Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Safina Amalia

Menyusutkan Jejak Karbon: Revolusi Nanoteknologi dalam Menangani Pemanasan Global

Teknologi | Saturday, 16 Dec 2023, 07:51 WIB

Pemanasan global telah menjadi tantangan bagi para peneliti dan pemerintah di seluruh dunia, seiring dengan semakin intensifnya upaya mereka untuk memahami dan mengatasi perubahan iklim. Suhu permukaan rata-rata global diproyeksikan akan meningkat 1,5-2°C dalam 40-50 tahun jika tren saat ini terus berlanjut. Jika tren ini berlanjut, Bumi tidak akan layak untuk hidup di abad berikutnya. Nanoteknologi memainkan peran multifungsi dalam menemukan solusi untuk mengurangi pemanasan global. Ada berbagai bahan berstruktur nano yang dieksplorasi termasuk kerangka organik logam (MOFs), bahan karbon nanoporous, nano silika, nano zeolit, nanomaterial fungsional, dan nanokomposit, untuk efisiensinya dalam penyerapan gas rumah kaca [1].

Data source: NASA's Goddard Institute for Space Studies (GISS).

Integrasi nanoteknologi dalam solusi lingkungan menawarkan jalan yang menjanjikan untuk mengurangi dampak perubahan iklim. Struktur nano ini memiliki sifat unik yang membuatnya sangat mahir dalam menangkap dan menetralkan gas rumah kaca, berkontribusi secara signifikan terhadap upaya penyerapan karbon. Metal-Organic Frameworks (MOFs), ditandai dengan luas permukaannya yang tinggi dan ukuran pori yang dapat disetel, menunjukkan kapasitas adsorpsi gas yang luar biasa. Sifat berpori dari Metal-Organic Frameworks (MOFs) telah muncul sebagai kandidat adsorpsi dan pemisahan gas yang menjanjikan dan membantu mengurangi pemanasan global dengan menangkap gas berbahaya seperti CO, N,O, CO, dan lain-lain [2].

Material karbon nanoporous, direkayasa pada skala nano, menunjukkan kemampuan adsorpsi yang luar biasa karena luas permukaannya yang besar dan jaringan pori yang saling berhubungan. Bahan-bahan ini sedang diselidiki potensinya dalam menjebak dan menyimpan gas rumah kaca, yang secara efektif mengurangi konsentrasinya di atmosfer. Nano-silika dan nano-zeolit, dengan strukturnya yang disesuaikan, menawarkan cara yang efisien untuk menjebak polutan dan gas rumah kaca. Sifat serbaguna mereka memungkinkan adsorpsi yang ditargetkan, membantu menghilangkan emisi berbahaya dari berbagai sumber. Zeolit dianggap sangat menjanjikan karena luas permukaannya yang tinggi dan fungsi pori yang dapat disesuaikan memungkinkan adsorpsi selektif CO dalam jumlah besar [3].

Selanjutnya, penerapan nanoteknologi melampaui penangkapan gas. Inovasi dalam teknologi energi terbarukan, seperti sel surya yang ditingkatkan nanomaterial dan perangkat penyimpanan energi, berkontribusi untuk mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil, sehingga mengurangi akar penyebab pemanasan global. Oleh karena itu, Nanoteknologi menghadirkan harapan dalam melawan pemanasan global dengan memanfaatkan sifat bahan berstruktur nano. Namun, etika, perlindungan, dan dampak lingkungan harus diperhatikan untuk implementasi yang bertanggung jawab.

Referensi:

 

  1. Subramanian, K. S., Karthika, V., Praghadeesh, M., & Lakshmanan, A. (2020). Nanotechnology for mitigation of global warming impacts. Global Climate Change: Resilient and Smart Agriculture, 315–336. https://doi.org/10.1007/978-981-32-9856-9_15
  2. Mohan, B., Virender, Kadiyan, R., Kumar, S., Gupta, V., Parshad, B., Solovev, A. A., Pombeiro, A. J. L., Kumar, K., & Sharma, P. K. (2024). Carbon dioxide capturing activities of porous metal-organic frameworks (mofs). Microporous and Mesoporous Materials, 366, 112932. https://doi.org/10.1016/j.micromeso.2023.112932
  3. Pham, T.-H., Lee, B.-K., Kim, J., & Lee, C.-H. (2016). Enhancement of CO2 capture by using synthesized nano-zeolite. Journal of the Taiwan Institute of Chemical Engineers, 64, 220–226. https://doi.org/10.1016/j.jtice.2016.04.026

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image