Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Syarwendah Endah

Hasan Al Banna: Pemikir Pembaharu Islam di Mesir dengan Gerakan Ikhwanul Muslimin

Agama | 2023-12-29 17:08:32
https://shorturl.asia/Smurk" />
Sumber gambar : https://shorturl.asia/Smurk

Hasan al-Banna lahir pada tahun 1906 di Mahmudiyah. Ia berasal dari keturunan keluarga yang taat beragama dan terpandang. Ayahnya bernama Syeikh Ahmad Bin Abd. Sejak kecil al-Banna dididik dan diajari dengan sungguh-sungguh oleh ayahnya tentang berbagai bidang ilmu keagamaan, seperti figh, hadits dan Al-Qur’an. Disamping belajar pada sekolah persiapan dan pendidikan guru di Damanhur. Kemudian ia melanjutkan studinya di Dar al-Ulum selama 4 tahun.

Adapun pendidikan kerohanian, ia peroleh dari Tarekat Hasyafiyah yang ia ikuti sejak berusia 12 tahun (Sahel,1991: 47). Ketiga macam pendidikan sebagaimana tersebut di atas, diiringan dengan kecerdasan dan kesungguhan serta fasilitas perpustakaan pribadi yang memadai, sama-sama memberi pengaruh (atsar) dalam pembentukan pribadi al-Banna. Sehingga tercermin dari dirinya kepribadian sebagai seorang pemimpin ilmuan dan orang yang taat menjalankan ritualitas keagamaan.

Hal itu sebagaimana terlihat dalam aktivitasnya berdakwah dan komitmennya yang tinggi terhadap Islam, yang digelutinya sejak dan semasa studi di Dar al-Ulum.Menginjak umur 12 tahun, Hasan al-Banna masuk sekolah dasar (Ibtidaiyah), dan dalam umur yang cukup relatif muda, ia telah memasuki jama’ah diniyyah (keagamaan) diantaranya J a m a’a hSuluk Akhlaqi, yang dakwahnya banyak berorientasi pada penanaman akhlak, berbudi mulia dan memberikan sanksi yang ketat bagi anggota yang melalaikan peraturan.

Jama’ah Suluk Akhlaqi telah mempengaruhi kepribadian Hasan al-Banna, menjadikannya konsisten dalam menjalankan perintah Allah dan menjauhi laranganNya, yang ia terapkan dalam sikap dan perilakunya.Pada umur 13 tahun dia menjadi sekretaris salah satu organisasi yang diketuai oleh Ahmad Syukri (dia kelak yang mendukung berdirinya Ikhwan Al-Muslimin).

Ketika meletus Revolusi 1919, dia mengikuti demonstrari barisan pelajar di dalam maupun di luar sekolah. Gerakan nasional tersebut telah memberikan kenangan dan pengalaman yang cukup berharga dan mengesankan. Sehingga sampai ia musuk di sebuah sekolah Mu’allimin, sekolah guru di Damanhur yang berjarak 13 mil dari barat daya Desa Mahmudiyah kenangan tersebut terus menggelora di dalam jiwanya dan tidak bisa dilupakan begitu saja. Di tengah kesibukannya sebagai da’i al-Banna mampu menyelesaikan jenjang pendidikannya dengan mulus.

Pada tahun 1927 ia lulus dari Fakultas Darul Islam, pada usia 21 tahun.Untuk membantu mekanisme perjuangan Ikhwan Al-Muslimin Hasan al-Banna menerbitkan sebuah mingguan, al-Muslimin, dan majalah al-Nazir, selain melalui ceramah dan pertemuan-pertemuan, melalui media tersebutlah ia menyuarakan semangat dan orientasi perjuangannya. Setelah tersebar ke seluruh wilayah Mesir, Hasan al-Banna menghendaki Ikhwan al-Muslimin menjadi gerakan internasional. Karena itu, sejak 1940-an, gerakan Ikhwan al-Muslimin meluaskan wilayahnya keseluruh dunia Arab.

Bahkan ia mengirimkan pengutusannya ke berbagai negara Islam. Juga, tahun-tahun itu, khususnya 1948, Ikhwan al-Muslimin mulai terlibat persoalan politik Palestina. Karena ketidaksetujuan pihak Barat atas keterlibatannya, melalui pemerintah Mesir, Ikhwan al-Muslimin diperintahkan untuk dibubarkan. Akhirnya, Hasan al-Banna mati terbunuh pada 12 Februari 1949 (14 Rabiustsani 1368 H) di Kairo (Ensiklopedia Islam Indonesia, t.th: 304).

Berangkat dari pemahaman tersebut di atas, di satu sisi dan komitmen al-Banna yang tinggi terhadap Islam disisi lain, tumbuh gairah dalam diri al-Banna untuk mengaktualisasikan ajaran Islam dalam aktivitas nyata, dengan membangun komunitas masyarakat Islam. Terbentuklah masyarakat ini sebagai prasyarat untuk bisa diamalkannya ajaran-ajaran Islam secara utuh dan intens. Lebih lanjut konsep-konsep Hasan al-Banna akan dipaparkan hal-hal berikut.

Islam meletakkan politik sebagai satu cara penjagaan urusan umat (ri'ayah syu-ūn al-ummah).Islam dan politik tidak boleh dipisahkan, kerana Islam tanpa politik akan melahirkan terbelenggunya kaum muslimin yang tidak mempunyai kebebasan dan kemerdekaan melaksanakan syariat Islam. Begitu pula politik tanpa Islam, hanya akan melahirkan masyarakat yang mengagungkan kekuasaan, jabatan, bahan, dan duniawi saja, kosong dari aspek moral dan spiritual. Oleh kerana itu, politik dalam Islam sangat penting bagi mengingatkan kemerdekaan dan kebebasan melaksanakan syariat Islam boleh diwadahi oleh politik.

Gerakan-gerakan Islam yang cukup berhasil menggulirkan panji-panji keislaman. Dan salah satunya adalah gerakan Islam Al-Ikhwan Al-Muslimin (selanjutnya disebut: Ihkwan Al-Muslimin). Gerakan inilah yang pada gilirannya banyak mewarnai gerakan-gerakan Islam lainnya di dunia Islam. Dengan semangat juang keislaman yang tinggi, di bawah komando pendirinya, Hasan al-Banna, dasar-dasar gerakan dapat dikonsep dengan rapi dan dapat menghasilkan para pejuang militan .

Sumber Referensi :

Musyarif, M. (2017). Hasan Al-banna Al-ikhwan Al-muslimun. KURIOSITAS: Media Komunikasi Sosial dan Keagamaan, 10(1), 91-104.

Khoiriyah, N. (2016). Konsep Khilafah Islamiyyah Gerakan Ikhwanul Muslimin Menurut Pemikiran Hasan Al-Banna (1906-1949 M).

Ridwan, R. (2017). Hubungan Islam Dan Politik Di Indonesia Perspektif Pemikiran Hasan Al-Banna. Jurnal Hukum Samudra Keadilan, 12(2), 223-236.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

Terpopuler di

 

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image