Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Muhammad Rafli Ruf’aida

Dampak Komunikasi pada Toxic Relationship: Bahaya yang tak Boleh Disepelekan

Eduaksi | Wednesday, 20 Dec 2023, 00:16 WIB
https://unsplash.com/photos/a-man-standing-next-to-a-woman-in-a-blue-shirt-NrOX3wT-mR4

Saat ini kita yang sedang akif menggunakan media sosial dalam kehidupan sehari-hari, istilah "toxic relationship" tentu bukanlah hal yang asing bagi kita. Istilah ini sering digunakan oleh banyak orang atau yang sedang berada di dalam hubungan. Dengan kata sederhana, "toxic relationship" merujuk pada kondisi di mana seseorang secara konsisten menciptakan suasana atau hubungan, baik itu pertemanan maupun asmara, yang biasanya dirasakan oleh seseorang yang berada di dalam hubungan yang tidak baik-baik saja.

Menurut Agnes dkk (2020), toxic relationship adalah hubungan yang beracun. Racun dalam sebuah hubungan sering tidak disadari oleh mereka yang terlibat dalam hubungan asmara tersebut. Padahal, toxic relationship ini sangat berdampak buruk bagi fisik dan mental seseorang. Toxic relationship yang sering terjadi pada hubungan pacaran terjadi karena adanya keegoisan, kecemburuan yang berlebihan, sulit menjadi diri sendiri. Dari sini kita dapat melihat bahwa toxic relationship ini merupakan hubungan yang tidak menyenangkan bagi diri sendiri atau orang lain dan akan menjadi beban bagi orang tersebut seiring berjalannya waktu. Orang yang pernah mengalami hubungan yang merugikan akan merasakan perasaan batin. Perasaan batin ini dapat menyebabkan kemarahan, depresi, atau kecemasan. Hubungan yang beracun atau tidak sehat ini menyebabkan kesulitan untuk menjalani hidup yang produktif dan sehat.

APA SAJA FAKTOR YANG MENYEBABKAN TOXIC RELATIONSHIP?

1. Kurangnya komunikasi. Meskipun hal ini tidak selalu benar, tetapi komunikasi satu arah memiliki dampak cukup serius yang bisa menyebabkan ketidakpahaman dan ketidaksetaraan dalam suatu hubungan.

2. Toxic relationship bisa terjadi jika dari salah satu pihak mempunyai masalah kesehatan mental yang tidak terdiagnosis, seperti depresi, gangguan kecemasan, dan trauma.

3. Perilaku abusive. Seseorang yang tidak mampu mengontrol diri dan berujung hingga melakukan tindakan fisik tanpa berpikir panjang.

4. Dominasi atau control yang berlebihan yang menyebabkan ketidaksetaraan atau perilaku yang mengontrol dari salah satu pihak.

5. Kecemburuan yang berlebihan juga menyebabkan kurangnya kepercayaan satu sama lain sehingga menimbulkan konflik dalam hubungan.

6. Perbedaan visi. Meskipun tidak selalu benar seperti kurangnya komunikasi, kadang juga selalu menjadi permasalahan didalam hubungan.

TOXIC RELATIONSHIP DALAM KOMUNIKASI INTERPERSONAL

Dalam konteks komunikasi interpersonal, pemahaman tentang toxic relationshipmenjadi krusial untuk membina hubungan yang sehat dan positif. Toxic relationship, yang dapat termanifestasi baik dalam pertemanan maupun hubungan asmara, menciptakan hal yang merugikan dan dapat meracuni kualitas komunikasi antarindividu.

Pentingnya mengenali tanda-tanda toxic relationship dalam komunikasi interpersonal membantu melindungi kesejahteraan mental dan emosional. Komunikasi yang terganggu dalam hubungan beracun seringkali dipenuhi dengan kecemburuan berlebihan, kontrol yang tidak sehat. Sebagai akibatnya, individu mungkin mengalami perasaan batin, seperti emosi, depresi, atau kecemasan, yang dapat mengganggu kemampuan untuk menjalani kehidupan yang sehat.

Dalam perspektif komunikasi interpersonal, upaya untuk menciptakan hubungan yang positif melibatkan kemampuan untuk mengidentifikasi dan mengelola konflik serta membangun komunikasi yang terbuka. Kesadaran akan pola komunikasi yang meracuni memungkinkan individu untuk mengambil langkah-langkah preventif atau bahkan mengakhiri hubungan yang merugikan, demi menjaga kesehatan mental dan emosional.

Komunikasi interpersonal yang efektif menjadi kunci dalam menghadapi toxic relationship. Membangun pemahaman yang kuat tentang kebutuhan, batasan, dan sikap positif dalam hubungan merupakan langkah penting untuk menciptakan lingkungan interpersonal yang mendukung pertumbuhan dan kesejahteraan bersama.

Dengan demikian, pembahasan tentang toxic relationship adalah bahaya yang timbul dari hubungan yang beracun atau tidak sehat yang tidak boleh disepelekan. Toxic relationship sangat merugikan secara emosional, mental, bahkan fisik bagi individu yang terlibat dalam hubungan. Penting untuk mengambil langkah-langkah yang dibutuhkan untuk keluar dari hubungan yang tidak sehat dan mencari solusi dan dukungan yang dibutuhkan.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image