Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Sasa Bella

Konflik Beragama dan Toleransi Antar Umat

Agama | Monday, 18 Dec 2023, 20:28 WIB

 

Indonesia merupakan negara multukultural dan memiliki banyak keragaman, baik budaya, ras dan agama. Kekayaan akan keberagaman ini, tentunya menjadi sebuah nilai tambah bagi bangsa indonesia dengan persatuan yang kuat.

Namun keragaman yang ada juga seringkali menimbulkan konflik dan mengancam kedaulatan indonesia. Salah satu konflik yang sering terjadi baik skala daerah dan nasional adalah konflik antar umat beragama. Tentunya, ini menjadi permasalahan serius yang berakibat pada terpecah belahnya bangsa indonesia.

Karena itu perlu adanya penanganan konflik khusus dan sinergi yang kuat antara pemerintah sebagai pemangku kebijakan,dan masyarakat sebagai pelaksana kebijakan. Hal ini tentunya menjadi sebuah upaya pencegahan dan realisasi perdamaian dalam keberagaman.

Peraturan perundang-undangan di indonesia mencantumkan enam agama resmi yang dianut oleh seluruh warga negara Indonesia. Agama yang diakui antara lain agama Islam, Katolik, Kristen, Hindu, Budha, dan Konghucu yang merupakan agama universal yang banyak dianut rakyat indonesia.

Di era sekarang sudah bukan menjadi rahasia umum jika permasalahan agama adalah isu utama yang sering terjadi. Hal ini menjadi problematika tersendiri karena konflik agama adalah masalah menahun yang sulit diselesaikan. Seringkali permasalahan yang terjadi adalah hal-hal yang sepele.

Isu-isu agama menjadi isu yang panas karna kaitannya pada keyakinan seorang manusia. Kepercayaan pada keyakinan agama yang dianut adalah hak setiap manusia. Kebebasan beragama yang ada adalah pemenuhan hak manusia secara universal dan sebagai warga negara. Hukum di Indonesia juga mengatur bagi warga negaranya untuk bebas memeluk agama yang diyakini tanpa paksaan dan intimidasi dari orang lain.

Konflik-konflik antar umat beragama adalah permasalahan yang tak kunjung usai. Tiap tahunnya ada perselisihan antar masyarakat yang didasari faktor agama dan dampaknya pun sangat dirasakan baik di pemerintahan maupun kehidupan masyarakat.

Masih segar diingatan tentang konflik Ambon yang terjadi pada tahun 1999 dengan luasnya wilayah konflik. Pertikaian agama di Ambon merupakan salah satu konflik berdarah yang pernah terjadi di indonesia. Konflik antara umat islam dan kristen ini juga melibatkan anak-anak dan menimbulkan banyak korban jiwa.

Selain itu, konflik yang terjadi berlarut-larut dalam waktu yang cukup lama, menyebabkan terhentinya kegiatan masyarakat dan pemerintahan. Aktivitas perekonomian masyarakat terhenti yang membuat kesulitan bahan pokok dan berimbas pada harganya yang semakin mahal.

Hal ini menjadi sebuah hal yang cukup miris bagaimana agama menjadi pemicu konflik berkepanjangan dan menyebabkan pertumpahan darah yang merugikan banyak pihak. Pada tahun-tahun berikutnya sering dijumpai perselisihan-perselisihan yang didasari pada faktor agama. Salah satunya adalah aksi 212 yang merupakan aksi atas perselisihan yang menyangkut permasalahan individu dengan Islam.

Pada kenyataanya, banyak sekali konflik-konflik yang terjadi dalam masyarakat, baik diskriminasi agama maupun konflik SARA. Tetapi, banyak di antaranya tak nampak dihadapan publik, disembunyikan atau bahkan dianggap lumrah oleh sebagian kalangan. Tentunya hal-hal seperti ini tidak diremehkan dan dikesampingkan oleh pemerintah serta aparat terkait.

Kedamaian, kententraman dan keamanan adalah hak dan kewajiban tiap warga negara. Demi tercapainya hal tersebut maka perlu dicari jalan tengah dan solusi yang tepat, sehingga konflik yang ada dapat diminimalisir bahkan diselesaikan.

