Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Tasya Anugrah

Bersaing Periklanan Melalui Berbagai Media

Bisnis | 2022-01-07 10:52:30
Ilustrasi advertisement (sumber: unsplash.com)

Layanan periklanan saat ini menjadi penopang masyarakat untuk menaikkan produk dan jasa mereka. Salah satu tujuannya adalah menjadikan asupan publik agar mereka tertarik dan mengenali brand yang sedang diiklankan. Seseorang dapat melihat iklan di mana saja. Seperti media digital, iklan pada Youtube, Instagram, Spotify, TikTok, dan lain sebagainya. Jika dilihat, iklan beberapa tahun yang lalu masih bersifat konvensional dan dipasang di media cetak, radio, televisi maupun media outdoor seperti spanduk dan billboard. Kini kebanyakan iklan melalui berbagai media yang telah hadir untuk memenuhi kebutuhan penjual dan pembeli.

Persaingan iklan dapat menjadi sangat populer hingga ke mancanegara. Namun, bagaimana hal itu dapat terjadi? Mereka yang menampilkan dan menawarkan iklan memiliki strategi target mana saja yang dapat mereka konsumsi. Asumsinya, mereka akan membuat suatu hal baru dan membuat bahan copywriting periklanan menjadi booming, bahkan menempel di benak mereka. Poin utamanya adalah, membuat iklan seringkas dan sependek mungkin, namun tetap dibumbui tampilan visual yang menarik.

Perkembangan dunia periklanan semakin kompetitif. Kekuatan biro pada periklanan membawa pandangan konsumen akan penawaran terhadap produk-produk yang dihasilkan oleh advertiser. Persaingan semakin ketat terhadap perkembangan media televisi, cetak maupun radio. Faktanya, banyak penjual yang menggunakan periklanan pada media digital dan juga media cetak agar keseimbangan target konsumen dapat tercapai.

Dahulu, perkembangan televisi sangat besar. Ditandai dengan hadirnya stasiun televisi dengan jangkauan terbatas dengan area dan bertambahnya media televisi dengan jangkauan area nasional. Dunia periklanan saat itu juga mampu membawa pengaruh kepada publik apa yang mereka lihat dari iklan yang ditayangkan melalui media televisi. Tidak hanya itu, televisi telah mengkategorikan masing-masing audience menjadi beberapa bagian yakni, dari segi gender, umur dan kelas sosial di masyarakat sebagai pemirsa televisi pada umumnya.

Paparan iklan dari televisi dan koran tidak terbatas, dan konsumen dapat kembali mengirimkan pesan dari apa yang diiklankan. Mungkin dari semua perspektif media digital memang dikembangkan dari apa yang sudah terjadi di media cetak. Periklanan pada media cetak mampu membawa jejak dan inspirasi bagi pengembang yang akan datang. Maka dari itu, tidak heran bila masih terdapat banyak dari masyarakat yang mengiklankan produk mereka pada koran, majalah, radio, dan lain sebagainya.

Namun, apakah bersaing pada berbagai media digital menjadi lebih mumpuni? Fakta jawaban adalah dari advertise. Bagaimana pengiklan dapat mengiklankan dengan baik sesuai dengan konten dan targetnya. Mereka yang mengetahui bagaimana bangsa pasar yang tepat bagi produknya, karena tidak semua pengiklan dari televisi, internet dapat langsung berpengaruh pada teks komunikasi tersebut. Poin utamanya ialah, mereka yang memasarkan produk memiliki tujuan yang berbeda-beda. Mereka tidak semata-mata hanya mengiklankan dan mengenalkan brand kepada konsumen. Namun aspek tujuan dapat dilihat dari beberapa pratinjau. Seperti, menginformasikan publik, mendapat feedback, penerima pesan, hingga mendapat reaksi dari konsumen.

Dari perbedaan tujuan tersebut, mereka yang akan memasarkan produknya pada iklan memiliki bahan konten yang berbeda. Apabila ingin menginformasikan kepada publik, pengiklan lebih banyak memaparkan penjelasan rinci mengenai produk tersebut. Bila pengiklan ingin mendapatkan feedback, pesan, atau reaksi dari konsumen, mereka akan lebih menonjolkan visualisasi dari iklan. Entah itu warna, gambar, jingle suara, dan lain sebagainya. Dari sini kita dapat mengetahui, tujuan pengiklan memasarkan produknya untuk mendapatkan apa.

Persaingan periklanan dari berbagai media sudah semestinya memiliki sisi unik masing-masing. Hal ini ditunjukkan agar sang pengiklan dapat membagi porsi mereka untuk mengiklankan produk di media yang bermacam-macam. Walaupun tujuan pengiklan hanya untuk memenuhi satu kebutuhan, namun tetap saja mereka tidak bisa berpatokan pada satu asumsi bahwa media tersebut dapat memberikan feedback yang baik.

Sedari tersebut, pembuat iklan memiliki batasan anggaran dalam periklanan produk. Bila hal ini menjadi perhitungan, pengiklan pun tetap bisa menawarkan produk mereka ke beberapa media. Anggaran yang mereka butuhkan dapat disesuaikan dengan apa yang mereka tawarkan. Pengiklan dapat mengatur dan menyusun strategi dengan baik, iklan mana saja yang efektif dan dapat menarik konsumen dengan cepat. Strategi tersebut didapat melalui feedback dari media pembawa iklan atau word of mouth dari masyarakat sekitar.

Dibalik itu semua, iklan yang akan dipasarkan kepada konsumen tetap memiliki karakteristik tersendiri. Seperti jenis iklan. Apa yang akan mereka berikan kepada publik, mungkinkah iklan barang atau produk, iklan jasa, ataupun iklan layanan masyarakat. Ini tergantung pada keinginan pembawa iklan dan media. Bila kedua belah pihak telah menyetujui, maka kesepakatan tersebut dapat memberikan pembawaan positif kepada publik, karena mereka tahu apa yang terbaik. Lalu, penggunaan bahasa pada iklan. Bahasa dapat digunakan sesuai target pengiklan. Pada umumnya, mereka menggunakan campuran bahasa, terdiri dari bahasa indonesia, bahasa inggris, bahasa daerah, maupun gabungan antara ketiga bahasa tersebut (kombinasi) misalnya kombinasi antara bahasa indonesia dengan bahasa inggris.

Namun, dengan demikian, tidak semua iklan di berbagai media efektif dan berhasil menjadi alat komunikasi antara pembuat iklan dan targetnya. Hasil yang didapatkan biasanya tidak seutuhnya sempurna dan tidak mendapatkan umpan balik yang memuaskan. Apalagi dengan perubahan era, bentuk iklan pun kini semakin kreatif dan inovatif. Ini juga yang mendorong para pelaku periklanan terus memutar otak untuk berpikir out of the box demi menghasilkan iklan yang tidak hanya dilirik masyarakat, tapi juga bisa mendorong tindakan.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image