Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image FEBRI SANDY IRAWAN

Pentingnya Pendidikan Pancasila pada Generasi Muda di Era Serba Digital

Pendidikan dan Literasi | Monday, 08 Jan 2024, 14:42 WIB

LATAR BELAKANG

Pendidikan pancasila pada generasi muda ini sangat penting karena dapat membangun karakter dan moral anak muda zaman sekarang. Pendidikan Pancasila bisa sangat membantu generasi muda dalam memahami nilai-nilai moral, etika, dan karakter yang kuat. Selain itu Pendidikan Pancasila juga dapat membantu generasi muda untuk memahami toleransi antar sesama. Sekarang saja banyak anak muda kurang tahu mengenai pancasila, apalagi di zaman serba digital seperti sekarang ini. Anak muda jika menggunakan teknologi biasanya tidak berminat dengan pendidikan pancasila, mereka cenderung lebih berminat untuk bermain game, membuka sosmed, dan lain-lain.

Di sisi lain peran orang tua dan guru sangatlah penting pada anak muda di era serba digital seperti ini. Karena dari merekalah kita anak muda bisa memahami makna dari pendidikan pancasila ini.Diharapkan juga jika anak muda menggunakan teknologi tidak hanya membuka hal-hal yang tidak bermanfaat melainkan membuka seputar pendidikan pancasila supaya dapat memahaminya.

Selain itu juga Pendidikan Pancasila ini penting bagi generasi muda, karena adanya tantangan dalam menghadapi era digital, seperti munculnya budaya asing dan sifat individualistis serta intoleransi dari orang, yang dapat mempengaruhi identitas bangsa dan ideologi bangsa. Selain itu, generasi milenial yang lahir, tumbuh, dan besar di lingkungan era digital membutuhkan pendidikan karakter yang dapat membentuk kemampuan berpikir kritis, literasi digital, literasi teknologi, dan literasi manusia. Oleh karena itu, pendidikan Pancasila dapat menjadi pondasi utama dalam menjalani yang semakin maju dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi.

Dalam memahami pendidikan Kewarganegaraan secarah utuh dan baik serta menyeluruh sebagai suatu bidang kajian yang mempelajari kependidikan perlu dilakukannya analisis terhadap berbagai dimensi yang kini melekat padanya. Sebagai mata pelajaran di sekolah pendidikan Kewarganegaraan telah mengalami perkembangan yang fluktuatif, baik dalam kemasan maupun substansinya (Dewantara et al., 2021).

Mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di sekolah merupakan mata pelajaran yang sangat baik dan penuh dengan muatan afektif (Nurgiansah, 2021c). Pembelajaran yang berlangsung sebisa mungkin baik dan mampu memberikan pengalaman belajar nyata yang langsung di peroleh siswa. Bila dilihat dari konteks studi kurikulum, kajian terhadap Pendidikan Kewarganegaraan termasuk dalam bidang kajian sistem kurikulum pendidikan disiplin ilmu pengetahuan sosial.

Dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaran di sekolah mengalami beberapa kendala yang menyebabkan hasil dari pembelajaran Pendidikan kewarganegaraan belum terimplementasikan dengan baik. Ada beberapa penyebab terjadinya kendala tersebut adalah Guru yang masih menggunakan metode ceramah, sehingga membuat murid cepat bosan, minta serta motivasi semangat belajar murid terhadap pendidikan Kewarganegaraan masih kurang, dan kurangnya pengetahuan guru tentang metode pembelajaran seperti apa yang harus digunakan.

Dalam memperkuat mental generasi muda, perlu dilakukan pemanfaatan teknologi internet dengan tepat guna agar selalu siap mengawal percepatan transformasi digital. Dalam menghadapi tantangan di era digital, perlu dilakukan pembelajaran Pendidikan Pancasila secara optimal dengan memperhatikan karakteristik peserta didik sebagai generasi digital native. Guru Pendidikan Pancasila diharapkan mampu mempergunakan media pembelajaran berbasis digital dalam menciptakan pembelajaran Pancasila yang lebih optimal.

Era digital telah membawa perubahan besar dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk dalam bidang pendidikan.