Lantas, menurut pandangan saya terkait permasalahan isu konflik beragama adalah perilaku yang tak sesuai ajaran agama dan melanggar peraturan negara. Konflik-konflik berlatar agama akan tetap ada dan terjadi pada masyarakat indonesia. Hal ini karena agama akan tetap ada selaras pada keyakinan manusia pada tuhannya.

Secara sederhananya, tiap agama dengan ajaran yang berbeda tentunya menganggap agamanya paling baik ketimbang agama yang lain,sehingga menciptakan konflik. Intrik-intrik yang ada memberikan opini tentang ajaran agama lain, hal ini wajar karena ia yakin dan percaya pada agama yang dianut, maka konflik dapat dengan mudah terjadi. Permasalahan-permasalahan ini tentunya tidak mudah begitu saja diselesaikan, terutama ini menyangkut keyakinan dan hubungan antara manusia dengan Tuhannya.

Realitanya masyarakat seringkali terpancing dengan isu-isu agama yang belum tentu kebenarannya. Mereka tidak menyaring informasi yang diterima sehingga menyebabkan kesalahpahaman antar umat beragama.

Kabar bohong atau hoax yang ada juga semakin memperkeruh suasana. Tak dapat dipungkiri jika kemudahan bermedia sosial lewat internet dan mengirim informasi dengan cepat, seringkali digunakan untuk menyebarkan berita bohong.

Ujaran-ujaran kebencian dilakukan untuk memancing amarah publik dan menyerang kelompok agama lain. Selain itu,isu-isu agama dengan ujaran kebencian yang beredar juga bertujuan untuk menggangu stabilitas politik indonesia, sehingga oknum-oknum dapat memanfaatkan keadaan yang ada untuk kepentingan diri sendiri.

Tentunya, ini menjadi sebuah bukti bagaimana masyarakat masih kurang dalam bersikap dan bijak dalam menanggapi suatu hal. Ujaran kebencian di internet juga menjadi satu bentuk kebebasan yang salah kaprah.

Menurut saya solusi yang tepat pada kasus ini adalah sebagai berikut:

1. Toleransi

Toleransi penting untuk menguatkan keberagaman yang ada menjadi satu bentuk persatuan yang erat hubungannya dengan keberagaman Indonesia. Sikap saling menghormati,menghargai dan tidak menggangu umat beragama lain merupakan salah satu bentuk toleransi yang akan mengeratkam sikap persatuan dan kesatuan diantara seluruh masyarakat indonesia.

Hal ini menjadi bentuk perdamaian, kententraman dan menciptakan suasana yang aman dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Tentunya ini menjadi bentuk pemenuhan hak dan kewajiban seluruh masyarakat Indonesia yang mana ada hak untuk dihargai oleh umat beragama lain dan ada kewajiban untuk menghargai umat beragama lain. Hal ini menjadi suatu harmoni dalam kehidupan bermasyarakat, sehingga membentuk masyarakat multikultural yang menjunjung tinggi nilai luhur dalam upaya merekatkan keberagaman yang ada.

2. Bijak bermedia sosial

Di era globalisasi dan internet yang membantu segala lini kehidupan manusia,penting sekali untuk tetap bijak dalam menggunakannya. Hal ini juga termasuk ketika seseorang bermedia sosial,maka harus senantiasa untuk tetap patuh dan bijak menggunakannya. Perlu adanya sikap yang sesuai dengan budaya bangsa yang mana poin utamanya adalah sebagai bentuk toleransi dan saling menghargai antar sesama dan umat beragama.

Maka gunakanlah media sosial untuk hal positif dan gunakan sebijak mungkin karena di era sekarang ketikanmu harimaumu, sehingga harus tetap menyaring dan memilah informasi, jangan menyebarkan berita bohong, tidak menyebarkan ujaran kebencian dan isu SARA serta untuk selalu memposting hal-hal yang sifatnya mendidik dan positif, bukan memecah belah.

 

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image