Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image John Christian

Sejarah Berkembangnya Agama di Mesopotamia

Agama | Monday, 08 Jan 2024, 11:19 WIB
Sumber: https://id.wikipedia.org/wiki/Peradaban_Mesopotamia

Mesopotamia merupakan negara yang menjadi saksi bagaimana awal mula berkembangnya sebuah agama. Negara Mesopotamia sendiri memiliki dua arti, yaitu “Mesos” berarti tengah/antara dan “Potamus” yang berarti sungai. Wilayah geografi Mesopotamia sendiri diapit oleh lembah sungai Efrat dan sungai Tigris. Di tanah yang subur ini yang mendukung stabilitas pangan ini peradaban kuno paling awal memberikan inspirasi banyak peradaban lain termasuk dalam aspek agama.

Di Mesopotamia sekitar 5000-2000 SM memiliki kepercayaan agama merupakan pusat kehidupan masyarakat. Menurut mereka manusia diciptakan sebagai rekan kerja dengan dewa mereka. Keduanya menahan kekuatan kekacauan dan menjaga dunia agar bisa tetap berjalan lancar. Kepercayaan di Mesopotamia bermula dari kepercayaan yang dibawa oleh Bangsa Sumeria yang banyak memuja dewa. Dewa Anu ( Dewa Langit), Dewa Enlil (Dewa Bumi), dan Dewa Ea (Dewa Air) merupakan dewa utama yang dipuja oleh Bangsa Sumeria. Kepercayaan bangsa-bangsa yang mendiami Mesopotamia bersifat politeisme (kepercayaan yang mengakui adanya lebih dari satu Tuhan atau menyembah dewa) dengan satu dewa sebagai dewa tertinggi (Pantheon). Setiap bangsa menyembah dewa-dewi masing-masing seperti Dewa Enlil (Sumeria), Dewa Marduk (Amoria dan Khaldea),

Dewa Ashur (Assyria), Dewa Amesha Spenta (Persia).

Masyarakat Mesopotamia percaya bahwa awalnya dunia adalah kekacauan yang tidak dapat dibedakan dan keteraturan itu ditetapkan oleh para dewa. Para dewa telah memisahkan langit dari Bumi, daratan dari air, air asin dari air tawar, tumbuhan dari hewan, dan keteraturan ini perlu dipertahankan. Para dewa memiliki banyak tanggung jawab yang berbeda, sehingga para dewa menciptakan para manusia untuk menjalankan dunia. Karena pemahaman tersebut masyarakat Mesopotamia memiliki makna hidup yaitu kehidupan seseorang menjadi sebuah pemujaan. Setiap kota memiliki kompleks kuil besar yang memperlihatkan arsitektur monumental yang paling dekat hubungannya dengan Mesopotamia, yang biasanya berupa kuil yang dijaga pejabat yang “dekat” dengan dewa.

Para dewa dipahami menghuni alam mereka sendiri tetapi juga tinggal di kuil, di patung-patung yang menurut gambar mereka di setiap penjuru kota. Keyakinan ini sudah tertanam kuat pada masa Periode Uruk (4100-2900 SM) dan berkembang sepenuhnya selama Periode Dinasti Awal (2900-2334 SM). Meskipun agama Mesopotamia seiring berubah fokus, namun selama berabad-abad pemahaman sentral tentang hubungan manusia dan dewa tidak berubah. Hingga pada tahun 650 M, masyarakat Mesopotamia masih menganut kepercayaan bahwa mereka adalah rekan kerja para dewa yang menjaga ketertiban.

"Paradigma ini baru berubah setelah 651 M dengan invasi Muslim Arab dan model agama monoteistik Islam yang baru," kata Profesor Filsafat di Marist College, New York, Joshua J Mark, dalam tulisannya di laman World History.

Pengaruh dari berkembangnya agama di Mesopotamia ini membuat banyak perubahan terhadap peradaban yang sedang terjadi sekarang. Banyak ajaran agama yang tersebar ke semua negara. Salah satunya adalah Islam dan Kristen. Adanya upacara baptis yang dilakukan oleh umat Kristen. Ajaran agama Punisia akan kepercayaan angka 17 dan 13 sebagai angka keberuntungan dan angka sial. Lalu masuknya agama Islam melalui bangsa Persia.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image