  1. Perubahan Cara Belajar: Dengan adanya internet, cara belajar generasi muda telah berubah. Mereka lebih banyak menghabiskan waktu untuk belajar dan mencari informasi secara online. Oleh karena itu, pendidikan Pancasila juga harus mampu beradaptasi dengan perubahan ini.
  2. Tantangan Era Digital: Di era digital, generasi muda dihadapkan pada berbagai tantangan, seperti penyebaran berita hoax, cyberbullying, dan berbagai bentuk pelanggaran lainnya di dunia maya. Hal ini menuntut mereka untuk memiliki pemahaman yang baik tentang etika dan hukum di dunia digital. Pendidikan Pancasila dapat memberikan landasan moral dan etika bagi generasi muda dalam menghadapi tantangan tersebut.
  3. Pemahaman dan Implementasi Nilai-nilai Pancasila: Pancasila sebagai dasar negara dan pandangan hidup bangsa Indonesia memiliki nilai-nilai luhur yang harus dipahami dan diimplementasikan oleh setiap warga negara, termasuk generasi muda. Di era digital, pemahaman dan implementasi nilai-nilai Pancasila menjadi semakin penting untuk menjaga persatuan dan kesatuan bangsa.
  4. Membentuk Karakter dan Identitas Bangsa: Pendidikan Pancasila juga berperan penting dalam membentuk karakter dan identitas bangsa. Di era digital, generasi muda dihadapkan pada berbagai informasi dan budaya dari berbagai negara. Oleh karena itu, pendidikan Pancasila harus mampu menanamkan rasa cinta tanah air dan bangga menjadi warga negara Indonesia.

Permasalahan yang sering terjadi adalah dari segi beretika dalam bermedia sosial yang dimana sangat jauh sekali dari nilai berkarakter Pancasila di media sosial. Hal ini harus segera diselesaikan karena jangan sampai karakter Pancasila yang berbudi luhur ini luntur karena tergerusnya perkembangan zaman yang mana tidak bisa dikendalikan. Pudarnya semangat terhadap nasionalisme dalam jiwa para pemuda di era serba cepat dan mudah ini secara seksama harus mengetahui akar permasalahan ini yang dimana sangat pentingnya untuk membangkitkan lagi rasa nasionalisme tanah air untuk para pemuda Indonesia di era digital (Kartini & Dewi, 2021).

PEMBAHASAN

Generasi muda saat ini memiliki kecerdasan dalam menangkap dan mempelajari sesuatu yang baru terkesan sangat mudah dan juga cepat dalam proses pemahaman serta didukung oleh cepatnya menemukan informasi dalam internet. Generasi muda ini dinilai sangat kreatif dalam menciptakan hal-hal yang terkesan baru dan kenal dengan nilai keasliannya dikarenakan tingkat kecerdasan dinilai sangat tinggi, akan tetapi sisi negatifnya remaja saat ini terkesan lebih mudah melakukan kenakalan karena akses yang mudah (Hasanah, 2021).

Pendidikan Kewarganegaraan yang diajarkan kepada Peserta Didik di Sekolah yang lebih efektif dan efisien adalah pendidikan Kewarganegaraan yang di sampaikan pada siswa dengan tujuan untuk mengembangkan ilmu pengetahuan, keterampilan, dan yang membentuk karakter siswa yang harus ditanamkan kepada siswa sejak dini. Agar tercapainnya tujuan tersebut maka harus pembelajaran yang mewujudkan tujuan tersebut. Dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan memiliki beberapa faktor yang mempengaruhi seperti faktor guru, peserta didik, iklim belajar materi pembelajaran yang di berikan, media dan lain-lain.

Dalam upaya dan proses pencapaian kompetensi dan meningkatkan hasil belajar seorang guru harus memiliki pengetahuan yang luas dan mampu menciptakan pembelajaran yang menyenangkan bagi peserta didik (Nurgiansah, 2020).Hal tersebut berbanding terbalik dengan rendahnya tata krama, nilai, moral dan kesopanan dalam bermedia sosial masyarakat Indonesia yang menandakan hal tersebut jauh dari nilai Pancasila, survei yang dilakukan oleh raksasa Microsoft telah merilis survei pada tahun 2020 Digital Civility Index (DCI) yang menyatakan bahwa hasil penilaian kesopanan media sosial rakyat Indonesia naik sebanyak 8 point, dari peringkat 67 di tahun 2019 yang menduduki posisi 76 pada tahun 2020.

