Solusi pendidikan Islam pada masa kini menggunakan prespektif modernisasi pendidikan ala K.H Ahmad D
Pendidikan dan Literasi | 2023-12-20 22:45:45PENDAHULUANIde pembaharuan pendidikan Islam yang diusung oleh K.H Ahmad Dahlan menjadi sorotan publik, baik di kalangan umat Islam itu sendiri ataupun oleh para kolonial dan para petingginya. Hal yang menarik dari pembaharuan di bidang pendidikan yang dilakukan oleh beliau adalah menyatukan antara ilmu agama dan ilmu umum sehingga bisa berjalan bersamaan. Ini merupakan terobosan baru, di mana pada saat itu pembahasan mengenai pendidikan Islam hanya berkelut di ilmu ukhrawi saja. Sehingga bisa dibilang Ahmad Dahlan sangat berperan penting dalam pembangunan di Indonesia. Bukan hanya sekedar pahlawan nasional ataupun pendiri Muhammadiyyah saja, ia juga berupaya agar pendidikan yang dianut oleh umat Islam mampu menjawab tantangan zaman kedepannya.PEMBAHASANBiografi singkatMuhammad Darwis atau yang kita kenal sebagai K.H Ahmad Dahlan lahir di Kauman, Yogyakarta pada 1868 M dan wafat pada 23 Februari 1923 di makamkan di Karangkajen Yogyakarta. Beliau adalah salah satu pahlawan nasional yang bergerak di bidang keislaman, dan pendiri salah satu organisasi Islam terbesar yaitu Muhammadiyyah yang didirikan di Yogyakarta pada 18 November 1912. Selain penggerak organisasi Muhammadiyyah, ia juga banyak mengusulkan ide pembaharuan pada negeri ini. Salah satu ide pembaharuan yang diberikan oleh K.H Ahmad Dahlan ialah mengenai konsep pendidikan dalam Islam. (Abdullah, 2015)Sebelum mendirikan organisasi Muhammadiyah, K. H. Ahmad Dahlan menjadi tenaga pengajar agama di kampungnya. Disamping itu ia juga mengajar di sekolah negeri seperti sekolah Kweek School (sekolah Raja), di Jetis Yogyakarta, dan Opleiding Scool Voor Inlandsche Arnbenaren (OSVIA). Sekolah pendidikan pegawai pribumi di Magelang, sambil mengajar ia juga berdagang dan bertabliq. (Ahdar, 2019)Pembaharuan K.H Ahmad Dahlan dalam Bidang PendidikanIde pembaharuan yang menginspirasi Ahmad Dahlan merupakan hasil dari ketertarikan beliau pada pemikiran ulama-ulama pembaharu Islam di wilayah timur, seperti Ibnu Taimiyah, Al-Afghani dan Rasyid Ridha. Beliau juga pernah mengemban pendidikan di Mekkah pada saat berusia 15 tahun, saat itu ia melaksanakan pendidikan selama 5 tahun. Kemudian ketika pada tahun 1902-1904 ia berada di Mekkah untuk kedua kalinya, disana ia melaksanakan ibadah haji serta untuk memperdalam ilmu agama dan menetap selama 1,5 tahun bersama anaknya yaitu Muhammad Siraj yang berumur 6 tahun. Ketika sedang berada di Mekkah ia bertemu dan melakukan muzakarrah dengan beberapa ulama yang sedang menetap di Makkah seperti, Kiyai Nawawi al-Banteni, Kiyai Mas Abdullah, dan Kiyai Faqih Rembang. Selain dengan para ulama Nusantara, ia juga bertemu langsung dengan para pembaharu dunia Islam seperti, Muhammad Abduh, Al-Afghani, Rasyid Ridha dan Ibnu Taimiyah. (Mainuddin, 2022)Sepulang dari Mekkah kedua kalinya itu, Kyai Haji Ahmad Dahlan mulai mendirikan pondok (asrama) untuk murid – murid yang datang dari jauh, yaitu Pekalongan, Batang, Magelang, Solo dan Semarang. Selain dari daerah – daerah itu, murid-muridnya juga datang dari yang lebih dekat seperti Bantul, Srandakan, Brosot, dan Kulonprogo. (Abdullah, 2015)Lahirnya gerakan pembaharuan Islam yang diusung oleh K.H Ahmad Dahlan merupakan suatu pertentangan karena ia melihat kondisi sosial agama Islam pada saat itu sangat mengkhawatirkan. Kondisi umat Islam yang terjadi di nusantara terkenal dengan kentalnya ajaran seperti taqlid, bid’ah dan khurafat. Merupakan salah satu alasan Ahmad Dahlan untuk menegakan kondisi agama Islam yang sebenar-benarnya, dengan menyajikan kembali ajaran Al-Qur’an dan As-Sunnah di tanah air. Munculnya gerakan organisasi Muhammadiyyah merupakan perlawanan terhadap apa yang terjadi di dalam ajaran Islam pada saat itu.Buah hasil pembaharuan yang didirikan oleh K.H Ahmad Dahlan bukan hanya sekedar mendirikan organisasi Islam Muhammadiyyah yang progresif. Ia juga melakukan pembaharuan lewat bidang pendidikan. Pendidikan yang diusulkan Ahmad Dahlan ialah agar umat Islam mampu memahami ilmu agama dan ilmu umum sekalipun.Munculnya ide pembaharuan dalam bidang pendidikan oleh K.H Ahmad Dahlan ialah, ketika ia menjadi pengajar ditempat yang berbeda, sekolah Belanda dan pesantren. Ahmad Dahlan melihat ketimpangan yang hadir di depannya. Ia melihat