Sosial Media sebagai Alasan Pudarnya Sopan Santun Anak
Parenting | 2023-12-21 17:36:41Melansir dari TribunHealth.com pada Jumat (27/10/2023). Terdapat satu kasus yang ditemukan beredar di sosial media, tentang seorang siswa SMA dari Kalimantan Tengah yang berani melawan dan menantang gurunya sendiri untuk berkelahi, dengan alasan merasa kesal dan marah karena tidak terima ditegur untuk merapihkan seragam sekolah yang ia kenakan.
Faktanya, sosial media bisa menjadi alasan pudarnya sopan santun anak. Sosial media sendiri merupakan wadah untuk bersosialisasi yang dilakukan secara online atau secara tidak langsung, memungkinkan manusia menjadi bisa saling berinteraksi tanpa dibatasi ruang dan waktu, bahkan mendapat informasi-informasi baru untuk menambah wawasan. Tentunya sosial media memberikan dampak yang besar pada kehidupan manusia, akan tetapi tergantung pada bagaimana kita menanggapi dan memilah penggunaan sosial media ini.
Sedangkan sopan santun adalah norma sosial dalam kehidupan berkelompok dan bersosialisasi. Untuk kesejahteraan bersama, dibutuhkan sopan santun pada tiap individu, karena dengan sopan santun kita bisa menjaga hubungan bahkan menghargai orang lain, entah dengan yang lebih tua, seumuran, atau yang lebih muda. Dengan begitu, dapat disimpulkan bahwa sopan santun harus diaplikasikan dimanapun kita berada.
Tidak bisa dipungkiri sosial media sangat memudahkan manusia dan peradaban menjadi berkali-kali lebih maju karena kita tidak perlu lagi kesulitan berkomunikasi dan mencari pengetahuan baru. Hampir semua kalangan sudah menguasai penggunaan sosial media termasuk anak-anak yang belum waktunya menguasai kegunaan sosial media seperti orang dewasa. Dapat kita ketahui dari berbagai berita yang beredar bahwa sudah banyak sekali anak jaman sekarang yang menggunakan media ini, tapi tidak dengan cara yang tepat. Yaitu, menjadikan sosial media sebagai acuan tempatnya untuk berperilaku, tidak hanya yang baik saja, tapi yang buruknya juga. Dari sosial media lah mereka mencontoh.
Ada banyak hal baik yang bisa dipelajari lewat sosial media, akan tetapi ada juga hal atau konten-konten yang buruk untuk kemudian ditiru dan dipraktekkan. Masalahnya disini anak masih kesulitan untuk memilah tontonan, maka dari itu yang dapat saya nilai adalah semua berawal dari pola asuhan orang tua, jika sang anak kemungkinan mendapat perilaku tidak acuh dari orang tua dan tidak diajarkan nilai-nilai yang baik, maka anak akan minim pengetahuan yang kemudian membuatnya kesulitan untuk menilai mana yang baik dan buruk, begitupun sebaliknya.
Dari pengamatan saya, banyak anak di jaman sekarang yang minim sopan santun, mereka bisa tidak menghargai guru disekolahnya, berperilaku tidak sopan kepada orang disekitarnya, atau bahkan bisa melakukan kejahatan karena mereka meniru dan merasa bahwa tontonan yang mereka dapat itu bisa mereka lakukan juga. Karena itu, diperlukan pengawasan lebih oleh orang tua atau keluarga lainnya, juga pengasuhan yang tepat dengan mengajarkan anak berperilaku dengan baik, benar, sopan, dan santun, didalam lingkungan bermasyarakat. Jadi, orang tua harus lebih sadar dan perhatian untuk mendidik anak dalam penggunaan gawai, atau lebih baik lagi menahan dan memberikan fasilitas penggunaan sosial media kepada anak ketika sudah lebih dewasa dan siap.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.