Bagaimana Pendidikan di Indonesia? Apa Tantangan dan Peluang di Era Digital?
Info Terkini | 2023-12-15 01:42:53Pada tahun 2023 Indonesia dengan jumlah penduduk sebanyak 278,8 juta jiwa. Dengan 53,14 juta siswa, 3,36 juta guru dan 399,376 unit sekolah. Indonesia menjadi negara dengan system pendidikan terbesar ke 4 di Asia Tenggara dan peringkat 67 di Dunia. Dari data tersebut terdengar sangat luar biasakan ? tapi apakah dari ukuran yang besar tersebut berbanding lurus dengan kualitasnya ? Tentu saja jawabannya tidak kan
Menurut data dari PISA (2022) Peringkat Literasi Indonesia naik 5-6 posisi disbanding tahun sebelumnya. Namun skor penilaiannya turun sebesar 12 poin dari tahun sebelumnya.
Kenapa hal tersebut bisa terjadi?
Apa yang salah dari Indonesia?
Bagaimana kita bisa memperbaiki situasi ini?
1. Pros dan Cost Pendidikan Indonesia
Indonesia menganggarkan dana APBN sebesar Rp612,2 Triliun rupiah untuk sektor pendidikan pada tahun 2023 atau sebesar 20% dari anggaran APBN. Sedangkan kontribusi sektor pendidikan kepada GDP kita cukup rendah yaitu hanya 3,8%. Dan ini dibawah rata-rata negara diasia pasifik yaitu 4,6%. Bahkan Qatar yang kemarin jadi Tuhan Rumah Pildun yang kata orang -orang sih negaranya dikritik banyak banget negatifnya nih. Jadi pendidikan di Indonesia itu budgetnya besar tetapi kontribusi dan impactnya ternyata masih trelatif rendah.
Prossnya!
Sistem pendidikan di Indonesia berfokus pada mata pelajaran inti : Jadi meskipun banyak orang yang berpendapat kalau Indonesia terlalu generalis, banyak banget pelajarannya atau kurang fokus. Tapi ternyata sistem seperti ini bisa ngebantu kita ngebangun fondasi dan pengentawan yang solid. Jadi jangan heran kalau lebih banyak generalis daripada specialist.
Memiliki system pendidikan berstandar nasional yaitu kurikulum nasional (kurikulum Merdeka ) : Artinya satu kurikulum jadi terjaga banget. Dan kurikulumnya terstandar dari pemerintah. Ini akan ngebantu siswa -siswa dari Sabang sampai merauke. Lebih konsisten kualitasnya. Meskipun pada implementasinya kita tahu sendiri lah banyak sekolah yang gak imbang
Mengintegrasikan nilai-nilai kebangsaan : Ya upacara, terus juga mata pelajaran PPKN, ada juga sejarah dan kebudayaan Indonesia di pelajari. Ini adalah bukti sistem pendidikan kita yang terintegrasi dengan nilai -nilai nasionalisme dan patriotisme. Ini menurut saya ada bagusnya. Kenapa karena siswa jadi lebih ngerti dan bisa apresiasi sejarah dan kebudayaan negaranya sendiri.
Nah itu tiga tadi poin untuk prosnya. Dimana dengan consnya?
2. Consnya!
Yang pertama kurikulum yang sering gonta-ganti namun kurang relevan dengan kebutuhan saat ini : Ini udah banyak banget beritanya, banyak banget yang ngebahas. Banyak yang bilang kurikulum kita ketinggalan zaman, kurang mampu bersiapan siswa untuk bersaing di lapangan kerja abad 21. Dan tenaga kerja kita kalah bersaing dengan tenaga kerja asing, atau belum punya skillset yang dibutuhkan lapangan kerjaan. Pengangguran banyak tapi ketika perusahaan nyari orang, susah. Jadi menurut gue ini valid.
Kurangnya wadah untuk memberikan keterampilan berpikir kritis : Jadi murid -muridnya tuh kagak sering nanya, terus juga lebih mencatat dan menghafal. Dan in some cases juga malah dimarahin. kalau kita nanya, gue pernah nanya yang kontroversial juga ke guru biologi gue dimarahin, diteluarin dari kelas apakah lo relate?
Ruang yang relatif sempit bagi siswa terkait panduan dalam mengejar minat mereka: ini menarik banget kenapa karena disini kita ngomongin soal salah jurusan bahkan ada statistik yang bilang 90% orang indu itu salah jurusan bisa jadi karena pada gak tau gitu, orang kejursan psikologi mau belajar apa menariknya adalah orang masuk psikologi di pikir bakal gak belajar matematik ternyata kita belajar statistika yang sangat mantep banget ya gitu, banyak yang salah kaprah karena minatnya tuh gak dilatih dari sejak di nih pendidikan kita fokus sama core subject, matematika, sayen, sebasah itu ada di kuri kolom, siswa belajar semuanya dari jam 7, jam 12, atau bahkan ada yang jam 3 atau bahkan ada yang lebih juga, belum tambah PR kejak lompok akhirnya, gak ada waktu yang banyak buat mengekspor minat mereka sendiri dengan semua kelebihan dan kekurangan ini kira -kira, pendidikan Indonesia bakal kayak gimana sih?
