Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Muhammad Naufal Mahendra putra

Peran Orang Tua dalam Penerapan Sikap Toleransi pada Anak

Eduaksi | Tuesday, 19 Dec 2023, 13:49 WIB
By Muhamad Naufal

Anak merupakan anugerah dan sekaligus amanah yang dititipkan oleh Tuhan

kepada hamba-Nya. Kewajiban sebagai orang tua adalah memberikan pendidikan

kepada anak yang dimulai sejak usia dini. Perkembangan pada anak usia dini sangat

terikat oleh lingkungan dan keluarganya. Oleh karena itu, kita sebagai calon orang tua

harus lebih memperhatikan anak-anak kita dalam berkomunikasi, memperhatikan

pergaulan anak sehari-hari, dan berikan perhatian dan waktu kepada anak , agar menjadi

anak yang selalu mempumyai etika yang baik serta menghormati orang yang lebih tua.

Tulisan ini bertujuan untuk menjabarkan peran orang tua terhadap pendidikan

anak. Kehadiran anak di tengah-tengah keluarga selalu dinanti-nantikan oleh setiap

pasangan yang telah menikah. Bahkan tidak sedikit pasangan suami istri yang telah lama

menikah dan belum dikaruniai anak berikhtiar dengan berbagai cara agar diberikan

keturunan. Sebagian besar masyarakat selalu beranggapan bahwa anak seolah-olah

menjadi tolok ukur kebahagiaan bagi pasangan suami istri.

Pengertian Peran Orang Tua dalam Mendidik Anak

Anak pada dasarnya memiliki kebiasaan sebagaimana kebiasaan dari orang

tuanya. Sebagai seorang anak tentunya dia akan selalu mengikuti perilaku induknya yaitu

kebiasaan orang tua. Kebiasaan-kebiasaan yang ditanamkan kedua orang tua dan para

pendidik di sekitar anak waktu kecil itulah yang akan mempengaruhinya. Maka ketika

kedua orang tua dan orang-orang di sekitarnya membiasakan dengan pendidikan atau

hal-hal yang baik, maka akan seperti itulah dia akan menjadi, dan demikian sebaliknya

(Juwariyah, 2010: 72). Oleh karena itu sebagai orang tua yang telah dianugerahi

kenikmatan berupa anak oleh Allah SWT, hendaknya orang tua memiliki kewajiban untuk

mensyukuri kenikmatan tersebut dengan cara mendidik anak-anaknya denagn baik

sesuai ketentuan dan perintahNya yang baik dan bermanfaat.

Kehidupan anak usia dini lebih banyak berada di lingkungan keluarga. Keluarga

merupakan tempat yang pertama dan utama dimana anak memperoleh pendidikan.

Meski secara biologis perkembangan anak pada usia dini berjalan pesat namun secara

sosiologis ia masih sangat terikat oleh lingkungan dan keluarganya. Orang tua khususnya

ibu harus memahami pentingnya memberikan pendidikan pada anak sejak usia dini..

Prinsip-Prinsip Pembelajaran Anak Usia Dini

Proses pembelajaran pada anak usia dini sebaiknya harus memenuhi prinsip-prinsip

dalam pembelajaran agar tercapai tujuan belajar yang optimal menguraikan prinsip-

prinsip tersebut menjadi tujuh prinsip yaitu sebagai berikut:

a. Berangkat dari yang dimiliki anak Setiap anak membawa segala pengetahuan

yang telah dimilikinya. Pengalaman belajar hendaknya mengandung sebagian

unsur yang sudah dikenal oleh anak dan sebagian lainnya merupakan

pengalaman baru.

b. Belajar harus menantang pemahaman anak Aktivitas pembelajaran yang

dirancang harus menantang anak untuk mengembangkan pemahaman sesuai

dengan apa yang dialaminya.

c. Belajar dilakukan sambil bermain Belajar melalui bermain dapat memberi

kesempatan anak untuk bereksplorasi, menemukan, mengekspresikan perasaan,

berkreasi, dan belajar secara menyenangkan.

d. Menggunakan alam sebagai sarana pembelajaran Alam merupakan sarana

belajar yang tak terbatas bagi anak untuk bereksplorasi dan berinteraksi dalam

membangun pengetahuannya.

e. Belajar dilakukan melalui sensorinya Anak memperoleh pengetahuan melalui

sensorik atau indrawinya. Maka, pembelajaran hendaknya memberikan stimulasi

yang dapat merangsang setiap kemampuan yang dimiliki anak.

