Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Totok Siswantara

Ancaman Banjir Bandang dan Minimnya Infrastruktur Sabo Dam

Teknologi | 2024-01-04 14:04:14
Ilustrasi flexible ring net dan Infrastruktur Sabo Dam ( gambar : PUPR )

Ancaman Banjir Bandang dan Minimnya Infrastruktur Sabo Dam

Ancaman banjir bandang mengintai berbagai daerah di tanah air. Namun mitigasi belum optimal akibat pengetahuan dan keterbatasan pemerintah daerah. Selain itu masih kurangnya infrastruktur Sabo Dam yang ada di daerah aliran sungai (DAS) menyebabkan usaha reduksi risiko bencana semakin mengkhawatirkan.

Ketika bencana datang memakan banyak korban jiwa dan harta benda, semua pihak baru tersentak. Seperti peristiwa bencana banjir bandang dan longsor yang baru saja menerjang Desa Simangulampe, Kecamatan Baktiraja, Kabupaten Humbang Hasundutan, Sumatera Utara.

Sabo Dam dibangun dengan tujuan pencegahan dan pengendalian debris yakni aliran air bah yang disertai dengan batuan dan material lainnya. Infrastruktur Sabo Dam juga perlu dilengkapi dengan teknologi pengendalian aliran debris yang ramah lingkungan serta lebih sedikit memberikan efek perubahan morfologi sungai.

Selama ini fokus Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) membangun dan rehabilitasi Sabo Dam untuk mengantisipasi banjir lahar dingin dari gunung berapi. Seperti misalnya infrastruktur tersebut sudah banyak dibangun di kawasan sekeliling Gunung Merapi. Kemen PUPR belum banyak membangun Sabo Dam di daerah aliran sungai yang rawan longsor.

Pola pengendalian aliran lahar dengan Sabo Dam memiliki perbedaan fungsi pada daerah yang berbeda-beda. Kawasan gunung berapi berdasarkan pengendalian lahar dibedakan menjadi empat macam, yaitu daerah pengendapan lahar,daerah transportasi lahar,daerah sumber material lahar dan daerah puncak gunung. Sekedar catatan ada beberapa jenis bangunan Sabo Dam yang ada di Gunung Merapi yang hingga kini berjumlah 264 buah dengan tipe yang berbeda-beda.

Kementerian PUPR khususnya Balai Sabo perlu bersinergi dengan dengan pemerintah daerah dan perguruan tinggi terkait dengan kegiatan penelitian dan pengembangan sabo yang bisa mereduksi risiko bencana. Tak hanya terbatas untuk pengendalian sedimentasi vulkanik, perlu juga juga penelitian dan solusi konkrit untuk mengatasi sedimentasi di daerah non vulkanik seperti permasalahan erosi dan tanah longsor.

Perlu rekayasa teknologi flexible ring net atau ring net barriers yang diproduksi di dalam negeri dengan bahan baku lokal. Sehingga konstruksi tersebut tidak didominasi oleh komponen impor.

Untuk mereduksi risiko bencana hidrometeorologi perlu diproduksi komponen ring net barriers di dalam negeri. Perpaduan antara monitoring curah hujan dan teknologi flexible ring net bisa mengatasi banjir bandang agar daya rusaknya berkurang. Dari peta geospasial bisa diketahui beberapa tempat yang kontur tanahnya rendah dan berpotensi menjadi area yang bisa diterjang banjir bandang.

Untuk itu perlu dipasang flexible ring net di beberapa lokasi. Titik lokasi yang dipasang sebaiknya ditentukan setelah melakukan analisis dan simulasi beberapa case kejadian banjir. Analisis dan simulasi melibatkan lintas lembaga pemerintah dan masyarakat.

Aliran banjir bandang biasanya melewati cekungan lereng dan aliran sungai yang sudah terbentuk sebelumnya namun karena debit airnya sangat banyak dan disertai debris (batu, tanah dan kayu) yang dibawa maka aliran ini akan memiliki momentum yang besar dan merusak apa saja yang ada di depannya.