Semua berdasarkan riset dan kajian Microsoft yang mengacu penilaian tingkat kesopanan di media sosial sepanjang 2020. Hasilnya, negara Indonesia diposisi 29 dari 32 negara. Maka dari itu hasil tersebut, yang mengindikasikan negara Indonesia dikategorikan termasuk negara yang sangat rendah terkait kesopanan di internet kawasan Asia Tenggara (Ardiani, Noviana, Mariana, & Nurrohmah, 2021).

Hal ini menandakan bahwa sangat rendahnya tata krama, nilai-nilai, moral, dan kesopanan dalam bermedia sosial bangsa Indonesia yang jauh dari karakter Pancasila khususnya pada kalangan generasi muda. Generasi muda yang rentan terhasut dengan ideologi lain selain Pancasila sehingga kecenderungan memandang sebelah mata nilai-nilai di kehidupannya. Terlebihnya nilai-nilai kehidupan untuk berbangsa dan bernegara menjadikan permasalahan yang serius untuk keberlangsungan dari negara Indonesia ke depannya (Hanum, 2019).Terdapat enam karakter dalam berPancasila yang harus ditanamkan generasi muda di era digital, yakni sebagai berikut:1. BerimanBeriman adalah satu dari karakter dalam berPancasila, dengan ini diharapkan generasi muda dapat mengimani keyakinannya masing- masing serta bertoleransi terhadap segala bentuk suku, budaya, ras, agama, dan juga budaya.

Dengan cara memberikan konten-konten positif terhadap indahnya bertoleransi dan menjaga diri dari ujaran-ujaran kebencian terhadap golongan yang berbeda di dalam media sosial. Serta mampu untuk lebih menghargai satu sama lain di dalam era digital yang penggunanya berasal dari seluruh dunia.2. Bertakwa Kepada Tuhan yang Maha Esa dan Berakhlak MuliaKetuhanan yang Maha Esa mengindikasikan bahwa negara ini berorientasi manusia adalah makhluk Tuhan Yang Maha Esa dimana didirikannya berlandaskan nilai agama. Maka dari itu segala hal yang menyangkut kegiatan negara berlandaskan nilai-nilai agama di dalamnya, baik di dalam berpolitik negara, jalannya pemerintahan, pembuatan dan penegakan hukum serta peraturan perundang-undangan Indonesia, kebebasan dalam memperjuangkan hak asasi manusia harus berlandaskan nilai spiritual Ketuhanan.

Dengan hal tersebut maka generasi muda bisa mengimplementasikan nilai-nilai Pancasila yang mempunyai karakter bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa dan akhlak mulia di era digital dengan cara bertutur kata dengan baik di dalam bersosial media dan selalu melakukan kegiatan yang positif saat bersosial media.3. Kreatif dan Bernalar KritisPendidikan karakter harus dibarengi dengan bimbingan orang tua di rumah dan guru disekolah. Guru yang diproyeksikan sebagai ujung tombak dalam mencerdaskan para generasi bangsa, diharuskan memilih langkah-langkah yang cukup strategis untuk bisa membentuk dan membina karakter penerus bangsa sesuai undang-undang yang menitik beratkan anak Indonesia yang cerdas, kreatif, dan berakhlak mulia. Karakter tersebut dapat diimplementasikan melalui penerapan dari pendidikan karakter yang berpedoman pada Pancasila dan didoktrin sejak sekali di sekolah dasar (Dwiputri & Dewi,2021).

Peran dari pendidikan karakter yang bertujuan membentuk kemampuan generasi penerus bangsa yang berpikir kritis dinilai begitu penting. Mengembangkan ilmu pengetahuan berbasis teknologi yang memiliki dua hal baik positif dan negatif terhadap perilaku dan pemikiran di lingkup generasi muda (Asadullah & Nurhalin, 2021).Berkarakter kreatif dan berpikir kritis merupakan karakter Pancasila khususnya untuk generasi muda di era digital. Dengan cara tersebut diharapkan generasi muda mampu untuk mengelola setiap bentuk informasi elektronik agar menyaring dan tidak terkena hoax sedangkan para generasi muda harus mampu untuk kreativitas dalam menyampaikan informasi yang faktual dan terpercaya tanpa adanya unsur hoax. 4. MandiriPendidikan Pancasila adalah mata pelajaran sekolah yang sifatnya wajib diajarkan di setiap jenjang sekolah dan perguruan tinggi di Indonesia. Karakteristik mata Pelajaran pendidikan Pancasila cenderung mengarahkan pada pendidikan adat, nilai, dan moral berkehidupan bernegara.