3. Peluang dan potensi Pendidikan di Indonesia
Indonesia emas 2045, di tahun 2045 satu abad kemerdekaan Indonesia akan menjadi tahun emas untuk Indonesia, Indonesia emas. Indonesia emas 2045 adalah istilah yang digunakan untuk menandai negara kita yang berusia 100 tahun dimana banyak yang berharap di 100 tahun itu, kita seharusnya sudah bertransformasi menjadi negara maju jadi sejajarlah sama Amerika China.
Emang apa sih tapi yang spesial di 2045 ?
nah menariknya yang jadi spesial jawabannya adalah bonus demografi, jadi masalah kuantitas kuantitas penduduk. Ini adalah momen di mana terjadi pertumbuhan ekonomi yang signifikan karena penduduk usia dewasa produktif itu jauh lebih banyak daripada yang usia muda sama yang udah tua.
Kenapa kuantitas jadi penting banget?
Karena semakin banyak usia produktif semakin banyak tenaga kerja semakin banyak tenaga kerja, semakin banyak produktivitas dan potensi Cuan semakin besar, ekonomi meningkat, bisnis semakin banyak pekerja semakin banyak dan lain sebagainya.
Dan ini menarik karena berarti kelebihan kita cuma kuantitas doang dong ?
Nah ini juga ada mim yang bilang kalau negara luar mungkin jauh bikin teknologi kendaraan ternyata orang Indonesia jago bikin anak, tapi meskipun ini bercanda ini memang betul adanya gitu ya. Angka kehamilan yang tinggi di pandemi 2021 itu memperkirakan ada 420.000 bayi yang baru lahir jadi banyak banget .
Sementara itu negara-negara maju malah minus gitu ya, orang-orangnya nggak pada nikah Child free terus juga, Ya banyaklah alasan jadinya orang enggak punya anak. Bahkan Jepang akan kehilangan 16% penduduknya di tahun 2020 sampai 2022, jadi ini sangat amat menjanjikan. Meskipun soal kuantitas tapi kalau negara kita nggak siap kualitasnya yang terjadi, maka Indonesia akan kesultan menciptakan lapangan kerja, kalau orang yang enggak pinter-pinter, misalnya semuanya pekerja kasar, semuanya pekerja yang semua orang bisa. Itu nanti pekerja bakal makin murah, bakal makin enggak berkualitas dan mungkin malah berantem satu sama lain demi mendapatkan pekerjaan yang sebenarnya gajinya enggak sebesar itu. Jadi ini bakal ngasih potensi negatif kalau misalnya kualitas pendidikan dan kualitas demografi orang Indonesia itu tidak ditingkatkan.
Terus gimana nih caranya biar Indonesia siap menghadapi bonus demografi?
Ya mulai dari kebijakan yang selaras infrastruktur dan yang paling penting adalah pendidikan.
Pertanyaannya pendidikan kita udah siap belum untuk menyambut bonus demografi?
Jawabannya Ya jelas belum. Kita perlu meningkatkan partisipasi penduduk pada pendidikan. Dari data yang didapat, Secara umum 95% penduduk Indonesia itu lulus dari SD 5% nya nggak lulus 75% lulus dari SMP atau SMA 25% nya kemana, ya udah baik lah sebenarnya, tapi masih butuh lebih tinggi lagi dan sebetulnya salah satu faktor yang menentukan seberapa tinggi kualitas sdm di suatu negara adalah yang lulus dari S1 yang udah pernah kuliah nah ini istilah pendidikannya adalah net and rollment rate intersering education.
Nah Asia Pasifik itu tuh 27% sementara North America itu 71%. Jadi kita bisa lihat ya Kenapa negara barat tuh cenderung mungkin lebih maju. Indonesia gimana?
Jangankan rata-rata Global, rata-rata Asia aja kita nggak nyampe di tahun 2018 kita tuh cuma 20% orang yang kuliah kalah sama negara tetangga Malaysia yang angka rata-ratanya untuk 35%.
Kita kan penduduknya banyak?
Ya kalau banyak juga coba lihat penduduk kurang lebih banyak misalnya India atau China India 22%. China 45% jadi nggak jadi alasan sih, tetap harus di improve. Kuliah mungkin gak menjamin kesuksesan tapi tentunya banyak profesi yang harus kuliah dulu.