Jika alam murka batu-batu besar yang sebelumnya tertimbun di permukaan tanah bisa menggelinding dan menerjang bersamaan dengan banjir. Kawasan yang kondisi tutupan lahan dan hutan telah rusak berat perlu melakukan usaha mitigasi dengan konstruksi flexible ring net di beberapa titik. Konstruksi tersebut terdiri dari serangkaian gelang baja yang berdiameter antara 20 hingga 30 cm yang digabung menjadi sebuah jaring. Rangkaian gelang tersebut tersebut akan membentuk suatu jaring yang fleksibel dan akan sanggup menahan material sedang hingga besar yang terbawa aliran banjir bandang.

Konstruksi flexible ring net perlu dipasang secara bertingkat di sepanjang aliran sungai dan celah-celah yang menjadi dugaan aliran banjir bandang. Pemasangan konstruksi flexible ring net memerlukan analisa gaya impact dan pemilihan konstruksinya. Untuk masalah tempat pemasangan yang tepat membutuhkan data spasial dan aspek geologi.

Musim penghujan ditandai dengan kasus jebolnya ruas tanggul sungai yang menyebabkan banjir. Mestinya dilakukan inspeksi tanggul sungai setiap saat untuk mengetahui apakah kondisinya kuat menerima tekanan aliran sungai yang sedang meluap.

Kawasan yang telah dipasang flexible ring net akan melindungi kondisi tanggul sungai dari gempuran debris. Namun begitu kondisi tanggul sepanjang DAS saat ini juga banyak yang rusak. Tak hanya tanggul DAS, kerusakan juga menimpa tanggul-tanggul saluran irigasi. Ironisnya hal itu dibiarkan begitu saja dalam waktu yang cukup lama hingga puncak musim hujan tiba.

Dari tahun ketahun pemerintah teledor terkait dengan pembangunan dan perawatan tanggul yang mestinya dilakukan secara baik. Undang-undang No.7 tahun 2004, tentang Sumber Daya Air. menyatakan bahwa pelaksanaan pembangunan sarana dan prasarana sumber daya air harus berdasarkan norma, standar, pedoman dan manual (NSPM).

Implikasi dari UU diatas adalah semua tanggul sungai harus diperiksa berkala khususnya pada musim hujan. Jika terdapat tanggul yang mengalami kerusakan, harus dilakukan survei pengukuran untuk memantau perkembangan kerusakan lalu segera dilakukan perbaikan.

Kasus tanggul jebol yang menyebabkan bencana banjir semakin parah pada prinsipnya disebabkan oleh proses erosi pada ujung bawah tebing sungai atau toe erosion. Proses erosi itu akibat tekanan aliran air dan ulah manusia itu menjadi penyebab utama jebolnya tanggul sungai. Dibutuhkan solusi untuk mencegah proses erosi dengan cara memilih jenis perlindungan tebing yang cocok dengan kondisi alam dan proporsional teknis pengerjaannya.

Dibutuhkan mekanisme dan teknologi pengamanan sungai yang cepat dan tepat jika dalam puncak musim hujan terjadi kondisi inisial yang mengarah kepada jebolnya tanggul. Perlu waktu yang cepat untuk mengatasi tanggul jebol dengan peralatan khusus dan material siap pakai dan mudah dirakit.

Semua itu sebaiknya dibakukan dalam crash manajemen proyek yang mampu mempersingkat durasi penanganan sehingga bisa cepat mengurangi resiko bencana.Mekanisme cepat di atas ditandai dengan kemampuan untuk membuat konstruksi gabion atau bronjong yang bersifat tepat guna dan siap guna.

Dalam kondisi darurat dibutuhkan metode atau teknologi yang bisa membuat bantalan gabion yang mudah diikatkan ke dalam dasar sungai untuk mencegah erosi dalam tempo cepat. Selain itu dalam kasus sergapan banjir di perkotaan akibat tanggul jebol adalah perlu teknologi turap atau bulkhead yang bisa dirakit dan dipasang secara fleksibel. (TS)

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

Terpopuler di

 

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image