Pancasila bukan diibaratkan sebagai transformasi pengetahuan saja, lebih dari itu pendidikan Pancasila menjadi media untuk membentuk kepribadian dan karakter siswa yang sesuai dengan nilai Pancasila, Karena itu pembelajarannya tidak luput dari pesan moral yang diharapkan bisa dijadikan contoh dan diimplementasikan di kehidupan sehari-harinya (Nurgiansah, 2020). Salah satunya adalah sikap mandiri yang sebagai sebuah tindakan atau reaksi seseorang yang di lakukan terhadap situasi tertentu dan bisa menentukan apa yang dicari dalam kehidupannya (Zaman, Imbron, Praditya, Wahyudi, & Pratama, 2021).5.

Gotong Royong dan Kebhinekaan GlobalKebhinnekaan memiliki arti setiap individu mempunyai rasa menghargai satu sama lain, toleransi, dan rukun sesama individu, hal lain mengenai kebhinnekaan adalah menjaga satu sama lain walaupun perbedaan yang ada di sekitar kita, dan hal itu harus menjadi potensi dalam kemajuan kita bersama. Indonesia dikenal sebagai negara yang multikultural yang dimana terdapat banyak sekali berbagai macam suku, budaya, ras, dan agama.

Sebagai negara yang mempunyai keberagaman, Indonesia menjadikan hal itu bukan menjadi perenggang akan tetapi pengerat satu sama lain demi kedaulatan negara. Bhinneka Tunggal Ika, itulah semboyan dari negara Indonesia yang menjadi pemersatu masyarakat yang beragam. Keberagaman inilah yang menjadi bagian dari suatu identitas bangsa Indonesia (Febrina, 2019).Pemanfaatan teknologi internet dapat digunakan untuk memperkuat nilai-nilai Pancasila di era digital. Salah satu rekomendasi implementasi nilai-nilai Pancasila di era globalisasi adalah memanfaatkan kemajuan teknologi yang menarik. Generasi muda memiliki peran sentral dalam menjaga dan menerapkan nilai-nilai Pancasila.

Melalui pendidikan agama yang kuat, penanaman semangat Pancasila, dan kesadaran akan pentingnya menjaga jati diri bangsa, generasi muda dapat memahami dan menginternalisasi nilai-nilai Pancasila dalam konteks spiritualitas mereka.Di era digital, perlu adanya konten inovatif dan kreatif dalam pengenalan Pancasila pada generasi muda. Hal ini membutuhkan strategi yang tepat untuk mengenalkan Pancasila kepada generasi milenial agar sesuai dengan zaman. Pendidikan karakter Pancasila di era digital juga memerlukan langkah-langkah antisipatif, seperti membentuk pendidikan agama yang kuat dan menanamkan ketakwaan pada generasi muda Indonesia.

Dengan demikian, pendidikan Pancasila pada generasi muda di era serba digital memiliki tantangan yang kompleks, namun juga memberikan peluang bagi bangsa Indonesia. Melalui pendidikan agama yang kuat, penanaman semangat Pancasila, dan kesadaran akan pentingnya menjaga nilai-nilai Pancasila, generasi muda dapat memainkan peran penting dalam mempertahankan identitas bangsa dan memperkuat ideologi bangsa di era digital.Menurut Don Tapscott dalam buku “Grown Up Digital”, kedepan akan ada tiga generasi yang akan mempengaruhi kehidupan manusia yaitu generasi Y (lahir tahun 1981-1994), generasi Z (lahir tahun 1995-2010), dan generasi Alpha (lahir tahun 2011-2025). Generasi Y adalah generasi yang akan segera berakhir dan merupakan orangtua bagi generasi Z dan generasi Alpha.