sekolah Belanda lebih mengedepankan ilmu umum, sedangkan ilmu yang diajarkan di pesantren hanya bersifat ukhrawi (akhirat dan agama) saja. Sehingga terjadinya dua kutub intelektual, yaitu lulusan pesantren yang hanya menguasai ilmu agama saja, dan lulusan sekolah belanda yang hanya menguasai ilmu umum tanpa mengetahui ilmu agama (Adisty Nabilah Fitri, 2022)Melihat kondisi pada saat itu, K.H Ahmad Dahlan ingin menciptakan situasi pengelolaan pendidikan Islam yang bersifat profesional dan modern tanpa menghilangkan asas-asas keislaman tersebut. Sehingga pendidikan yang diberikan mampu untuk menghadapi dinamika zamannya. Untuk itu , pendidikan Islam yang diciptakan mampu bersifat membuka diri, inovatif dan progresif. Agar terciptanya “intelektual ulama” dan mampu bersaing untuk kepentingan umat Islam serta mampu menjawab tantangan zaman. (Mainuddin, 2022)Pembaharuan pendidikan yang mengusulkan ide untuk menambahkan ilmu umum dalam sekolah agama juga sejalan dengan misi organisasi Muhammadiyyah itu sendiri. Pada dasarnya organisasi yang didirikan oleh K.H Ahmad Dahlan ini mendukung umat Islam untuk lebih terbuka dengan ilmu-ilmu umum lainnya. Dengan pembangunan fasilitas pendidikan serta program-program beasiswa dan yang lainnya, Ahmad Dahlan secara langsung ingin meningkatkan sumber daya manusia (SDM) agar mampu menjadikan pribadi yang berkualitas, etis dan berlandaskan nilai-nilai Islam. (Iffah, 2023)Perbandingan Pendidikan Islam Pada Masa Sekarang dengan Pendidikan Masa ModernPendidikan Islam pada masa modern mengalami banyak tantangan. Selain dari umat Islam itu sendiri yang terkena doktrin untuk lebih mementingkan ilmu yang bersifat Ukhrawi saja, faktor penjajahan juga merupakan hal yang mengakibatkan adanya dikotomi (pembagian dua kelompok yang bertentangan) terhadap pendidikan Islam, mereka menganggap bahwa perkembangan pendidikan Islam merupakan langkah yang berbahaya bagi kolonial Belanda. Bukan hanya mencegah atau memberantas pendidikan Islam, pihak dari kolonial pun menyebarkan paham weternisasi dan kristenisasi sebagai saingan dari pendidikan Islam. Sehingga membuat pemahaman tentang ilmu-ilmu yang bersifat umum tidak diperbolehkan dalam pengajaran umat Islam (Susmihara, 2013)Permasalahan yang terjadi dari pendidikan Islam yang terjadi di masa kini yaitu karena kurikulum yang diberikan oleh para pendidik di sekolah-sekolah yang berbasis Islam hanya memberikan ilmu-ilmu seputar ukhrawi (akhirat dan agama) itu sendiri. Oleh sebab itu, memunculkan pemikiran negatif terhadap peminatan ilmu-ilmu umum sampai pada tingkat yang “diharamkan”. Selain dari permasalahan kurikulum yang diberikan oleh para pendidik. Permasalahan yang terjadi dari pendidikan Islam pada masa kini yaitu, karena mereka masih terjebak dari romantisme historis. Di mana mereka bangga karena pernah memiliki para pemikir-pemikir dan ilmuwan-ilmuwan besar dan mempunyai kontribusi yang besar pula bagi pembangunan peradaban dan ilmu pengetahuan dunia serta menjadi transmisi bagi khazanah Yunani, namun di sisi lain mereka menghadapi sebuah kenyataan, bahwa pendidikan Islam tidak berdaya dihadapkan kepada realitas masyarakat industri dan teknologi modern. (Muhammad, 2022)Solusi Pendidkan Islam pada Masa KiniPendidikan modern ala K.H Ahmad Dahlan merupakan jawaban dari permasalahan pendidikan Islam pada saat ini. Dengan sejalannya antara ilmu yang bersifat umum dan ilmu yang bersifat agama. Kurangnya penekanan serta minimnya kebijakan yang mewajibkan ilmu umum merupakan hal yang harus dibenahi dalam lingkup sekolah-sekolah Islam pada masa kini.Selain daripada itu, pengajar serta kurikulum yang ada pada saat ini di sekolah-sekolah yang berbasis keislaman harus dirombak total. Kenyatannya kurikulum yang ada pada sekolah-sekolah Islam lebih mengedepankan ilmu yang bersifat ukhrawi saja. Sedangkan pemahaman mengenai ilmu umum sangat minim. Kurangnya respon pendidikan Islam terhadap realitas sosial sehingga menjadikan peserta didik jauh dari lingkungan sosio-kultural mereka. Pada saat mereka lulus dari lembaga pendidikan Islam mereka akan mengalami social-shock.Menurut K.H Ahmad Dahlan, pendidikan Islam harus fokus dalam mengembangkan umat Islam yang berbudi luhur, religius, berwawasan luas, sadar akan isu-isu ilmiah, dan berkemauan berjuang untuk memajukan sosial. (Adisty Nabilah Fitri, 2022)
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.