Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Raphaela Irene Herybowo_TRKB_Unair

AI Bantu Temukan Bahan Bakar Kendaraan Alternatif Rendah Emisi : Upaya Sokong SDGs

Teknologi | Thursday, 14 Dec 2023, 19:44 WIB

Selain padat penduduk, rupanya Indonesia juga padat kendaraan bermotor. Dilansir dari publikasi BPS sesuai data Kepolisian Republik Indonesia, perkembangan jumlah kendaraan bermotor tiap tahunnya selalu menunjukkan peningkatan. Buktinya, pada tahun 2021 jumlah unit kendaraan bermotor berada pada angka 141,992,573. Selang setahun, totalnya telah bertambah menjadi 152,360,851 unit. Mirisnya, angka tersebut akan berdampak pada peningkatan kadar emisi gas buangan hasil pembakaran bahan bakar dalam mesin. Sebut saja contohnya karbon monoksida (CO), berbagai oksida nitrogen (NOx), serta berbagai sulfur (SOx) yang berpotensi menyebabkan global warming hingga global boiling.

Secara langsung maupun tak langsung, emisi gas buangan tersebut juga dapat menurunkan kesehatan serta mengganggu metabolisme tubuh manusia.

Permasalahan serupa nyatanya juga terjadi secara global dan menjadi perhatian mendesak dari para pemimpin dunia. Maka, diresmikanlah SDGs (Sustainable Development Goals) berisi 17 tujuan yang menarget penurunan serta penghapusan isu-isu global yang berdampak negatif pada lingkungan. Berdasar pada tujuan ke-7 SDGs (Affordable and Clean Energy), banyak negara yang berlomba untuk menemukan bahan bakar baru yang rendah emisi (clean) sekaligus mudah diakses (affordable) oleh tiap golongan masyarakat.

17 target SDGs. Poster : UN (United Nations)

Affordable (Menghemat Biaya Bahan Bakar Mesin)

Salah satu hasil penemuan yang juga mulai dikembangkan di Indonesia adalah penggunaan baterai sebagai sumber energi kendaraan listrik. Keunggulan siginifikan dari penggunaan kendaraan listrik sendiri adalah penghematan hingga 75% untuk pembiayaan bahan bakar mesin, penurunan emisi gas sisa pembakaran internal mesin, serta wujudnyata energi bersih. Namun kekurangannya, bahan baku baterai berupa litium, nikel, mangan, serta kobalt hanya bisa didapatkan melalui proses penambangan yang berpotensi merusak alam. Pengolahan limbah baterai berupa litium juga masih menjadi tantangan tersendiri.

Clean Energy (Berkelanjutan dan Rendah Emisi)

Penemuan lain menyebutkan bahwa terdapat opsi bahan alternatif yang bisa digunakan sebagai sumber energi kendaraan bermotor, yaitu hidrogen, komponen biologis, ataupun senyawa kimia (senyawa alkohol dan senyawa hidrokarbon) yang tidak akan menghasilkan residu ataupun emisi berbahaya layaknya bahan bakar mesin pada umumnya. Namun, masih diperlukan penelitian lebih lanjut terkait efektivitas, cara produksi, serta penyimpanannya. Jika penelitian dilakukan secara konvensional (melalui rangkaian eksperimen menggunakan peralatan khusus), tentu dibutuhkan waktu dan dana yang tidak sedikit. Maka, dilakukan terobosan baru dengan memanfaatkan perkembangan teknologi modern seperti AI (Artificial Intelligence) dalam proses pengembangannya.

Untuk menilai efektivitas bahan, AI diaplikasikan dalam bentuk ANN (Artificial Neural Networks) yang dikombinasikan dengan RSM (Response Surface Methodology). Keluaran yang dihasilkan adalah, prediksi efektivitas bahan yang diharap akurat. Sedangkan untuk penelitian berikutnya, AI secara spesifik diimplementasikan untuk memprediksi proses produksi serta media penyimpanan hidrogen. Subset AI yang dimanfaatkan kali ini adalah MLAs (Machine Learning Algorithms). Hasil dari pemrosesan melalui MLAs berupa prediksi akan media penyimpanan bahan yang efektif, serta proses produksi yang paling efisien.

Ilustrasi jaringan neural menyerupai otak manusia. Foto : Growtika

Penggunaan AI dalam proses penelitian tersebut menunjukkan betapa teknologi telah berkembang dan akan terus berkembang. Sama halnya dengan ilmu pengetahuan, tak terbatas. Namun, perlu pemanfaatan yang bijak dari teknologi dan ilmu pengetahuan. Maka, kewajiban kita sebagai masyarakat global sesuai target SDGs yang telah ditetapkan adalah, menguasai teknologi, mendorong inovasi, membangun infrastruktur, dan yang terpenting, melestarikan lingkungan.

Ingat, teknologi yang maju adalah teknologi yang hijau.

Penulis :

Raphaela Irene Herybowo (Prodi Teknik Robotika dan Kecerdasan Buatan, Universitas Airlangga)

Referensi :

https://doi.org/https://doi.org/10.1016/j.ijhydene.2023.10.250

https://doi.org/https://doi.org/10.1016/j.ecmx.2023.100438

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image