Generasi Z yang disebut juga igeneration, merupakan generasi yang mahir menggunakan teknologi informasi dan berbagai artificial intelligence, multitasking, kurang dalam berkomunikasi verbal, menginginkan hal yang serba cepat dan praktis, cenderung egosentris dan individualis, serta cenderung kurang menghargai proses. Kemudian yang disebut Generasi Alpha bersifat individualis, mobilitas tinggi, tidak mempedulikan privasi, mampu menerobos batasan-batasan, banyak menemukan hal-hal baru, serta selalu mengalami perubahan. Dari ciri-ciri generasi Z dan generasi Alpha inilah yang oleh Tapscott menyebutkannya sebagai generasi milenial. (Lalo, 2018).

Dalam konteks perkembangan peradaban dalam hal ini era globalisasi, tentunya generasi melenial terus diperhadapkan dengan perkembangan teknologi dan informasi yang semakin hari semakin berkembang. Hal ini tentu memberikan pengaruh bagi generasi milenial bangsa Indonesia yang mana merupakan ujung tombak pemimpin masa depan bangsa 10 (sepuluh) sampai 20 (duapuluh) tahun kedepan. Generasi milenial bangsa Indonesia saat ini diperhadapkan dengan tantangan terbesar yaitu radikalisme dan hoaks (kabar bohong), selain itu juga penggunaan narkotika, rasis, diskriminasi HAM, merokok dan seks bebas pada usia remaja. Farida dan Nopitasari (Nopitasari, 2019) menjelaskan bahwa dalam dunia pendidikan menuntut peserta didik untuk memiliki kemampuan memecahkan masalah kompleks, berpikir kritis dan memiliki kreativitas.

Adapun Hakikat Pancasila sebagai dasar nilai pengembangan IPTEK dikemukakan Prof. Wahyudi Sediawan dalam simposium dan sarasehan “Pancasila sebagai Paradigma Ilmu Pengetahuan dan Pembangunan Bangsa” sebagai berikut (Tim Nasional Dosen Pendidikan Pancasila, 2019):1. Sila Pertama, Ketuhanan Yang Maha Esa memberikan kesadaran bahwa manusia hidup di dunia ibarat sedang menempuh ujian dan hasil ujian akan menentukan kehidupannya yang abadi di akhirat nanti. Salah satu ujiannya adalah manusia diperintahkan melakukan perbuatan untuk kebaikan, bukan untuk membuat kerusakan dibumi.

Tuntunan sikap pada kode etik ilmiah dan keinsinyuran, seperti: menjunjung tinggi keselamatan, kesehatan, dan kesejahteraan Masyarakat: berperilaku terhormat, bertanggung jawab, etis dan taat aturan untuk meningkatkan kehormatan, reputasi dan kemanfaatan profesional, dan lain-lain, adalah suatu manifestasi perbuatan untuk kebaikan tersebut. Ilmuwan yang mengamalkan kompetensi teknik yang dimiliki dengan baik sesuai dengan tuntunan sikap tersebut berarti menyukuri anugrah Tuhan.2. Sila Kedua, Kemanusiaan yang Adil dan Beradab memberikan arahan, baik bersifat universal maupun khas terhadap ilmuwan dan ahli teknik di Indonesia.

Asas kemanusiaan atau humanisme menghendaki agar perlakuan terhadap manusia harus sesuai dengan kodratnya sebagai manusia, yaitu memiliki keinginan, seperti kecukupan materi, bersosialisasi, eksistensinya dihargai, mengeluarkan pendapat, berperan nyata dalam lingkungannya, bekerja sesuai kemampuannya. Hakikat kodrat manusia yang bersifat mono-pluralis, sebagaimana dikemukakan Notonagoro, yaitu terdiri atas jiwa dan raga (susunan kodrat), makhluk individu dan sosial (sifat kodrat), dan makhluk Tuhan dan otonom (kedudukan kodrat) memerlukan keseimbangan agar dapat menyempurnakan kualitas kemanusiaannya.3. Sila Ketiga, Persatuan Indonesia memberikan landasan esensial bagi kelangsungan Negara Kesatauan Republik Indonesia (NKRI). Untuk itu, ilmuwan dan ahli teknik Indonesia perlu menjunjung tinggi asas Persatuan Indonesia ini dalam tugas-tugas profesionalnya. Kerja sama yang sinergis antarindividu dengan kelebihan dan kekurangannya masing-masing akan menghasilkan produktivitas yang lebih tinggi daripada penjumlahan produktivitas individunya.

