Meningkatkan ketahanan keluarga di masa pandemi
Eduaksi | 2022-01-06 10:27:34Ika Rukiyana_ 20191551007 _HKI-5
MENINGKATKAN KETAHANAN KELUARGA DI MASA PANDEMI
Ketahanan keluarga
Kemampuan membangun ketahanan keluarga menjadi satu hal yang harus bisa diupayakan. Ketahanan keluarga merupakan kondisi dinamis suatu keluarga yang memiliki ketangguhan dan keuletan secara fisik, psikis, mental dan spiritual sehingga mampu mewujudkan kehidupan yang mandiri, mengembangkan diri dan keluarganya sehingga terbangun keluarga yang harmonis sejahtera lahir dan batin. Ada beberapa hal terkait dengan ketahanan keluarga. Secara umum dapat dijelaskan sebagai berikut.
Pertama ketahanan psikologis. Ketahanan psikologis merupakan kemampuan sebuah keluarga untuk mengelola dan membangun emosi positif dalam keluarga sehingga tercipta konsep diri yang positi. Bila anggota keluarga telah memiliki konsep diri positif maka peristiwa apapun yang dihadapi akan diterima secara positif pula. Artinya keluarga memiliki kemampuan untuk mengambil hikmah dari setiap peristiwa yang terjadi, apapun bentuknya. Tidak mudah menyalahkan orang lain atau peristiwa yang terjadi, namun lebih pada mencari solusi dari segala tantangan dan persoalan yang ada di depan mata. Kedua, ketahanan Ekonomi. Ketahanan ekonomi erat kaitannya dengan kemampuan mengelola ekonomi keluarga, sehingga kebutuhan dasar pangan, papan dan sandang dapat dipenuhi walaupun secara minimalis. Kondisi ini menuntut adanya sumber penghasilan keluarga. Sumber penghasilan tidak harus menjadi pegawai di pemerintahan maupun swasta, namun berwirausaha bahkan bisa memberikan hasil yang tak terduga. Tujuan yang pasti adalah dapat memenuhi kebutuhan keluarga. Selain itu pemanfaatan lahan yang ada di sekitar rumah untuk kegiatan produktif juga sangat membantu untuk meningkatkan ketahanan keluarga. Seperti menanam sayuran dan tanaman lain yang cepat panen. Ternak lele, ayam atau lainnya yang dapat mendukung pemenuhan gizi keluarga. Berbagai alternatif lain dapat digali untuk mendapatkan solusi dari keterbatasan ekonomi.
Ketiga ketahanan sosial. Ketahanan sosial erat kaitannya dengan kemampuan keluarga untuk membangun sinergi dengan lingkungan sosialnya. Walaupun sebagian besar masyarakat menahan diri di rumah, namun tidak memutus jaringan komunikasi dan informasi antar warga. Dengan jalinan silaturrahim dan komunikasi yang baik maka akan terbangun ikatan dan komitmen untuk saling membantu, saling memberi dukungan saat ada permasalahan yang menimpa anggota keluarga. Jiwa gotong royong perlu dikuatkan. Kesediaan membantu saudara atau tetangga yang sedang dalam kesusahan perlu menjadi perhatian semuanya.
Keempat Ketahanan spiritual erat kaitannya dengan kemampuan keluarga untuk memahami dan menerapkan nilai-nilai agama dalam kehidupan sehari-hari. Diawali dari praktik kehidupan dalam rumah tangga. Agama menjadi fondasi yang kokoh, sekaligus atap yang melindungi dalam mengarungi bahtera kehidupan. Agama menjadi benteng, tumpuan dan sandaran yang kokoh di saat menghadapi persoalan. Tanpa pemahaman nilai-nilai dasar keagamaan dan sandaran fertikal yang kokoh maka perjalanan hidup akan mudah limbung saat menghadapi goncangan. Apalagi di masa pandemi covid saat ini yang memberikan dampak di hampir semua lini kehidupan. Keluarga perlu diarahkan untuk mengkaji nilai-nilai kehidupan yang diajarkan dalam syariaat agama. Sumber belajar telah banyak terbuka. Tayangan online juga sangat banyak fariasinya, tinggal memilih sesuai selera. Komitmen untuk belajar dan terus belajar, itu yang lebih penting.
Semoga di masa yang sulit ini keluarga muslim semuanya mampu menghadapi berbagai cobaan dan tantangan. Selain itu juga diberi kemampuan untuk memperkuat ketahanan diri dan ketahanan keluarga. Semoga Allah memberikan bimbingan dan kekuatan untuk bangsa Iandonesia
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.