Strategi Pembelajaran Anak Usia Dini

Pada hakikatnya anak-anak belajar dengan bermain. Dalam kegiatan bermain, anak-

anak lebih mudah disisipi materi belajar karena suasana yang menyenangkan. Anak-

anak pun tidak merasa atau tidak sadar bahwa dalam bermain mereka sebenarnya

sedang belajar. Maka, proses pembelajaran hendaknya dilakukan melalui kegiatan-

kegiatan yang menarik, menyenangkan, membangkitkan gairah dan rasa ingin tahu,

memotivasi anak untuk berpikir kritis serta menemukan hal-hal baru. Oleh sebab itu,

strategi pembelajaran untuk anak usia dini haruslah menyenangkan seperti bermain,

bergerak, bernyanyi, dan sebagainya. Ada banyak cara atau strategi dalam

menyelenggarakan pembelajaran bagi anak-anak yang menyenangkan sambal bermain.

Daryanto (2013: 173) mengemukakan beberapa strategi yang sering digunakan untuk

pembelajaran anak usia dini antara lain:

a. Circle Time

Strategi ini dilakukan dengan anak-anak duduk melingkar dan guru berada di

tengah lingkaran. Berbagai kegiatan yang dapat dilakukan ialah membaca puisi,

bermain peran, bernyanyi, mengaji, bercerita dll.

b. Sistem Kalender

Pembelajaran dikaitkan dengan tanggal hari-hari besar pada kalender yaitu Hari

Kartini, Hari Kemerdekaan, Bulan Ramadhan, Hari Raya Idul Fitri dan lain-lain.

Guru mendesain kegiatan belajar dengan menggunakan tematema sesuai dengan

hari besar tersebut.

c. Show and Tell

Strategi ini digunakan untuk mengungkapkan kemampuan, perasaan, dan

keinginan anak untuk bercerita apa saja yang ingin diungkapkan. Saat anak

bercerita, guru dapat melakukan assessment dengan melanjutkan topik yang

dibicarakan anak tersebut

d. Small Project

Setiap kelompok (3-4 orang) diberi proyek kecil misalnya menemukan berbagai

jenis daun di daerahnya. Strategi ini melatih anak untuk bekerja sama,

bertanggung jawab, dan mengembangkan kemampuan sosial.

e. Kelompok Besar (Big Team)

Strategi ini dilakukan oleh anak dalam satu kelas untuk membuat sesuatu,

misalnya mendirikan tenda. Anak akan merasa puas apabila sesuatu berhasil

dikerjakan bersama-sama.

Faktor-Faktor yang Berpengaruh dalam Mendidik Anak

Menurut Juwariyah (2010: iv) terdapat tiga faktor yang berpengaruh dalam

perkembangan anak. Ketiga faktor tersebut ang mempengaruhi perkembangan

anak antara lain:

a. Faktor orang tua (keluarga)

Keluarga merupakan lingkungan pertama dimana anak mendapatkan

pendidikan. Kepribadian seorang anak juga dibentuk pertama kali di

lingkungan keluarga. Maka kedua orang tua dan seluruh anggota keluarga

wajib memberikan pendidikan yang mengarah ke pengembangan potensi

dan fithrah anak.

b. Faktor sekolah

Sekolah adalah tempat kedua untuk pendidikan bagi anak.Sebagai tempat

kedua, sekolah menjadi tempat pendidikan lanjutan dari pendidikan

keluarga. Oleh karena itu, para guru dan pendidik memiliki tugas dan

tanggung jawab untuk melanjutkan pendidikan dari orang tua dan keluarga.

Disekolah, guru ikut membangun dan mengembangkan potensi dari

peserta didik sesuai dengan tuntutan agama dan zaman.

c. Faktor lingkungan

Pengembangan potensi dasar anak turut dipengaruhi oleh faktor yang

ketiga yaitu lingkungan. Lingkungan dimana anak tinggal ikut berperan

dalam membentuk karakter dan kepribadian anak. Lingkungan yang baik

akan berpengaruh dalam membentuk kepribadian anak menjadi baik dan

begitupun sebaliknya. Oleh sebab itu, orang tua sebaiknya perlu

mempertimbangkan lingkungan tempat tinggal dimana anak dibesarkan

dan diasuh.

Dari penjelasan di atas dapat dimaknai bahwa orang tua memiliki peran yang

sangat penting dalam mendidik anak karena keluarga adalah lingkungan pertama dimana

anak tumbuh dan dibesarkan.

Muhamad Naufal Mahendra Putra Mahasiswa Universitas Pembangunan Jaya

#upj

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image