Suatu pekerjaan atau tugas yang dikerjakan bersama dengan semangat nasionalisme yang tinggi dapat menghasilkan produktivitas yang lebih optimal.4. Sila Kempat, Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan /Perwakilan memberikan arahan asa kerakyatan, yang mengandung arti bahwa pembentukan negara republik Indonesia ini adalah oleh dan untuk semua rakyat Indonesia. Setiap warga negara mempunyai hak dan kewajiban yang sama terhadap negara. Demikian pula halnya dengan ilmuwan dan ahli Teknik wajib memberikan kontribusi sebesar-besarnya sesuai kemampuan untuk kemajuan negara. Sila keempat ini juga memberi arahan dalam manajemen keputusan, baik pada tingkat nasional, regional maupun lingkup yang lebih sempit.

Manajemen keputusan yang dilandasi semangat musyawarah akan mendatangkan hasil yang lebih baik karena dapat melibatkan semua pihak dengan penuh kerelaan.5. Sila Kelima, Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia memberikan arahan agar selalu diusahakan tidak terjadinya jurang (gap) kesejahteraan di antara bangsa Indonesia. Ilmuwan dan ahli teknik yang mengelola industri perlu selalu mengembangkan sistem yang memajukan perusahaan, sekaligus menjamin kesejahteraan karyawan.

Berdasarkan hal diatas maka nilai-nilai yang dapat penulis uraikan sebagai nilai-nilai dasar yang berperan dalam membentuk karakter bangsa dan wajib dimiliki oleh generasi bangsa yaitu memiliki karakter yang tangguh, kompetitif, berakhlak mulia, bermoral, bertoleran, bergotong royong, nasionalis, berorientasi ilmu pengetahuan dan teknologi yang didasarkan pada ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa.Pentingnya Pancasila sebagai dasar nilai pengembangan ilmu, meliputi hal-hal sebagai berikut:a) Perkembangan ilmu dan teknologi di Indonesia dewasa ini tidak berakar pada nilai-nilai budaya bangsa Indonesia sendiri sehingga ilmu pengetahuan yang dikembangkan di Indonesia sepenuhnya berorientasi pada Barat (western oriented).a) Perkembangan ilmu pengetahuan di Indonesia lebih berorientasi pada kebutuhan pasar sehingga prodi-prodi yang “laku keras” di perguruan tinggi Indonesia adalah prodi-prodi yang terserap oleh pasar (dunia industri).b) Pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia belum melibatkan masyarakat luas sehingga hanya menyejahterakan kelompok elite yang mengembangkan ilmu (scientist oriented).

Dalam (Abdul Halim, Berchah Pitoewas, Hermi Yanzi, 2019) berpendapat bahwa pendidikan Pancasila diharapkan mampu memperkokoh modalitas akademik mahasiswa dalam peran serta membangun pemahaman masyarakat antara lain, kesadaran gaya hidup sederhana dan cinta produk dalam negeri, kesadaran pentingnya kelangsunga hidup generasi mendatang, kesadaran pentingnya semangat persatuan dan kesatuan atau solidaritas nasional, kesadaran pentingnya norma-norma dalam pergaulan, kesadaran tentang pentingnya kesehatan mental bangsa, kesadaran hukum serta pentingnya menanamkan kesadaran terhadap ideologi Pancasila.

Namun dengan perkembangan ilmu pengetahuan sekarang ini pendidikan karakter semakin sulit untuk ditanamkan pada siswa, oleh karena itu pendidikan karakter sangat penting untuk diterapkan di sekolah-sekolah mengingat semakin maju siswa pendidikan karakter, semakin banyak siswa yang mengikuti perilaku buruk. Yang berasal dari komunikasi luas, web, dan media berbasis web. Permainan, terutama saat ini latihan belajar menggunakan internet semakin mempengaruhi instruksi siswa.