Yang kedua adalah kualitas guru. nah ini kualitas guru juga masih sangat rendah, sebenarnya guru kita tuh udah banyak secara kuantitas. Rasio guru yang ideal kalau kata Peraturan Pemerintah tuh satu guru megang 20 murid atau satu guru megang 15 sebenarnya kita sudah ada di angka yang ideal. Tapi kualitasnya itu tidak sebaik kuantitas dari gurunya itu sendiri. Performa guru kita itu secara rata-rata di bawah KKM. Jadi cuma 66,94 jadi ini masih di bawah standar ideal yaitu nilainya 80. Bahkan menariknya ,guru SD itu cuma 34%-nya aja yang punya ijazah SMA. Jadi intinya kita punya banyak guru tapi apakah semua guru itu berkualitas yang enggak juga ada yang berkualitas ada yang juga yang kurang berkualitas.
Nah terus apa yang bisa kita lakuin?
4. Harapan dan Ekspektasi Pendidikan Indonesia
Pertama kita bisa meningkatkan APBN untuk pendidikan, tingkat lagi well ya bisa jadi juga dengan mengurangi korupsi kali, ya karena mungkin udah besar tapi bisa jadi penyerapannya belum sebesar itu atau banyak oknum yang berpotensi korupsi.
Kedua tingkatkan anggaran untuk guru. Nggak bisa mungkin cuma dua kali training gue juga mengapresiasi sekarang jadi guru jauh lebih ketat karena memang butuh pelatihan yang lebih intensif dan sesuai perlu anggaran yang lebih besar, bukan cuma buat kualitas tapi juga buat ningkatin welding-nya juga terutama gaji ya mungkin sekarang kualitasnya masih rendah tapi semoga nanti kualitasnya bisa lebih tinggi, gajinya juga bisa lebih tinggi. Semoga aja Itu bisa memotivasi dan bisa meningkatkan fasilitas dan kompensasi buat guru.
Ketiga tingkatkan kualitas model kegiatan belajar dan mengajar. Banyak peneliti dan penganut pendidikan yang bilang Indonesia tuh udah ganti-ganti kurikulum tapi belum bisa ada hasil yang signifikan karena implementasinya belum maksimal dan merata. Sesuai penyelarasan kurikulum juga harus meletakkan dengan kebutuhan zama.
Sekarang aja tugas-tugas kayak bikin essay berhitung tuh bisa udah nggak relevan karena apa?
Sekarang tuh udah ada AI. kalau tahu chat GPT, chat GPT ini bisa bikin lu 1000 kata essay dalam waktu 1 menit. Chat GPT ini bisa nyelesain perhitungan yang rumit dalam hitungan detik dan ibaratnya gini, kalau udah ada Ai buat apa lagi kita harus belajar. Belajar ngitung selain karena logikanya mendingan kita belajar from yang benar enggak sih buat Ai dan soalnya selain harus menguasai critical thinking dan problem solving yang baik murid-murid itu harus juga diajarin tentang si pengembangan zaman, gurunya juga sih karena di dunia kerja bakal pakai AI juga. Jadi menarik banget ya, dipikir-pikir tuh dulu pekerja kasar yang bakal dihilangkan oleh robot kemarin juga sempat ramai tentang nft yang katanya bakal bikin artis atau desainer jadi lebih Sejahtera. Buktinya sekarang apa, buktinya sekarang designer pekerjaannya bisa hancur, banyak yang di layout paling banyak di layout dari teks startup. Dari salah satu survei Kenapa karena Ai jadi itu sangat amat powerfull di zaman sekarang?
Jadi Intinya saya berharap ya, pendidikan Indonesia ke depan bisa lebih inklusif dan lebih mudah untuk diakses oleh semua anak Indonesia terlepas dari latar belakangnya. Buatlah yang sekarang lagi menunggu pendidikan, jangan berhenti terutama kalau misalnya lu masih SMA, Ayo kuliah, Ayo verifikasi ,Ayo lakuin segala macam hal dalam pendidikan walaupun enggak ya. Belajarlah dari YouTube dari yang gratis dan kalau misalnya lo mau berkembang lebih baik lagi, kalau misalnya kalian mau improve di level individu, bisa nyoba webinar atau kelas online, kalau pengen yang lebih private ya bisa coba daftar mentoring atau mungkin konsolling. Ini cocok banget buat yang mengalami kendala di level personal tapi kalau improvement yang kalian pengen itu lebih bersifat tim atau organisasi, misalnya pengen ngundang seseorang jadi pembicara. misalnya kalian tergabung ke sebuah organisasi atau kantor gitu ya OSIS BEM atau apapun yang menunjang performa kalian di organisasi. Mulai dari komunikasi leadership dan lain sebagainya dan terkhusus buat kalian yang sekarang lagi jadi guru atau lagi kerja di institusi pendidikan tetap semangat dan tingkatin skill kalian untuk perkembangan pendidikan di Indonesia kedepannya.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.