Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image jok

Plastistone, Batu Plastik yang Jadi Pertanda Fase Geologis Baru dalam Sejarah Bumi

Teknologi | Friday, 22 Dec 2023, 13:59 WIB
Sampah plastik yang terakumulasi menjadi batu. Foto: Reuters via nbcnews.com.

ALIH-alih hancur, sampah plastik yang mengotori pantai dan lautan justru dapat mewujud menjadi jenis batuan baru yaitu batu plastik dan sekaligus menandai munculnya fase geologis baru dalam sejarah Bumi kita.

Polusi plastik telah menjadi permasalahan global. Kemana pun kita pergi, nyaris selalu kita temui sampah plastik. Bahkan hingga tempat-tempat terpencil pun, sampah plastik kini dapat kita jumpai.

Setiap tahun, diperkirakan 8 juta ton sampah plastik mengotori lautan. Jika jumlah tersebut tidak berkurang, maka pada tahun 2025 mendatang akan ada sekurangnya 1 ton sampah plastik untuk setiap 3 ton ikan, dan pada tahun 2050, jumlah sampah plastik justru akan melampaui jumlah ikan yang ada di lautan. Dengan kata lain, lautan akan lebih banyak dipenuhi sampah plastik daripada ikan.

Secara umum, ada dua jenis sampah plastik yang mencemari lautan.

Pertama, plastik makro. Ini adalah plastik dengan diameter lebih dari 20 milimeter. Kedua, plastik mikro, yang diameternya kurang dari 5 milimeter. Pengelolaan sampah yang tidak memadai dan pembuangan yang sembarangan merupakan jalur utama masuknya plastik ke lingkungan laut.

Tak pelak, peningkatan populasi manusia telah menyebabkan peningkatan permintaan akan plastik dan produk plastik. Peningkatan permintaan dan produksi ini akhirnya berimbas pada peningkatan jumlah sampah plastik.

Batuan plastik

Baru-baru ini, sekelompok peneliti telah menemukan batuan baru yang terbentuk hampir seluruhnya dari plastik. Batuan itu ditemukan di kawasan pulau terpencil di Brasil, Trindade Island, sebuah pulau vulkanik berjarak lebih dari 600 mil [965.606 kilometer] sebelah timur Espírito Santo, Brasil.

Pulau tersebut selama ini dikenal sebagai kawasan konservasi terpenting penyu hijau [Chelonia mydas] di dunia. Sebelumnya, batuan plastik sempat pula ditemukan di sejumlah belahan dunia. Pada tahun 2014, di Hawaii, para peneliti menemukan apa yang mereka namai sebagai plastiglomerat. Istilah ini untuk merujuk pada batu, pasir, dan puing-puing lainnya yang menyatu bersama plastik yang meleleh.

Lantas, di tahun 2019, sekelompok peneliti lain menemukan apa yang disebut sebagai piroplastik, yaitu kerikil mirip batu yang terbentuk dari plastik yang terbakar, di pantai barat daya Inggris.

Fernanda Avelar Santos, seorang ahli geologi di Universitas Federal Paraná di Brazil, menamai batuan plastik yang ditemukan beberapa waktu lalu di Trindade Island sebagai plastistone.

Hasil penelitian Santos, yang diterbitkan dalam Marine Pollution Bulletin Journal, merinci bagaimana ia dan timnya menemukan batuan plastik baru itu, bersama dengan sejumlah sampel plastiglomerat dan piroplastik, di kawasan pantai Trindade Island.

Menurut Santos, batuan plastik ini adalah jenis polusi laut yang baru muncul, dan merupakan sumber kontaminan potensial bagi organisme yang menghuni kawasan laut amaupun bagi organisme yang menelannya.

"Menemukan jenis sampah laut di kawasan konservasi merupakan peringatan penting dari perilaku manusia saat ini," kata Santos, seperti dikutip koran USA Today.

Sebagian besar plastistone yang ditemukan Santos dan timnya berasal dari jaring ikan, yang terbuat dari polypropylene dan polyethylene.

Jaring-jaring itu terbawa ombak serta terdampar di pantai dan kemudian meleleh ketika temperatur naik.

Santos menjelaskan bahwa polusi plastik yang masuk ke dalam formasi batuan menunjukkan bahwa manusia memiliki efek pada apa yang sebelumnya dianggap sebagai kejadian alami.

"Ini hal baru dan sekaligus menakutkan, karena polusi telah mencapai tingkatan geologis," kata Santos kepada kantor berita Reuters.

Menyusul penemuannya itu, Santos menyimpulkan bahwa zaman geologis baru telah dimulai yakni Zaman Antroposen. Ini adalah periode geologis di mana aktivitas manusia memiliki pengaruh yang sangat penting terhadap lingkungan dan iklim Bumi.

"Polusi, sampah di laut, dan plastik yang dibuang secara tidak benar ke lautan menjadi materi geologis dan tersimpan dalam catatan geologis Bumi," papar Santos.***

--

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image