Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Deffy Ruspiyandy

Banyak Jebakan yang Membuat Lidah Kita Terpeleset

Agama | 2023-12-22 08:07:52

Sejatinya, setiap muslim mesti mensyukuri apa yang diberikan Allah dengan bertakwa. Takwa sendiri berarti menjalankan segala perintah-Nya dan menjauhi segala laragan-Nya. Dengan begitu maka sesuatu yang dilarang janganlah dilakukan karena selain akan berbuah dosa juga tentu saja akan menimbulkan dampak negatif di dalam kehidupan yang dijalankan selama ini.

Menjaga lisan perlu dilakukan olehs eorang muslim (Foto : republika.co.id/Agung Supriyanto)

Satu hal yang membuat orang terpeleset melakukan perbuatan dosa atau membuat dia menjadi bermasalah dengan hukum karena lisannya yang tidak terjaga. Banyak tokoh ternama, pejabat, selebritis atau siapapun justeru menjadi bermasalah karena tak mampu menjaga lisannya. Ingat, seringkali karena kepentingan tertentu banyak orang yang terjebak dengan pernyataan asal bunyi dan beberapa saat kemudian ternyata apa yang diomongkannya malah berbuat cibiran, protes bahkan pada akhirnya ada yang melaporkan ke jalur hukum.

"Kamu sekali-sekali tidak dapat bersembunyi dari kesaksian pendengaran, penglihatan, dan kulitmu kepadamu." (QS. Fushshilat [41]: 22)."

Hal ini membuktikan, apapun yang dilakukan oleh manusia takkan pernah lepas dari pengawasan Allah dan malaikat mencatat apa yang telah kita lakukan. Al-Qur'an surat Qaf ayat 18 menyatakan : Tiada suatu ucapanpun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir. Hati-hati dan harus kita sadari jika dalam kehidupan ini banyak jebakan yang akan membuat kita terpeleset karena ucapan yang kita ucapkan sendiri. Ini berarti sesungguhnya kita mesti menyadari bicara kita sendiri kadang akan membahayakan diri kita sendiri. Sadarilah bahwa apa yang kita ucapkan akan berdampak pada orang serta akan kembali kepada diri kita sendiri.

Maka kita selalu diingatkan jika memang tak bisa berbicara yang baik maka sebaiknya diam. Hal ini bukan perkara mudah karena selalu saja ada bisikan yang membuat kita terkadang asal ngomong tanpa berpikir sebelumnya hingga di waktu kemudian baru kita menyadari bahwa apa yang diucapkan itu adalah salah. Justeru di sinilah butuh kehati-hatian karena omongan sendiri tajam bagaikan silet, bisa membuat luka orang lain dan juga bisa membuat luka untuk diri sendiri yang terkadang menyakitkan dan membuat diri kita justeru terpuruk karenanya.

"Siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia mengatakan yang baik atau diam." (HR. Bukhari dan Muslim).

Ghibah, namimah, dan fitnah adalah hal-hal yang senantiasa membuat banyak orang malah suka melakukannya. Padahal semuanya jelas takkan menguntungkan bagi dirinya dan juga orang lain. Orang lain yang menjadi obyek dari perbuatannya jelas seringkali menjadi korban dari perbuatannya karena menjadi malu dan tersiksa karena semuanya. Sebaliknya bagi yang melakukannya boleh jadi sesaat memang bisa menyenangkan hatinya. Tetapi sadarilah setiap perbuatan itu ada pertanggung jawabannya dan apa yang dilakukan tentu akan kembali kepada orang yang melakukannya. Seperti melempar bola tenis ke tembok maka akan kembali kepada diri orang yang melemparnya. Setiap perbuatan baik adalah untuk dirinya dan perbuatan buruk adalah untuk dirinya pula.

“Sesungguhnya seorang hamba mengucapkan kalimat tanpa dipikirkan terlebih dahulu, dan karenanya dia terjatuh ke dalam neraka sejauh antara timur dan barat." (HR. Muslim no. 2988).

Begitu nyata ancamannya. Sehingga itu tadi, bahwa menjaga lisan jelas sangat berharga bagi siapapun. Oleh sebab itu maka bagi siapapun sangat diharuskan untuk berpikir terlebih dahulu sebelum bicara. Karena tidak sedikit dalam hal ini banyak orang terpeleset dan membuatnya terburuk disebabkan karena ucapannya sendiri. Tentu saja mengucapkan sesuatu yang baik akan lebih baik dan itu akan memberikan dampak positif bagi siapapun. Tetapi kita pun mesti ingat, setan senantiasa ingin menjerumuskan manusia dalam perbuatan dosa. Siapapun yang memiliki keimanan yang rapuh maka bisa jadi mereka terjembab kepada kenistaan gara-gara apa yang telah diucapkannya.

"Janganlah kamu sekalian memperbanyak bicara selain berzikir kepada Allah. Sesungguhnya memperbanyak perkataan tanpa zikir kepada Allah akan mengeraskan hari, dan sejauh-jauh manusia adalah yang hatinya keras." (HR. Tirmidzi).

Karenanya sebaiknya kita pun berbicara tentang hal-hal yang penting saja. Bicaralah tentang keesaan Allah, tentang kebesaran Allah, tentang apa-apa yang diperintahkan-Nya, tentang apa yang dilarang-Nya agar kita berhai-hati, tentang kebaikan kepada sesama manusia, tentang evaluasi diri kita, tentang pentingnya bertobat, tentang pentingnya berzikir, tentang berun tungnya jika kita memguarkan ZIS dan tentang pentingnya kita membicaraka bahwa ada kehidupan kekal setelah kita mati. Sehingga kalau kita berbicara semua itu maka hal-hal negatif dalam hidup dapat dihindarkan.

“Sesungguhnya (lidah) ini menjerumuskan kita dalam banyak masalah.” (HR. Malik dalam Al- Muwaththa’ 2: 988 dan An-Nasa’i dalam Sunan Al-Kubra no. 11841).

Dengan demikian maka kita harus secara optimal untuk bisa menjaga lisan kita sendiri. Dalam hidup mulut kita jangan asal bunyi karena hal itu akan membahayakan dan juga membuat bdosa bagi diri kita. Kita selalu ingat jika lidah itu tak bertulang. Maka berartis angat jelas jika kita mampu menjaga lisan maka diri kita akan selamat dari sesuatu yang bisa merugikan kita. Karenanya teruslah mengingat Allah dengan berzikir sehingga kita menjadi lupa untuk berkata yang tidaka bermanfaat dan dijauhkan dari dosa akibat ucapan kita sendiri.

“Jagalah lisanmu, hendaklah rumahmu membuatmu merasa lapang (artinya: betahlah untuk tinggal di rumah), dan menangislah karena dosa-dosamu.” (HR. Tirmidzi no. 2406, shahih)

Berarti begitu nyata karena dalam kehidupan kita banyak jebakan yang bsia membuat lidah kita terpeleset, maka dari itu jagalah selalu lisanmu karena dengan begitu maka akan membuat hidupmu selamat dan mengantarkanmu selalu berada dalam kebaikan.***

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image