Pasca pandemi virus corona, pembelajaran karakter siswa tidak dapat dicek langsung oleh pengajar sehingga pelatihan siswa yang telah ditanamkan di sekolah-sekolah semakin berkurang, terkait hubungannya dengan proses pembelajaran berbasis digital juga mempengaruhi siswa yang lugas, terkendali, mentalitas bebas, dan mampu dalam minat belajar latihan seperti halnya dalam mengurus tugas, oleh karena itu orang tua berperan penting dalam membentuk pembelajaran karakter siswa selama pandemi, orang tua membantu anak-anaknya melakukan latihan belajar, selama latihan belajar orang tua melaporkan latihan anak-anak mereka kepada wali kelas (Awulloh and Latifah 2021).

Pendidikan karakter di lingkungan rumah atau keluarga masih belum ideal. Beberapa orang tua masih belum optimal mengontrol akan pentingnya pembentukan karakter. Padahal pendidikan karakter di lingkungan keluarga sangatlah baik dan memiliki peran dan kedudukan yang kuat dalam pembentukan karakter anak (Purandina 2020). Pendidikan karakter semacam ini memang harus familiar, mengenal dengan kegiatan sehari-hari yang dilakukan dalam bentuk perilaku keluarga sehari-hari, seperti berbicara sopan, bertingkah laku baik, menjaga lingkungan, menjaga ketertiban, dll. Pada dasarnya hal ini harus diikutsertakan dalam setiap aktivitas keluarga dalam kehidupan sehari-hari (Yoga Purandina and Astra Winaya 2020).

Badan Pusat Statistik (BPS) adalah Lembaga Pemerintah Nonkementerian yang bertanggung jawab langsung kepada Presiden. Sebelumnya, BPS merupakan Biro Pusat Statistik, yang dibentuk berdasarkan UU Nomor 6 Tahun 1960 tentang Sensus dan UU Nomor 7 Tahun 1960.Ada beberapa tugas dari BPS (Badan Pusat Statistik) yaitu:1. Badan Pusat Statistik yang selanjutnya dalam Keputusan Presiden ini disingkat BPS adalah Lembaga Non Departemen yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Presiden.2. BPS mempunyai tugas membantu Presiden dalam menyelenggarakan statistik dasar, melaksanakan koordinasi dan kerjasama, serta mengembangkan dan membina statistik sesuai dengan peraturan perundang‑undangan yang berlaku.Berikut data survei pengguna gadget di Indonesia dari tahun 2021-2022:Menurut data BPS dari hasil pendataan Survei Susenas 2022, 66,48 persen penduduk Indonesia telah mengakses internet di tahun 2022 dan 62,10 persen di tahun 2021.

Tingginya penggunaan internet ini mencerminkan iklim keterbukaan informasi dan penerimaan masyarakat terhadap perkembangan teknologi dan perubahan menuju masyarakat informasi. Tingginya jumlah pengguna internet di Indonesia tidak terlepas dari pesatnya perkembangan telepon seluler. Pada tahun 2022 tercatat 67,88 persen penduduk di Indonesia telah memiliki telepon Seluler. Angka ini meningkat jika dibandingkan dengan kondisi tahun 2021 yang mencapai 65,87 persen.Dikutip dari blog resmi Badan Pusat Statistik (BPS), bahwa peningkatan pengguna gadget di Indonesia di tahun 2021 mencapai 65,87 persen, meningkat di tahun 2022 mencapai 67,88 persen.

KESIMPULAN

Dalam era serba digital ini, generasi muda memiliki akses yang mudah dan cepat ke berbagai informasi dan pengetahuan. Namun, tanpa bimbingan dan pendidikan yang tepat, mereka bisa terjebak dalam informasi yang salah atau menyesatkan. Pendidikan Pancasila menjadi sangat penting dalam konteks ini. Pancasila, sebagai dasar negara dan pandangan hidup bangsa Indonesia, dapat memberikan bimbingan moral dan etika bagi generasi muda. Melalui pendidikan Pancasila, mereka dapat memahami dan menerapkan nilai-nilai luhur Pancasila dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam berinteraksi di dunia nyata maupun di dunia digital.

