengan konten lain yang dapat merusak iman, taqwa dan akhlak umat muslim.

Cara da’i menyikapi masalah yang terjadi dalam dakwah digital di era milenial ini dengan sabar, ikhlas dan tawakkal. Dengan mengevaluasi konten-konten yang kurang diterima dimasyarakat, karena dakwah digital adalah kerja tim. Ada orang dibalik layar yang membantu pendakwah agar memiliki konten yang bermanfaat dan mengikuti trend. Wajar saja jika harus mengikuti trend, karena yang dihadapi pendakwah adalah era milenial. Setelah dievaluasi pendakwah dan tim membuat konten yang lebih diminati tanpa mengurangi ajaran islam didalamnya.

Adanya dakwah digital ini agar generasi milenial terus mendapat kajian-kajian islam melalui media digital. Karena banyak sekali orang yang sulit menyempatkan waktunya untuk duduk di majelis ilmu untuk, mendengar, menyimak tausiyah, arahan, nasihat dari para kyai, da’i, ulama dan sebagainya. Dengan adanya dakwah digital atau yang sering disebut dakwah bil medsos, diharapkan mempermudah umat muslim untuk selalu memperdalam ilmu agama dimanapun dan kapanpun.

Dakwah digital sudah banyak diterapkan di era milenial. Para pendakwah memiliki kewajiban lebih karena menjadi penyambung lidah Rasulullah SAW. Pada era milenial ini berdakwah juga harus mengikuti zaman, tanpa meninggalkan kaidah-kaidah dalam berdakwah. Berbagai tantangan, masalah, metode dan cara pendakwah mengatasi penerapan dakwah digital, merupakan suatu perjuangan di era milenial. Segala upaya dilakukan pendakwah agar penyebaran ajaran islam tidak terhenti dan dapat dijangkau oleh siapapun dan kapanpun.

Dakwah digital dilakukan karena miris nya umat muslim yang mayoritas hanya islam KTP, juga karena aktivitas sekarang ini banyak dilakukan melalui media digital. Jadi muncul lah dakwah digital atau dakwah bil medsos. Dakwah seperti ini dilakukan dengan harapan, bangkitnya kembali girah sebagai umat muslim yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT.

Umat islam jangan sampai tertinggal dengan perkembangan zaman, bukan mengikuti arus yang tidak baik, tetapi memanfaatkan kecanggihan media digital sebagai sarana untuk menyebarkan ajaran islam. Tidak mudah melakukan dakwah digital, tetapi semua masalah ada solusi nya, yang terpenting adalah semangat berjuang dijalan Allah. Para pendakwah dan tim media digital harus terus memberikan konten yang bermanfaat di dunia dan akhirat. Kemudian ucapan perkata dan kalimat harus mengena di masyarakat muslim, agar membekas dan dapat mengamalkannya.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image