Makam Leluhur Suku Badui Berada Di Situs Banten Girang
Sejarah | 2023-12-18 13:43:56Oleh : Laila Fathul Muzahidah ( UIN Sultan Maulana Hasanudin Banten)
Pada tanggal 5 Desember 2023 jam 08.00 WIB kami tiba di Situs Wisata Banten Girang, yang terletak di Jl. Jendral Sudirman No. 30 Panancangan Cipocok Jaya, Sumur pecung, Kec. Serang, Kota Serang. Tempatnya cukup strategis dan mudah untuk di kunjungi. Saya pun sebagai warga Banten baru kali ini mengunjungi Situs Banten Girang ternyata banyak sekali situs purbakala seperti Makan Kramat, Goa, Aula Masjong Agusju, Jembatan Peninggalan Belanda dan lain lain. Kami di pandu oleh Bapak Abdul Hasan, di ajak untuk mengelilingi Situs Banten Girang, Kami pun di beritahu tentang apa saja yang ada di Situs Banten Girang beserta sejarahnya. Berikut ini adalah hasil penelitian di Situs Banten Girang
A. Sejarah Banten Girang
Banten berasal dari bahasa Jawa kuno "pabanten" yang artinya tempat untuk menaruh sesaji atau persembahan. Sementara "girang" bisa berarti jaya atau senang tetapi dalam kaitannya dengan kota lama Banten, nama Banten Girang berarti "Banten Hulu". Banten Girang adalah sebuah dataran tinggi yang dekat dengan Desa Sempu. Saat ini masuk wilayah Kota Serang. Letaknya sekitar 10 km dari pelabuhan Banten yang sekarang. Kota tua ini ditandai dengan makam keramat yang dinamai sebagai makam Ki Jongjo. Konon makam ini adalah makam kakak beradik Ki Jong dan Agus Jo yang dijadikan satu sebagai pemeluk Islam yang pertama di Banten.
Banten Girang adalah sebuah candi Hindu yang terletak di Kota Serang, Banten. Letaknya sekitar 10 km di sebelah selatan pelabuhan Banten sekarang, di pinggiran kota serang (Perempatan Sempu). Di tempat tersebut, terdapat suatu situs purbakala, peninggalan Kerajaan sunda yang pernah ada antara tahun 932 dan 1579 Masehi.
Mengenai ketepatan waktu yang berupa tanggal, meskipun tidak ada berita pasti, namun dapat dianalogikan dengan hari mulia yaitu 1 Syuro atau 1 Muahrram adalah hari baik untuk melakukan peristiwa penting yang dipercayai oleh Masyarakat pada waktu itu, maka untuk pemindahan ibu kota Banten dari Banten Girang ke Surosowan (Banten Pesisir) itu dimungkinkan terjadi pada tanggal 1 Muharram 933 Hijriah atau bertepatan pada tanggal 8 oktober 1526 Masehi.
Banten girang pada awalnya adalah pusat Kerajaan sunda jauh sebelum berdirinya Kerajaan-kerajaan di jawa barat. Banten girang merupakan awal Kerajaan Banten yang sebelumnya mendapat kebanyakan nama pada saat itu (Kerajaan sunda wahanten). Pendiri Kerajaan wahanten ialah yang Bernama Prabu Jaya Bupati yang disebut juga (Prabu Saka Domas) bermaksud untuk memulihkan Kerajaan-kerajaan yang hancur di masa yang telah silam.
Menurut Bapak Abdu Hasan, sesampai di Banten Girang, Sunan Gunung Jati dan putranya, Hasanuddin, mengunjungi Gunung Pulosari yang saat itu merupakan tempat keramat bagi kerajaan. Di sana, Gunung Jati menjadi pemimpin agama masyarakat setempat, yang masuk Islam. Baru setelah itu Gunung Jati menaklukkan Banteng Girang secara militer. Kemudian dia menjadi raja dengan Restu Raja Demak. Dengan kata lain, Gunung Jati bukan mendirikan kerajaan baru, tetapi merebut takhta dari kerajaan yang sudah ada, yaitu Banten Girang.
Dalam Tawarikh Banten disebutkan bahwa penaklukan Banten Girang oleh tentara Islam dipimpin oleh Hasanuddin. Ketika Hasanuddin pertama kali menaklukkan dan membuat Banten Girang masuk Islam, Ki Jonggo, seorang punggawa Banten Girang, masuk Islam dan memihaknya. Setelah penaklukan Banten Girang, berdirilah Kerajaan Banten dengan Hasanuddin sebagai raja pertamanya. Pusat pemerintahan Banten yang semula terletak di Banten Girang dipindahkan ke kawasan pesisir utara Teluk Banten yang sekarang dikenal dengan nama Banten Lama. Ketika Hasanuddin masuk Islam penduduk Banten Girang, sebagian warga yang menolak masuk Islam mengungsi ke pegunungan selatan. Yang sekarang di kenal sebagai orang orang suku badui
B. Apakah betul di situs Banten girang ada makam leluhur Suku Baduy dan sering di kunjungi oleh para peziarah ?
Jawaban nya tentu iya ujar pak Abdu Hasan, karena di makam tersebut Masyarakat ingin mendapatkan keberkahan dari almarhumnya beliau yaitu ki masju dan ki agusju. yang ziarah di makam tersebut tidak cuman Masyarakat setempat tetapi banyak wisatawan yang mengunjungi Situs Banten ini, kenapa?
Karena ingin mendapatkan keberkahan sekaligus ingin mengenang dan mengetahui sejarahnya banteng girang tersebut. Fakta menarik menurut saya dari Banten girang mengenai ziarah nya yakni ternyata warga Suku Badui masih sering berziarah ke sini dikarenakan ternyata leluhur mereka berasal dari sini, sebab dahulu pasca kemenangan Sultan Hasanudin mereka enggan memeluk islam sehingga akhirnya mereka melarikan diri ke pegunungan selatan yang kini kita lebih kenal dengan sebutan Badui.
Masyarakat juga memperlakukan makam atau makbaroh dengan baik yaitu dengan sopan santunnya serta mengikuti apa peraturan yang ada di lingkungan tersebut. Masyarakat daerah tersebut juga menjaga kebersihan dan tidak ada kegaduhan atau keributan di lingkungan tersebut. Masyarakat di daerah tersebut benar-benar mengikuti peraturan-peraturan yang ada di situs banten girang tersebut
Jika dilihat dari penampakan fisiknya, Situs Banten girang nampaknya hampir terkikis oleh perkembangan zaman. Namun tentunya hal tersebut tidak dapat dijadikan alasan untuk melupakan situs bersejarah semacam ini, kemudian sepertinya situs ini juga masih luput dari perhatian pemerintah sebab untuk biaya pemeliharaan situs ini masih mengandalkan sumbangan masyarakat sekitar atau peziarah. Ayo kenali lebih dekat tentang sejarah di sekitar kita.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.