Selain itu, pendidikan Pancasila juga dapat membantu generasi muda untuk lebih kritis dan selektif dalam menerima informasi. Dengan pemahaman yang baik tentang Pancasila, mereka dapat menilai apakah suatu informasi atau pandangan sesuai dengan nilai-nilai Pancasila atau tidak. Dengan demikian, pendidikan Pancasila sangat penting untuk membekali generasi muda di era digital ini. Pendidikan ini tidak hanya membantu mereka untuk menjadi warga negara yang baik, tetapi juga membantu mereka untuk menjadi pengguna teknologi digital yang bijaksana dan bertanggung jawab.

DAFTAR PUSTAKA

Riyadi Rafiki, Dinie Anggraeni Dewi, Gerakan Muda Berkarakter Pancasila Di Era Digital, Oktober 2022.

Dewantara, J. A., Hermawan, Y., Yunus, D., Prasetiyo, W. H., Efriani, Arifiyanti, F., & Nurgiansah, T. H. (2021). Anti-Corruption Education as an Effort to Form Students With Character Humanist and Law-Compliant. Jurnal Civics: Media Kajian Kewarganegaraan, 18(1), 70– 81.

Nurgiansah, T. H. (2021c). Petuah Pendidikan Kewarganegaraan Dalam Kontestasi Politik. AoEJ: Academy of Education Journal, 12(1), 39–47.

Hasanah, U. (2021). Implementasi nilai-nilai Pancasila di kalangan generasi millennial untuk membendung diri dari dampak negatif revolusi industri 4.0. Jurnal Ilmiah Ilmu Pendidikan, 52-59.

Ardiani, E.R., Noviana, I., Mariana, A., & Nurrohmah, S. (2021). Kesantunan berkomunikasi pada media sosial di era digital. Sultan Agung Fundamental Research Journal, 2(2), 66. Hanum, F.F. (2019). Pendidikan Pancasila bagi generasi milenial. Artikel Prosiding Seminar Nasional, 73.

Dwiputri, F.A., & Dewi, D.A. (2021). Penerapan nilai Pancasila dalam menumbuhkan karakter siswa sekolah dasar yang cerdas kreatif dan berakhlak mulia. Jurnal Pendidikan Tambusai, 1268.

Nurgiansah, T. H. (2020). Filsafat Pendidikan. In Banyumas: CV Pena Persada.

Asadullah, S.A., & Nurhalin. (2021). Peran pendidikan karakter dalam membentuk kemampuan berpikir kritis generasi muda Indonesia. Kaisa: Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran, 1(1), 18.

Febrina, F. (2019). Gotong royong sebagai natura bangsa Indonesia untuk mengatasi krisis keberagaman budaya. osf.io.

Lalo, K. (2018). Menciptakan Generasi Milenial Berkarakter dengan Pendidikan Karakter guna Menyongsong Era Globalisasi. Ilmu Kepolisian, 12(2), 68– 75.

Nopitasari, F. (2019). ARE WE READY FOR COMMUNITIES 5 , 0 ? 4’th International Conference on Education, 183– 188.

Tim Nasional Dosen Pendidikan Pancasila. (2019). Paradigma Terbaru Pendidikan Pancasila Untuk Mahasiswa (3rd ed.). Alfabeta.

Abdul Halim, Berchah Pitoewas, Hermi Yanzi, A. M. (2019). Urgensi Mata Kuliah Umum Pendidikan Pancasila Dalam Menanamkan Nilai Moral Budaya Pada Mahasiswa Memasuki Era Revolusi Industri 4.0. Prosiding Seminar Nasional Pendidikan FKIP UNILA, 204– 210.

Awulloh, Abdul, and Khofiyati Latifah. 2021. “Urgensi Pendidikan Karakter Dalam Menghadapi Era Society 5 . 0 Study.” 348–53.

Purandina, I. P. Y. 2020. “‘New Normal’: It’s Time to Become More Independent in Developing Soft Skills and Character Education in Higher Education Level (Indonesian Context).” Jayapangus Press Books.

Yoga Purandina, I. Putu, and I. Made Astra Winaya. 2020. “Pendidikan Karakter Di Lingkungan Keluarga Selama Pembelajaran Jarak Jauh Pada Masa Pandemi COVID-19.” Cetta: Jurnal Ilmu Pendidikan. doi: 10.37329/cetta.v3i2.454.

https://www.bps.go.id 31 Agustus 2023

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image